PW S. Yohanes Bosko, Imam
Marilah kita berlari dengan tabah hati dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita.
Orang yang mencari Engkau, ya Tuhan, akan memuji-muji Engkau.
Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!
Pakailah Hidupku Sebagai AlatMU Seumur Hidupku.
Minggu Biasa IV
Bacaan Pertama : Zef 2:3;3:12-13
Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah.
Mazmur : Mzm 146:1.7.8-9a.9b-10
R:Mat 5:3 Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Bacaan Kedua: 1Kor 1:26-31
Yang bodoh di mata dunia dipilih Allah.
Bait Pengantar Injil : Mat 5:12a
Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di Surga.
Bacaan Injil : Mat 5:1-12a
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.
Renungan:
Nick Vujicic adalah penginjil dari Australia dan motivator yang terlahir dengan Sindrom tetra-amelia. Hidup tanpa tangan dan kaki tidak mnghalangi kebahagiaannya. Nick menjadi tokoh motivator terkenal dengan semangat hidupnya. Walau Vujicic tidak memiliki tubuh yang lengkap namun dia bisa melakukan hal-hal yang sama dengan orang normal pada umumnya seperti makan, minum, berenang, mengoperasikan komputer, dan beberapa olahraga lainnya. Dia pernah mengatakan, " Hidup bukanlah tentang memiliki, tapi hidup adalah tentang menjadi seperti apa".
Pada hari ini Yesus mengajak kita untuk berbahagia. Bahagia dengan apa adanya. Berbahagia dalam segala situasi hidup kita. Puncak kebahagiaan sejati lahir dari penerimaan diri apa adanya dan mensyukuri rahmat Tuhan dalam situasi itu. Kita diajak untuk memiliki kerendahan hati, tidak sombong, menyadari kekerdilan kita dihadapan-Nya sehingga kita bergantung total pada rahmat Allah, bukannya melekat pada kekayaan, jabatan, prestise, dan segala ketenaran kita. Allah menghendaki agar kita terdaftar dalam Kerajaan Sorga dengan cara berbahagia dalam menebarkan kasih dan kebaikan hati Allah bagi semua orang. Mari bercermin pada sabda Yesus, bahagia dengan apa yang ada dan mengucap syukur snantiasa. Nick Vujicic telah memberikan contoh nyata pada kita. Mari mewujudkan kebahagiaan sejati dengan apa yang ada dan mampu membagikannya kepada orang lain.
"Kebahagiaan sejati berasal dari yang Ilahi"
Sabtu Pekan Biasa III
PW S. Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja
Bacaan Pertama : Ibr 11:1-2.8-19
Abraham menantikan kota yang dirancang dan dibangun oleh Allah sendiri.
Mazmur : Luk 1:69-70.71-72.73-75
R:68 Terpujilah Tuhan Allah Israel, sebab Ia telah mengunjungi dan membebaskan umat-Nya.
Bait Pengantar Injil : Yoh 3:16
Demikian besar kasih Allah kepada dunia, sehingga Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya memiliki hidup abadi.
Bacaan Injil: Mrk 4:35-41
Angin dan danau pun taat kepada Yesus.
Renungan:
Dalam buku yang berjudul "Romo Mangun, Imam bagi kaum kecil", dituliskan bahwa Romo Y.B. Mangunwijaya, P, suka ngopeni yang kecil dan terbuang. Hal ini dikongkritkan dengan sikapnya yang selalu berpihak pada kaum kecil. Sehubungan dengan satu domba yang hilang (Luk 15:1-7), beliau mengatakan bahwa "99 domba memerlukan perhatian, namun yang satu jauh membutuhkan perhatian". Hal ini mau mengatakan bahwa preferential option for the poor, domba tersebut sama-sama membutuhkan perhatian tetapi harus berani memilih yang paling membutuhkan. Romo Mangun mengatakan bahwa Imamlah yang menjadi nabi untuk mencari domba yang hilang dan tersesat.
Dalam perikop Injil hari ini disampaikan kepada kita bahwa Yesus menghardik angin ribut di danau. Yesus hanya mengatakan, "Diam! Tenanglah!" Lalu angin reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Angin dan danau pun taat kepada Yesus. Pikiran manusiawi kita pasti tak mampu menerima hal ini, sehingga apabila murid-murid heran itu masuk akal secara manusiawi. Namun, Yesus ingin mengajak kita untuk berani keluar dari pikiran manusiawi kita. Romo Mangun mengajak kita untuk berpihak kepada kaum miskin dan kecil. Kongkritisasi dilakukan saat kita mampu menghardik angin ribut yang ada dalam diri kita. Mari melihat angin ribut yang ada dalam diri kita, kita mohon bantuan Yesus untuk menghardiknya sehingga mampu keluar dari diri sendiri untuk berbagi kasih kepada sesama.
"Tuhan tidak pernah membiarkan kita lemah."
