Rabu, 17 November, 2010
Peringatan Sta. Elizabeth dari Hongaria
Luk.19:11-28: “Tuhan akan meminta pertanggung-jawaban”
“Penugasan baru selalu dilatar-belakangi oleh sebuah kepercayaan,
tetapi pertanggung-jawaban terhadap tugas adalah
pembuktian atas kemampuan diri.”
Banyak orang senang bila mendapatkan tugas baru, atau kepercayaan untuk mengelolah sesuatu atau sejumlah uang, tetapi mereka gagal untuk membuat sebuah laporan yang jujur dan benar tentang apa yang diterimanya. Setidak-tidaknya inilah pengalaman pribadi selama ini; Setiap semester saya menerima sejumlah uang untuk hidup dan perkuliahan, tetapi hal membuat laporan, sungguh menjadi sebuah kesulitan tersendiri. Apalagi membuat sebuah laporan yang jujur dan dapat dipercaya tentang soal keuangan. Saya pun percaya bahwa masing-masing dari kita mempunyai pengalaman yang sama, atau setidak-tidaknya mirip.
Hari ini, Yesus berbicara dalam Injil Lukas tentang soal “bagaimana mempertanggung jawabkan tugas yang dipercayakan kepada kita masing-masing.” Yesus menggunakan sebuah contoh yang sangat indah tentang “uang.” Kelompok pertama datang dengan menunjukkan bukti yang jelas dari apa yang mereka terima dan hasil yang mereka dapatkan dengan uang tuan mereka. Sedangkan kelompok kedua yang diwakili oleh seorang yang menerima 1 mina, mengembalikan uang mina itu dengan jumlah yang sama seperti ketika ia menerimanya. Penafsiran terhadap teks ini selalu merujuk pada kenyataan bahwa kepada kita masing-masing diberikan uang mina/bakat/talenta, dan betapa Tuhan menginginkan agar semua yang kita terima itu ditumbuh-kembangkan di dunia ini selama hidup masih terberi. Di satu sisi, ada orang yang dengan sangat bagus mengembangkan talenta kebaikan mereka, seperti menjadi pengusaha, menjadi politisi, pemimpin, dan lain sebagainya, namun di lain pihak, ada juga sebagian dari kita mengembangkan sifat buruk seperti kemalasan, kerakusan, kejahatan, ketidakadilan, dan beragama perbuatan jahat lainnya, dan lebih aneh lagi bahwa mereka bangga akan semuanya itu.
Ganjaran dan hukuman yang diberikan oleh sang tuan kepada para hambanya selalu berdasarkan nilai keadilan; Yang mengembangkan uang mina itu diberikan ganjaran yang setimpal, pun sebaliknya yang tidak mengembangkan uang mina itu, mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Apa yang kita bisa pelajari dari pengajaran ini, yakni; Hukuman Allah selalu adil. Hukuman Allah tidak berdasarkan soal suka atau tidak suka, bukan juga berdasarkan sebuah kebencian, melainkan lahir dari cinta dan nilai rasa keadilan. Dengan kata lain, kita dihukum berdasarkan laporan pertanggung jawaban kita. Masakan kita meminta uang tambahan sementara kita tidak membuat laporan dari uang yang sebelumnya diberikan kepada kita? Bagaimana mungkin sang tuan/para donatur percaya untuk mencairkan anggaran tahap kedua bila anggaran tahap pertama tidak ada laporan pertanggung jawabannya? Pertanyaan yang lebih penting adalah; “Apakah kita jujur dalam membuat sebuah laporan pertanggung jawaban? Mungkin kita bisa menipu para donatur atau pimpinan kita, namun tidak bagi Allah. Semuanya akan terpampang secara jelas karena mendapatkan sinar keadilan dan kejujuran Allah.
Karena itu, aku selalu senang mengatakan bahwa kesempatan itu masih terberi seiring dengan adanya fakta bahwa kita masih hidup. Hidup yang masih terberi pada hakekatnya adalah sebuah kesempatan yang menjadi ekspresi cinta Allah kepada kita untuk mengembangkan talenta-talenta yang Tuhan percayakan kepada kita di satu pihak, dan juga menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki laporan pertanggung jawaban kita di lain pihak. Marilah kita bekerja dengan jujur, adil dan benar, sehingga laporan proyek hidup kita mendapatkan penghargaan dari Allah. Hanya untuk mengingatkanmu lagi bahwa “mungkin kita bisa menipu para donatur atau pimpinan kita di dunia ini, namun semua yang kita laporkan sebagai pertanggung jawaan kita akan mendapatkan sinra keadilan Allah, dan di sana soal penipuan tidak mendapatkan tempatnya. Di sana, yang adil akan terjadi dan setiap orang menerima ganjaran bukan sesuai dengan laporannya semata, melainkan sesuai dengan apa yang riil, yang telah kita lakukan di dunia ini. Moga kehidupan yang masih terberi kepada kita ini dapat kita gunakan dengan sebaik mungkin, untuk mempersiapkan jiwa mendapatkan apa yang kita rindukan dalam perziarahan hidup kita, yakni menikamti jamuan kudus bersama Yang Kudus dalam Kerajaan Kudus-Nya.
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,
Rinnong
0 komentar:
Posting Komentar