Renungan Powerpoint: Renungkanlah Doa ini

5. Renungkanlah Doa ini



KELEDAI YANG TERPEROSOK DI SUMUR


Pada suatu hari ada seekor keledai terjatuh dalam sumur tua yg sdh kering, keledai tsb cukup beruntung karena tidak mengalami luka yang parah , namun saat ini ia kebingungan : " bagaimana caranya keluar dari sumur tua yg gelap ini. . Lembab, tidak ada yg bisa dimakan, dan sumur ini terlalu dalam untuk bisa didaki keluar"
Tapi bila tidak melakukan sesuatu, ia hanya akan mati konyol secara perlahan didalam sumur itu. Dengan segala daya ia berusaha untuk keluar menyelematkan diri, tetapi seberapa keras pun ia berusaha, semuanya sia-sia.
Saat kelelahan keledai itu pun tertunduk lemas menyadari keterbatasannya, namun ia MENOLAK UNTUK MENYERAH. Sampai akhirnya ia mendapat ide untuk meminta pertolongan warga desa dgn terus bersuara menangis hingga orang-orang datang untuk menolongnya.
Berhasil! Banyak warga yg datang kesana dan keledai itu juga berhasil menarik simpati warga yang datang. Warga berusaha berusaha menolongnya namun sumur tersebut terlalu dalam. Berbagai cara dicoba oleh warga desa untuk menolong keledai tersebut, namun hasilnya sia-sia...
Ternyata warga desa tetap tidak tega mendengar suara keledai yang terus menerus menangis tanpa henti dari dasar sungai. Akhirnya warga desa memutuskan untuk mengubur sumur tua tersebut dengan tanah bersama keledai itu.
"Rasanya lebih baik bila ia mati terkubur sekarang dari pada mati perlahan di bawah sana, selain itu kita perlu mengubur sungai tua ini agar tidak ada korban lagi", begitu kata seorang warga yg disetujui warga lainnya.
Kemudian warga mulai mengambil sekop dan satu demi satu mulai memasukan tanah ke dalam sumur tersebut dengan maksud mengubur keledai bersama sumur tua itu. Diluar dugaan, tidak seperti apa yang dipikirkan warga, keledai tsb ternyata tidak terkubur dalam tanah tersebut. Setiap tanah yang dilemparkan kepadanya bukan menguburnya, malah menjadi pijakan baginya untuk keluar dari sumur itu, ia terus MENGGERAKKAN BADANNYA dan memijak pada setiap tanah yang dilemparkan kepadanya. Tanah2 terus dilemparkan kepadanya membuat ia terus bergerak, ternyata semakin cepat warga melemparkan tanah untuk mengubur keledai itu, semakin cepat pula keledai tersebut mendaki sumur. Sampai akhirnya keledai tersebut mampu melompat keluar sumur dengan sumur dengan SELAMAT!
My friends. . Cerita ini saya bagi untuk semua sahabat dan keluargaku, disaat engkau mengalami kejatuhan, cobaan dan ujian... ingatlah bahwa APA YANG TIDAK MEMBUNUH KITA, AKAN MENJADIKAN KITA LEBIH KUAT! Semua bergantung dari sisi apa kita ingin memandang permasalahan. Bila kita memandang itu sebagai sesuatu yang negatif maka terjadilah sesuai dengan yg kita pikirkan. Sebaliknya bila kita BERPIKIRAN POSITIF, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN ADA UNTUK MEMPERSIAPKAN KITA MENJADI PRIBADI YANG KUAT. Kita akan menyadari bahwa permasalahan justru merupakan CARA YANG TUHAN PAKAI UNTUK MEMBUAT KITA MENJADI LEBIH BAIK. Tuhan tidak pernah membiarkan kita menghadapi cobaan itu diluar kemampuan kita, Tuhan yakin kita sanggup melaluinya. PILIHAN SELALU ADA DITANGAN KITA APAKAH KITA AKAN MATI TERKUBUR BERSAMA SEGALA IMPIAN KITA KEDALAM TANAH YANG DILEMPARKAN ORANG-ORANG ATAU JUSTRU HAL TSB KITA UBAH MENJADI PIJAKAN-PIJAKAN UNTUK SUKSES.