Di sebuah ruang rumah sakit, ada seorang anak kecil yang sedang berdoa, “Tuhan, aku memiliki seorang teman yang botak. Ia sangat ingin memiliki rambut panjang sepertiku. Tuhan, ijinkan aku membantu temanku. Amin.”
Anak kecil itu sungguh bahagia ketika tiap pagi saat ia bangun tidur, didapatinya rambut-rambut panjang di bantalnya. Dia segera memungut helai-helai rambut itu dan menyimpannya pada sebuah kotak. Setiap hari berlalu seperti itu sampai kotak itu penuh dengan rambut.
Dengan sabar ia menjalin dan menata rambut itu lalu menempelkannya pada sebuah bando dengan pita pink. Dia pun menuju ke ruangan lain dan memberikan bando itu kepada temannya yang botak. “Lihat, kau sangat cantik. Sekarang kau memiliki rambut yang indah.”
Tidak lama kemudian, anak kecil pemberi bando tersebut meninggal dalam keadaan kepala tak berambut. Ya, anak kecil itu menderita kanker dan tidak bersedih hati ketika rambut-rambutnya mulai rontok. Ia justru bersyukur dengan adanya rambut-rambut yang rontok itu sehingga bisa memberi hadiah untuk temannya.
Hidup mati manusia tidak ada yang bisa memprediksi. Kita tidak bisa menjadwalkan sebuah kematian. Saat kita bisa hidup saat ini, maka berikanlah cinta yang kita miliki kepada orang-orang tersayang. Cinta yang ada di dalam hati kita saat ini adalah cinta terakhir karena nasib kita esok ada di tangan Tuhan.
Jangan pernah membendung cinta yang ada di dalam hati. Jangan pernah menunda untuk mengasihi orang lain. Saat kita mencintai maka kita akan dicintai. Saat kita mengasihi maka kita akan dikasihi. Saat kita memberikan hidup kita kepada Tuhan, maka Tuhan juga akan memberikan rahmat-Nya kepada kita.
Tuhan memberkati kita..
Ada sebuah kalimat yang pernah saya baca bunyinya begini. "Rasa sakit itu sifatnya pasti, namun menderita itu adalah pilihan". Kita memang tidak bisa menghindari berbagai rasa sakit untuk mendera kita pada saat-saat tertentu, apakah itu rasa sakit secara fisik atau psikis seperti sakit hati, kecewa, patah hati, sedih dan sebagainya. Tapi apakah kita menderita karenanya, itu dikatakan sebagai sebuah pilihan alias optional. Kedagingan kita memang membuat kita harus merasakan rasa sakit dan itu tidak bisa kita anggap tidak ada, tetapi kita bisa memilih apakah kita harus dikuasai rasa menderita atau tetap bersukacita, karena itu semua tergantung keputusan kita dalam menyikapinya.
Apa yang dikatakan Paulus pun menjadi begitu relevan dan baik untuk kita cermati, bahwa tidaklah tepat untuk mengarahkan fokus kepada hal-hal di dunia yang hanya sementara sifatnya. Mengarahkan kepada kekekalan, dimana tidak lagi ada penderitaan dan ratap tangis, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah, itu jauh lebih penting. Untuk itu, hendaklah kita senantiasa mengucap syukur dalam segala hal, baik suka maupun duka, senang maupun susah, sehat maupun sakit. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Tidak ada yang mustahil bagi Allah, namun di atas itu semua, apapun yang menjadi rencanaNya tetap yang terbaik bagi kita. No matter what it may be. Allah itu setia, dan telah menyediakan segalanya sesuai janjiNya. Sementara hidup ini hanya sementara, kekekalan jelas lebih penting. Mampukah kita berdiri tegar dan keluar sebagai pemenang pada akhir perjalanan hidup kita?
Teruslah berjuang dengan pengharapan penuh dipenuhi ucapan syukur hingga akhir agar segala yang dijanjikan Tuhan tidak menguap sia-sia.
Tuhan Yesus memberkati..
Sebelum kita menerima sesuatu yang kita anggap terbaik buat hidup kita, ada baiknya kita mengujinya dahulu apakah itu benar-benar yang terbaik buat hidup kita atau bukan, tetapi seringkali banyak orang malah menerimanya dahulu lalu baru mencoba mengujinya.
Nasihat dan segala kata-kata adalah sia-sia bila hanya sampai di telinga, tetapi barulah berharga bila hati selalu menyimpannya dan barulah berguna ketika ada perubahan yang benar oleh karenanya!
Belajarlah untuk tidak menghabiskan waktu memikirkan hal-hal yang tidak penting dan sia-sia supaya beban kita menjadi ringan, sehingga kita dapat mengijinkan hikmat dan kekreatifitasan yang baru untuk masuk dalam pikiran kita.
Waktu memang terus berlalu, tetapi jangan sampai waktu berlalu tanpa kita menghasilkan sesuatu yang baru. Senantiasalah mengandalkan Tuhan yang kekuatan kasihNya tidak pernah berlalu untuk kita.
