Tuhan akan meminta pertanggung-jawaban

Rabu, 17 November, 2010
Peringatan Sta. Elizabeth dari Hongaria
Luk.19:11-28: “Tuhan akan meminta pertanggung-jawaban”

“Penugasan baru selalu dilatar-belakangi oleh sebuah kepercayaan,
tetapi pertanggung-jawaban terhadap tugas adalah
pembuktian atas kemampuan diri.”

            Banyak orang senang bila mendapatkan tugas baru, atau kepercayaan untuk mengelolah sesuatu atau sejumlah uang, tetapi mereka gagal untuk membuat sebuah laporan yang jujur dan benar tentang apa yang diterimanya. Setidak-tidaknya inilah pengalaman pribadi selama ini; Setiap semester saya menerima sejumlah uang untuk hidup dan perkuliahan, tetapi hal membuat laporan, sungguh menjadi sebuah kesulitan tersendiri. Apalagi membuat sebuah laporan  yang jujur dan dapat dipercaya tentang soal keuangan. Saya pun percaya bahwa masing-masing dari kita mempunyai pengalaman yang sama, atau setidak-tidaknya mirip.

            Hari ini, Yesus berbicara dalam Injil Lukas tentang soal “bagaimana mempertanggung jawabkan tugas yang dipercayakan kepada kita masing-masing.” Yesus menggunakan sebuah contoh yang sangat indah tentang “uang.” Kelompok pertama datang dengan menunjukkan bukti yang jelas dari apa yang mereka terima dan hasil yang mereka dapatkan dengan uang tuan mereka. Sedangkan kelompok kedua yang diwakili oleh seorang yang menerima 1 mina, mengembalikan uang mina itu dengan jumlah yang sama seperti ketika ia menerimanya. Penafsiran terhadap teks ini selalu merujuk pada kenyataan bahwa kepada kita masing-masing diberikan uang mina/bakat/talenta, dan betapa Tuhan menginginkan agar semua yang kita terima itu ditumbuh-kembangkan di dunia ini selama hidup masih terberi. Di satu sisi, ada orang yang dengan sangat bagus mengembangkan talenta kebaikan mereka, seperti menjadi pengusaha, menjadi politisi, pemimpin, dan lain sebagainya, namun di lain pihak, ada juga sebagian dari kita mengembangkan sifat buruk seperti kemalasan, kerakusan, kejahatan, ketidakadilan, dan beragama perbuatan jahat lainnya, dan lebih aneh lagi bahwa mereka bangga akan semuanya itu.

            Ganjaran dan hukuman yang diberikan oleh sang tuan kepada para hambanya selalu berdasarkan nilai keadilan; Yang mengembangkan uang mina itu diberikan ganjaran yang setimpal, pun sebaliknya yang tidak mengembangkan uang mina itu, mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Apa yang kita bisa pelajari dari pengajaran ini, yakni; Hukuman Allah selalu adil. Hukuman Allah tidak berdasarkan soal suka atau tidak suka, bukan juga berdasarkan sebuah kebencian, melainkan lahir dari cinta dan nilai rasa keadilan. Dengan kata lain, kita dihukum berdasarkan laporan pertanggung jawaban kita. Masakan kita meminta uang tambahan sementara kita tidak membuat laporan dari uang yang sebelumnya diberikan kepada kita? Bagaimana mungkin sang tuan/para donatur percaya untuk mencairkan anggaran tahap kedua bila anggaran tahap pertama tidak ada laporan pertanggung jawabannya? Pertanyaan yang lebih penting adalah; “Apakah kita jujur dalam membuat  sebuah laporan pertanggung jawaban? Mungkin kita bisa menipu para donatur atau pimpinan kita, namun tidak bagi Allah. Semuanya akan terpampang secara jelas karena mendapatkan sinar keadilan dan kejujuran  Allah.