KULIT SAPI RAJA


Di suatu saat, Raja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.
Lalu Raja itu pun memanggil seluruh menterinya. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera para menteri istana mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri dan mengambil kulit2nya.
Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang bijaksana menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, "wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja".
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut Sandal.
Moral story: Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Kadang kita menginginkan dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kita mulai berpikir bagaimana mengubah dunia dan nengubah semua org sesuai kemauan kita. Sesungguhnya kita hanya perlu mengubah CARA PANDANG kita, HATI kita, dan DIRI KITA SENDIRI, Atau lbh ironis lagi jangan sampai kita malah menyesali takdir yg telah terjadi dalam kehidupannya.
Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan kehidupan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab, seringkali dalam pandangan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.
dan memang, jalan kehidupan yang kita tempuh selalu terjal dan berbatu.
Manakah yang kita pilih, MELAPISI SETIAP JALAN HIDUP itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau, MELAPISI HATI & PIKIRAN kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?

“Ketika Kauserahkan Semuanya”


Luk.21:1-4: “Ketika Kauserahkan Semuanya”


“Manusia menilai dari jumlah yang diberikan,
tetapi Allah selalu menghargai motivasi hati sang pemberi.”

           
            Janda miskin yang dikisahkan dalam Injil hari ini pasti tidak pernah membayangkan bahwa tindakannya akan mendapatkan pujian dari Tuhan Yesus, dan pasti ia tidak tahu sampai ia meninggal, apalagi ia membayangkan bahwa tindakannya hari itu dengan memberikan derma di dalam Bait Allah, telah menjadi kisah yang diceritakan turun temurun  oleh berjuta-juta orang di seluruh dunia dan menjadi contoh inspiratif nan indah tentang bagaimana berpasrah kepada Tuhan. Ia hanya datang saat itu untuk melakukan kebiasaan orang-orang Yahudi, yakni memberikan derma di dalam Bait Allah sebagai ucapan syukur kepada Yahweh atas berkat yang telah diterimanya. Ini adalah sebuah tindakan biasa saja seperti juga yang dilakukan oleh mereka yang lain, yang saat itu memberikan derma di dalam Bait Allah. Namun, keunggulan janda ini, yang mendapatkan pujian Yesus adalah keberaniannya untuk memberi dari kekurangannya kepada Allah karena keyakinan bahwa semua yang diterimanya berasal dari Allah, dan kekosongan yang dialaminya karena pemberian itu akan diisi kembali oleh Allah, Sang Pemilik segala sesuatu.

            Mengenai pemberian kita kepada Tuhan, pasti masing-masing orang tahu bagaimana ia memberi, berapa jumlahnya dan  kenapa ia harus memberi. Namun, pelajaran berharga yang kita terima dari cerita janda miskin adalah soal kepercayaan total bahwa Tuhanlah pemberi segala sesuatu yang kita miliki, maka pantas juga Ia mendapatkan yang terbaik dan terindah dari kita sebagai imbalannya. Selain itu, keyakinan bahwa tindakan memberi selalu membuat kita akan mengalami kekurangan secara material, tidak dengan sendirinya menjadi sesuatu yang buruk. Alasannya,  sebenarnya kita tidak kehilangan sesuatu dari dalam diri kita ketika kita memberi, karena kita hanya memindahkan apa yang kita tidak butuhkan kepada mereka yang membutuhkannya. Aku selalu suka memakai perumpamaan botol kosong untuk mengatakan tentang hal ini; sebuah botol kosong akan lebih banyak menerima isian air baru, daripada botol yang sudah penuh yang hanya menerima sedikit dan akan terbuang jika kita memaksa mengisinya.