Tuhan selalu menyediakan kasih karunia yang baru buat hidup kita setiap hari.
Jumat Pekan Biasa II
PF S. Sebastianus, Martir
PF S. Fabianus, Paus dan Martir, St. Eutimus Agung; B. Cyprianus Michael Tensi; St. Yohanes pembabtis dr Triguerie
Bacaan Pertama, Ibr 8:6-13 Kristus menjadi pengantara perjanjian yang lebih agung.
Mazmur, Mzm 85:8.10.11-12.13-14
R:11a Kasih dan kesetiaan akan bertemu.
Bait Pengantar Injil, 2Kor 5:19
Dalam diri Kristus Allah mendamaikan dunia dengan Diri-Nya dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.
Bacaan Injil, Mrk 3:13-19
Yesus memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk menyertai Dia.
Renungan:
Dalam bacaan pertama dikatakan bahwa Allah mengadakan perjanjian yang baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, yakni suatu pelayanan yang jauh lebih agung dan Yesus sendiri yang menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Hal ini menegaskan kerelaan Yesus untuk mendampingi umat-Nya meskipun telah begitu banyak berbuat dosa. Hal senada juga Dia sampaikan pada bacaan Injil. Yesus melihat bahwa betapa banyaknya orang yang membutuhkan uluran kasih. Yesus pun ingin membentuk panitia kecil. Panitia kecil ini yang akan melanjutkan misi pelayanan Yesus di dunia ini, yakni melaksanakan mega proyek karya keselamatan-Nya bagi umat manusia. Yang dilakukan-Nya adalah memilih Dua belas orang menjadi murid-Nya, yang kemudian dipanggil dengan sebutan Rasul. Sekaligus Yesus mendelegasikan tugas-Nya kepada mereka. Pada zaman ini banyak orang yang bermisi menjadi perpanjangan tangan Yesus. Mereka dikenal sebagai kaum terpilih. Dalam Gereja Katolik disebut sebagai kaum religius. Kaum religius dengan spiritualitasnya masing-masing ingin membawakan umat Allah ke jalan yang benar. Jalan kebenaran itu adalah Kristus sendiri, yang memproklamirkan diriNya sebagai: Ego Eimi sum Via, Veritas et Vita, Akulah jalan, Kebenaran dan Hidup. Yesus mengajarkan kerendahan hati saat dunia mengajarkan kesombongan, prestise dan harga diri. Itulah sebabnya, para pengikut Yesus dituntut tampil sebagai pelayan, yang memimpin dengan contoh, lead by example dalam begitu banyak tantangan dan perjuangan.
"Pengikut Kristus dituntut menjadi pelayan sejati, public figure di tengah pertarungan zaman yang semakin kompleks ini"
_*WALAU JALANMU SAMA*_
*WALAU JUALANMU SAMA*
_*WALAU PEKERJAANMU SAMA*_
*HASIL YANG DITERIMA AKAN BERBEDA SATU SAMA LAIN*
_*BISA LAIN DALAM BANYAKNYA HARTA*_
*BISA LAIN DALAM RASA BAHAGIA DAN KETENTERAMAN HATI*
_*SEMUA ITU ATAS KASIH DARI TUHAN YANG MAHA KUASA*_
*BARANG SIAPA BER-SUNGGUH2 AKAN MENEMUKAN*
_*BARANG SIAPA BERANI BERSUSAH PAYAH AKAN MENEMUKAN KEMULIAAN*_
*BUKAN BANYAKNYA, MELAINKAN BERKAHNYA YANG MENJADIKAN CUKUP DAN MENCUKUPI*
_*SUDAH DIGARISKAN OLEH TAKDIR BAHWA SEMUA YANG HIDUP ITU SUDAH DIBERI BEKAL OLEH YANG MAHA KUASA*_
*JALANi HIDUP DAN REJEKI / Berkat Tuhan SUDAH TERSEDIA, DEKAT, SEPERTI UDARA YANG KITA HIRUP SETIAP HARINYA*
_*TETAPI KADANG MANUSIA SILAU MATA DAN GELAP HATI, YANG JAUH KELIHATAN BERKILAU DAN MENARIK HATI, TETAPI YANG DEKAT DIDEPANNYA DAN MENJADI TANGGUNG JAWABNYA DISIA-SIAKAN SEPERTI TAK ADA GUNA*_
_*KALAU SAJA KETENTERAMAN ITU BISA DIBELI DENGAN HÀRTA, ALANGKAH SENGSARANYA ORANG YANG TIDAK PUNYÀ*_
*UNTUNGNYA, KETENTERAMAN BISA DIMILIKI OLEH SIAPA SAJA YANG TIDAK MENGAGUNGKAN KEDUNIAWIAN, SUKA MENSYUKURI HIDUPNYA.*