            Oleh karena itu, biarlah kita mengosongkan diri kita dengan tindakan memberi dan membantu orang lain agar hati dan hidup kita menjadi botol kosong di hadapan Tuhan, yang pada gilirannya akan diisi bebas oleh-Nya dengan berkas-berkas rahmat-Nya. Serahkanlah semuanya kepada Tuhan karena Ia tahu apa yang Anda  butuhkan, baik untuk tubuhmu maupun untuk jiwamu. Matius, penulis Injil melukiskan hal ini secara indah ketika ia mengatakan: “Jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu?” Karena itu, “cari dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Mat.6:25-34) Percayalah dan mujizat akan terjadi.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong
Senin, 22 November, 2010
Peringatan Sta. Cicilia, Perawan dan Martir

“Di Cintaimu Kutermangu”

Luk.21:1-4: “Di Cintaimu Kutermangu”

Maaf bila renungan pagi ini lebih sebagai sebuah sharing pribadi tapi semoga Anda masing-masing bisa merenungkan dan memaknainya dalam konteks pengalaman pribadimu.Dan, semoga isinya tidak jauh dari maksud dan tujuan Injil pagi ini.

Sudah sepuluh tahun aku menjadi imam, dan rasanya aku telah bekerja keras untuk Tuhan, melayani umat-Nya lewat beragam cara; merayakan misa bersama mereka, mendengarkan sharing dan pengakuan dosa, mendoakan mereka, mengunjungi dan beragam pelayanan lainnya. Pokoknya semuanya telah kukorbankan untuk dan demi Tuhan lewat pelayanan kepada umat-Nya.

Bacaan tentang janda miskin yang memberikan persembahan dari kekurangannya sungguh menghentakan jiwaku dari keterlenaan akan kebanggaan yang lebih condong pada sebuah kesombongan diri. Janda itu mempersembahkan dari kekurangannya dan itulah yang berkenan di hati Tuhan. Aku menyadari bahwa yang sebenarnya terjadi adalah umatlah yang melayaniku; mereka memberi penghormatan dan cinta kepadaku karena statusku sebagai seorang imam. Iman kalianlah yang membuatku terpesona dan memberi pelajaran bagiku selama ini. Kata-kata santo Yohanes Maria Vianey selalu mengiang di telinga dan hatiku;“Aku ditahbiskan bukan untuk diriku melainkan untuk umat.” Karena itu, jika aku tidak melayani dan ada untuk umat, apa artinya tahbisanku selain hanya menjadi sarana kesombongan dan keangkuhan diri?

Pagi ini aku membalas inbox dua orang ibu yang walaupun belum kukenal secara pribadi, tapi telah membuatku terkagum-kagum akan caranya mereka mencintai para imamnya; “Ibu, kalian telah membuatku merasa seperti seorang anak dalam pelukan mesra ibunya.”Ini balasanku kepada mereka karena mereka mempersilakan aku dan teman-teman romo untuk berkunjung ke rumah mereka pada suatu waktu nanti. Memang di cintaimu kutermangu. Dan, aku sungguh merasakan bahwa inilah cinta Tuhan yang luar biasa kepada kita masing-masing.

Inti pesannya; ketika Anda mau dan rela memberikan segalanya kepada Tuhan lewat pelayanan kepada sesamamu maka engkau tidak akan kekurangan sesuatupun dari diri dan milikmu untuk memberikan kepada orang lain. Kosongkanlah dirimu dari semua milikmu maka Tuhan akan dengan bebas mengisinya dengan rahmat dan berkat yang baru. Lebih baik menjadi saluran rahmat daripada menjadi gudangnya. Gudang bisa mengisi dan mengisi sehingga kemungkinan ada yang menjadi busuk bahkan tertindis, tapi sebuah saluran akan selalu menjadi segar karena segalanya tidak tertampung di dalamnya, selalu mengalir kepada orang lain yang membutuhkannya.


Teiring salam dan doa kecilku untukmu,

Rinnong

“Tangisilah Dirimu Sendiri, Kawan!”


Luk.13:31-35: 

Kadang karena keterlenaan ataukah memang karena kesengajaan kita cenderung untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain lewat sikap dan tingkah laku kita setiap saat. Ada yang lebih parah yakni banyak orang prihatin akan nasib dan masa depan kita tapi kita sendiri sepertinya enggan untuk mau bertobat dan berubah. Mereka menangisi nasib kita sementara kita sendiri memiliki hati yang bebal untuk bertobat dan berubah.

Injil hari ini menampilkan kerinduan hati Yesus yang melihat Yerusalem dan menangisi akan nasibnya di kemudian hari karena dosa dan kebebalan hati para penduduknya karena sesungguhnya mereka sendiri tidak menyadari akan bahaya yang segera menimpanya akibat dosa dan kesalahan mereka.

Saudaraku, ini pun yang terjadi ketika kita berdosa dan menjauh dari Allah. Hati Allah selalu sedih melihat sikap dan tingka laku kita, melihat dosa-dosa kita yang selalu menikam dan menggoreskan luka di Hati-Nya, dan sungguh Ia membutuhkan kerja samamu untuk mengubah dirimu sendiri. Rahmat Tuhan itu selalu cukup di dalam hati setiap orang untuk bertobat dan berubah, tapi dalam banyak kesempatan kita sendirilah yang mengabaikan daya dan keampuhan rahmat itu untuk mengubah diri kita.

Karena itu, bila saat ini masih ada orang yang sempat prihatin dan menangisi akan nasib dirimu, maka sadarlah, tangisilah dirimu, bertobat dan berubahlah, karena sesungguhnya bisa saja tiba saatnya dimana Anda sendiri akan menangisi nasibmu dan membutuhkan keprihatian dan perhatian dari orang, namun sayangnya, air mata mereka sudah kering sehingga tidak bisa meratap bersamamu. Katakanlah kepada dirimu; Suatau waktu aku dapat, dan mulailah merintis jalan pertobatan mulai dari saat ini.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong
Kamis, 27 Oktober 2011
Peringatan St. Frumentius, Pengaku iman

Renungan Powerpoint: Belajar dari angsa

4. Belajar dari Angsa

Bersyukur

Hidup mengajarkan arti Kematian... 
Cinta mengajarkan arti pengorbanan... 
Kesetiaan mengajarkan arti ketulusan hati... 
Kebahagiaan mengajarkan arti Penderitaan... 
Kegagalan mengajarkan tuk tidak putus asa... 
Sahabat mengajarkan tuk menghargai orang lain apa adanya... 
& Keimanan mengajarkan tuk selalu bersyukur... 

Mat pagi... 
Have a nice day. Gbu."
Rm. Januar Kado;"2011.08.02 08:26"

“Surga bisa jadi milikmu jika...”


Luk.13:22-30; 


“Mendapatkan Surga bukanlah sebuah pemberian tetapi sebuah usaha keras
dan di atas semuanya adalah sebuah tindakan pertobatan total.”

          Setelah membantu seorang teman memperpanjang visanya di kantor Imigrasi Filipina, seorang suster dan saya menuju kereta api ke arah pusat pertokoan Cubao,  membeli tiket Manila-Jakarta untuk seorang teman suster lain yang akan berangkat meninggalkan Manila. Setelah mencapai tangga terakhir untuk menuju kereta, kami berdua mempercepat langkah bahkan harus berlari karena pintu kereta akan  tertutup secara otomatis. Dengan sebuah lompatan kecil saya sudah berada di dalam kereta sementara suster yang berada di belakangku tak bisa masuk seiring dengan tertutupnya pintu kereta api.

            Membaca kutipan Injil hari ini di mana Yesus bilang, “berjuanglah untuk  masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab banyak orang akan berusaha masuk, tetapi tidak akan dapat,”tentunya tidak begitu saja kita membandingkan pintu kereta api dengan pintu Surga, terutama dalam soal kecepatan dan ketepatan masuk, karena kalau menaiki kereta api dibutuhkan soal ketepatan dan kecepatan maka memasuki pintu Surga lebih menuntut usaha dan kerja keras dan terlebih sebuah pertobatan batin. Pintu Surga tetap terbuka untuk siapa saja dan kapan saja, tetapi memasukinya perlu karcis perbuatan baik. Semua yang melakukan kejahatan sehingga pada karcisnya tertulis dosa-dosa tidak akan diizinkan memasukinya kecuali jika ada pertobatan selama hidup masih terberi. Tuhan selalu menanti di dalam Surga yang terbuka,kapan saja engkau datang dengan sebuah pertobatan hati yang sungguh. Ia tak pernah menutup pintu Surga bagaikan pintu kereta yang tertutup secara otomatis. Dengan kata lain, karcis kitalah yang menentukan terbuka atau tertutupnya pintu kereta api Surga; bila di dalam karcismu tertulis perbuatan jahat dan tidak ada pertobatan maka pintu Surga dengan sendirinya tak bisa terbuka secara otomatis bagimu, sebaliknya jika pada karcismu tertulis perbuatan baik maka pintu kereta api Surga akan terbuka dengan sendirinya untukmu.

            Karena itu, dengan tak bosan-bosannya aku mau ingatkan Anda sekalian sebagai sahabat-sahabatku bahwa pintu Surga selamanya akan terbuka. Anda akan diterima kapan saja Anda mau datang melaluinya. Pertobatanlah yang menjadi syarat bagi diterimanya Anda melalui pintu itu. Dengan demikian, jika sampai saat ini hidup masih terberi untukmu maka Tuhan menghendaki adanya sebuah pertobatan yang total darimu sebelum Anda beralih ke sana menurut kehendakNya. Tanpa bermaksud menakutimu, tapi hanya sekedar mau mengingatkan kepadamu, jangan sampai Ia akan berkata kepadamu, “Aku tidak tahu dari mana kalian datang. Pergilah dari hadapan-Ku.” Moga kata-kata ini tidak mematahkan semangatmu melainkan mengobarkannya sehingga dari saat ke saat Anda berjuang untuk masuk melalui pintu yang sesat dan sempit itu.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong
Rabu, 27 Oktober, 2010

"JADILAH SALURAN CINTA ALLAH"


 Luk.6 : 12 - 19
 
 
Kadang kesibukan atau padatnya kegiatan membuat kita mengabaikan kehidupan doa kita (relasi dengan Allah). Atau sebaliknya yang ekstrim terjadi bahwa hanya karena harus berdoa maka relasi dengan sesama bahkan bantuan kepada mereka yang sungguh membutuhkan uluran tangan kita pun, diabaikan.
 
Yesus, Sang Guru dalam Injil hari ini mengajarkan bahkan menunjukkan contoh kongrit bagaimana menyatuhkan dua hal itu dalam hidup dan karya pelayanan-Nya; Ketika orang lain pada umumnya beristirahat, Ia berdoa dan akhir dari doanya adalah melakukan karya pelayanan. Bagi Yesus, banyak atau sedikit orang yang dilayani tidaklah penting. Yang paling penting adalah setiap orang bisa mendapat dan merasakan sentuhan cinta dibalik kehadiran dan pelayanan-Nya. Bagi Yesus, doa adalah kesempatan untuk mendapatkan inspirasi dan kekuatan dari Sang Bapa, dan pelayanan adalah bukti dari doanya. Yesus dapat melakukan keduanya karena memang fokus pelayanan-Nya bukan pada Diri-Nya, melainkan pada Allah sebagai Bapa-Nya dan manusia sebagai sebagai sesama yang harus dihantar kembali kepada keselamatan yang dari Allah Bapa-Nya.
 
Injil hari ini mau mengatakan kepada setiap dari kita bahwa “menjadi orang Kristen” adalah panggilan dan keterpilihan dari Yesus sendiri. Seperti Ia memanggil dan memilih para rasul dari antara para murid dengan namanya masing-masing, maka Ia pun membuatnya kepadamu ketika Anda menjadi anggota Gereja yang didirikan-Nya. Lagi, menjadi Katolik bukan soal Anda memilih Dia, melainkan Dialah yang memilih kamu, dan betapa rindu hati-Nya bila kehadiranmu dalam Gereja-Nya mendatangkan suka cita, penghiburan, cinta kasih dan pengampunan seperti yang pernah Ia perbuat kepada sesama pada saat kehadiran fisik-Nya di dunia ini.
 
Karena itu, mungkin patutlah kata-kata bijak yang pernah kita dengar dan baca ini menjadi bahan permenungan kita sekalian di pagi ini; Secara fisik, Yesus tidak mempunyai mulut dan mulutmu hendaknya berbicara tentang apa yang pernah Ia wartakan; Ia tidak mempunyai mata, maka semoga matamu mampu melihat kebutuhan dan penderitaan orang lain; Ia tidak mempunyai telinga, karena itu semoga engkau mau dan rela mendengarkan cerita dan sharing orang lain; Ia tidak mempunyai tangan, maka berilah tanganmu untuk memperpanjang perbuatan kasih kepada sesama. Dalam segala hal, bukannya Yesus yang membutuhkan kita, tapi kitalah yang seharusnya membutuhkan Yesus, bukan saja demi keselamatan kita sendiri, tapi juga mampu menjadi sarana keselamatan Allah bagi sesama kita.
 
 
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
 
***Rinnong***
Selasa, 6 September 2011
Peringatan Beato Thomas Tzugy dari Jepan dan Teman-temannya

“Dasar Hukum adalah Cinta”


Luk.13:10-17; 

“Menghukum seseorang dengan cinta tidak akan menyakitkan melainkan membangkitan harapan untuk membangun sebuah pertobatan dan perubahan hidup.”

            Setiap kali membaca kutipan atau bacaan yang berhubungan dengan hukum, ingatanku selalu kembali pada bulan Maret 2009 yang lalu sesaat ketika saya hendak pergi mengikuti test masuk pada fakultas “Hukum Gereja” (Canon Law) Universitas Santo Tomas – Manila. Seorang teman suster dari Korea yang sama-sama mengikuti kursus “On going formotion” selama 8 bulan di sebuah kota di pinggiran Manila mengingatkan saya, katanya; “Saya berdoa semoga Anda lulus dalam test masuk itu, namun ingatlah bahwa “hukum tanpa cinta kasih adalah sebuah kesia-siaan.” Kalimat pendek itu selalu terngiang di benakku sampai saat ini.

            Hari ini Yesus berhadapan dengan seorang wanita yang telah 18 tahun menderita sakit. Walaupun hari itu adalah Sabat, hari Suci orang Yahudi, tetapi Yesus menggunakannya untuk menyembuhkan si wanita malang itu, katanya; “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Kepala rumah ibadat sebagai yang dipercayakan untuk memegang teguh aturan penghormatan terhadap hari suci Sabat mengkritik Yesus dengan mengatakan kepada mereka yang datang untuk disembuhkan agar datang saja pada 6 hari lain dan bukan pada hari Sabat. Menanggapi kritikan ini, Yesus mengingatkan bahwa “cinta kasih kepada mereka yang susah lebih tinggi kedudukannya daripada ketaatan kaku terhadap hukum. Hukum dibuat demi keteraturan, tetapi cinta dan belas kasih karena penderitaan sesama harus diutamakan. Menegakan hukum itu baik, tetapi hendaknya tidak menutup kemungkinan di mana cinta harus dipraktekan.”

            Hal lain yang mau ditonjolkan lewat bacaan Injil hari ini yakni “kehadiran Yesus Yang bukan hanya sebagai seorang Penyelamatan, tetapi juga seorang Penyembuh/Tabib atau Dokter.” Kemarin kepada seorang teman di wall  facebook saya mengatakan bahwa “beda antara para dokter dan Yesus adalah pada cara pengobatan mereka. Hanya dengan Sabda dan sentuhan seseorang dapat disembuhkan, dan itu dilakukan tanpa obat atau ramuan khusus. Itulah kuat kuasa dari Yesus.

            Akhirnya, semoga dalam hidup, kita tidak terpaku saja pada aturan bila memang penderitaan atau situasi sesama menuntut reaksi spontan dan cepat demi menolong. Aturan atau hukum tidak akan mati atau terhapus hanya karena kita menolong atau membantu orang lain. Justru hukum akan dijunjung tinggi dalam tindakan cinta yang kita lakukan sebagai seseorang yang taat hukum. Sekali lagi, hukum tanpa cinta kasih adalah sebuah kesia-siaan. Menghukumlah orang lain dengan cinta, maka lihatlah bahwa dalam sekejap orang yang terhukum akan bertobat, berubah dan bertumbuh dan berkembang melebihin apa yang dapat Anda bayangkan sebelumnya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong
Senin, 25 Oktober, 2010

"JADILAH SEORANG PENCINTA SEJATI"

Mat.22:34-40
Banyak orang merasa gagal untuk mencintai Tuhan, sesama (pasangan nikahnya), orang tua, anak-anak dan sahabat kenalannya karena sesungguhnya mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka gagal mencintai (baca=menerima) diri mereka apa adanya.

Injil hari ini sangat jelas dalam urutannya ketika Yesus berkata; “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan, kasihilah sesamamu manusia “seperti dirimu sendiri.” Dengan kata lain, selama Anda belum mampu untuk mencintai (menerima) dirimu apa adanya sebagai yang unik, maka gambaran keliru pun akan dikenakan kepada Tuhan dan sesamamu dalam hal berelasi dengan mereka. Karena itu, bila Anda merasa menyenangkan menerima dirimu apa adanya, maka dunia kesekitaranmu bagaikan bunga yang berkembang setiap pagi dan menyenangkan mata, hati dan pikiranmu. Dunia kesekitaranmu akan indah dan menyenangkan bila saja Anda menyadari betapa uniknya dirimu.

Intinya, CINTA adalah landasan dari segala relasi dengan Tuhan dan sesama. Dan, satu-satunya pribadi sempurna dalam hal mencintai, yang pernah hidup di dunia ini adalah Yesus sendiri. Dialah yang mengundang setiap orang untuk belajar mencintai seperti cinta yang pernah diberikan-Nya kepada setiap orang dan orang yang dicintai-Nya mengalami perubahan dan pertobatan.

Ada satu poster bagus sekedar memberi perbandingan antara Yesus dan manusia lain; “Musa: Segala sesuatu adalah hukum; “segala sesuatu adalah uang, itulah Karl Max; Einstein: “Segala sesuatu bersifat relatif; “Segala sesuatu adalah sex, demikian kata Simon Freud; Akhirnya, “Segala sesuatu adalah CINTA, dan itulah YESUS.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Rinnong** 

Jumat, 19 Agustus 2011
Peringatan St. Yohanes Eudes dan St. Ezexhiel Moreno, Bishop

  . Setiap jam TUHAN memberikan kekuatan tuk kita bersabar dlm segala hal..

setiap jam DIA membawa kita pada perkara2 yg indah..

Kasih-NYA mengajarkn tuk hidup lebih tenang sebagai alat, hamba, sahabat juga anak-Nya,  sekali pun kita dlm gelombang kegundahan & beban terberat. Bersukacitalah sebab Kita senantiasa ada dalam Kasih-Nya.
Mat pagi... Gbu.


Rm. Januarius Kado (10.05.2011 22:54:06)

“Pentingnya Mendengarkan Sabda”

Sabtu, 9 Oktober, 2010
Peringatan St. Denis dan teman-temanya, dan St. Leonardus
Luk.11:27-28: 

“Mendengarkan Sabda adalah gerbang menuju pengambilan keputusan
untuk melakukan tindakan baik.”


Injil hari ini menjadi contoh yang sepertinya kontradiksi dengan apa yang sedang kita lakukan di bulan Rosario ini, yakni ketika kita menyatakan penghormatan khusus kepada Bunda Maria. Betapa tidak, ketika orang yang kagum akan sosok Yesus, berteriak memuji ibu yang melahirkan-Nya, reaksi Yesus malah mengindakasikan bahwa sepertinya Yesus tidak memberikan pengakuan terhadap Maria sebagai wanita yang terberkati karena telah melahirkan-Nya. Benarkah demikian? Marilah kita menelaah lebih dalam tentang maksud Yesus ketika Ia mengatakan; “Yang lebih berbahagia adalah mereka mendengarkan Sabda Tuhan dan mempraktekannya dalam hidup.
           
            Dalam tradisi Yahudi, wanita yang berbahagia adalah mereka yang dapat melahirkan banyak anak. Sebaliknya mereka yang tidak dapat melahirkan, dianggapnya sebagai sebuah aib atau hukuman dari Allah, seperti apa yang dialami oleh Sara dalam Perjanjian Lama dan Elizabeth dalam Perjanjian Baru. Dengan kata lain, derajat seorang wanita terangkat dan menjadi yang dihormati dan terhormat, terletak pada kemampuannya untuk melahirkan anak. Anak-anak yang dilahirkan oleh seorang wanita menjadi bukti betapa terberkatinya seorang wanita, seorang ibu dalam tradisi Yahudi.

            Menyimak kembali apa yang dikatakan oleh Yesus sebagai reaksi atas pujian terhadap wanita yang melahirkan-Nya, Yesus mengatakan sesuatu yang jelas bertentangan dengan tradisi Yahudi. Yang berbahagia adalah “mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan mempraktekannya di dalam hidup.” Pertanyaan untuk direnungkan adalah “apakah Maria juga termasuk mereka yang dipuji oleh Yesus?” Kenyataan bahwa Maria adalah ibu-Nya dan pasti dianggap sebagai yang berbahagia tidak perlu diteguhkan lagi oleh Yesus. Justru, jawaban Yesus bahwa yang mendengarkan Sabda Tuhan dan mempraktekkannya jauh lebih penting daripada hanya sekedar sebuah hubungan darah. Atas cara yang tepat, Sabda Yesus mau mengangkat Maria ke tingkat yang lebih terhormat, karena Maria adalah teladan bagi mereka yang mau mendengarkan Sabda Tuhan, mengamininya dan mempraktekannya dalam hidup. “Aku ini adalah hamba Tuhan dan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” mengatakan dengan jelas bahwa Maria adalah pendengar dan pelaksana setia Sabda Tuhan.

            Pelajaran yang bisa kita petik dari Injil hari ini, yakni kita belajar, bukan hanya menjadi seorang pendengar Sabda saja, melainkan kita dituntut untuk menjadi pelaksana Sanda dalam hidup. Di balik itu, terbersit juga sebuah kritik bagi kita; Telah sekian lama kita menjadi pendengar Sabda, namun pertanyaan refleksif adalah “Apakah kita telah dan mampu menjadi pelaksana Sabda dalam hidup?” Ataukah tugas kita adalah hanya untuk mendengarkan Sabda saja, sedangkan biarlah orang lain yang menjadi pelaksananya. Hal yang tidak mungkin terjadi adalah “kita melaksanakan apa yang kita sendiri tidak tahu karena tak pernah mendengarkannya.” Yang benar adalah “pendengaran  sangat membantu kita untuk membuat sebuah keputusan; apakah kita mau mempraktekan apa yang kita dengar atau mengabaikannya.” Kita berdoa, semoga kita bukan hanya menjadi pendengar Sabda, namun terlebih mampu menjadi pelaksananya dalam hidup setiap hari.


Selamat berakhir pekan.
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu.

Rinnong

Popular Posts Widget