            Karena itu, aku selalu senang mengatakan bahwa kesempatan itu masih terberi seiring dengan adanya fakta bahwa kita masih hidup. Hidup yang masih terberi pada hakekatnya adalah sebuah kesempatan yang menjadi ekspresi cinta Allah kepada kita untuk mengembangkan talenta-talenta yang Tuhan percayakan kepada kita di satu pihak, dan juga menjadi kesempatan bagi kita  untuk memperbaiki laporan pertanggung jawaban kita di lain pihak. Marilah kita bekerja dengan jujur, adil dan benar, sehingga laporan proyek hidup kita mendapatkan penghargaan dari Allah. Hanya untuk mengingatkanmu lagi bahwa “mungkin kita bisa menipu para donatur atau pimpinan kita di dunia ini, namun semua yang kita laporkan sebagai pertanggung jawaan kita akan mendapatkan sinra keadilan Allah, dan di sana soal penipuan tidak mendapatkan tempatnya. Di sana, yang adil akan terjadi dan setiap orang menerima ganjaran bukan sesuai dengan laporannya semata, melainkan sesuai dengan apa yang riil, yang telah kita lakukan di dunia ini. Moga kehidupan yang masih terberi kepada kita ini dapat kita gunakan dengan sebaik mungkin, untuk mempersiapkan jiwa mendapatkan apa yang kita rindukan dalam perziarahan hidup kita, yakni menikamti jamuan kudus bersama Yang Kudus dalam Kerajaan Kudus-Nya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Imanmu menyelamatkan saudaramu

Minggu, 28 November, 2010
Peringatan St. Saturninus
Mat.8:5-11: “Imanmu menyelamatkan saudaramu”


“Kerendahan hati menjadi ungkapan terdalam iman seseorang.”


            Akhir-akhir ini, rasanya kuping kita terbakar meradang mendengar para tenaga kerja Indonesia di beberapa negara di Timur Tengah, khususnya di Arab Saudi yang diperlakukan secara tidak adil, bahkan sampai ke tingkat penghinaan dan kekerasan fisik; Ada yang disiksa dengan cara dirajam; yang lain disiram dengan air panas; dan yang lain lagi dengan cara menyerika tubuh korban dengan setrika panas. Sungguh memilukan karena mereka yang ber-Tuhan memperlakukan sesamanya dengan cara-cara yang tidak manusiawi.

            Injil hari ini mengetengahkan kepada kita sebuah cerita menarik tentang perhatian dan cinta seorang perwira terhadap pembantunya. Sungguh aneh bahwa seorang perwira yang dihormati oleh bawahannya, merendahkan diri untuk meminta sesuatu kepada Yesus demi kepentingan pembantunya; “Tuhan, hambaku sedang sakit, jika Engkau mau datanglah dan sembuhkanlah dia.” Ketika Yesus menjawab bahwa Dia akan datang menyembuhkannya, sang perwira mengeluarkan dari hatinya seuntai kalimat indah sebagai mutiara hatinya; “Tuhan, saya tidak pantas menerima Tuhan di dalam rumahku; katakanlah sepata kata saja maka aku percaya bahwa hambaku akan sembuh.” Bukankah ini ungkapan yang muncul dari seseorang yang rendah hati? Bukankah ia telah meninggalkan keinginan untuk dihormati dan dilayani oleh hambanya, dan sebaliknya berjuang untuk kepentingan dan kesehatan hambanya? Aku pastikan bahwa setelah sembuh, si hamba akan menunjukkan cinta dan kesetiaan yang luar biasa kepada sang tuannya.

            Ada beberapa hal yang pantas kita refleksikan dan renungkan lewat bacaan hari ini, yakni:

o   Perlakukan yang adil dan pantas kepada orang lain dengan cinta tanpa memandang status dan jabatan mereka. Cinta harus melampaui batas-batas yang nampak membedakan manusia satu dengan yang lain. Pengalaman para tenaga kerja yang disiksa dan mendapatkan tindakan kekerasan dari para majikan, bukan hanya sesuatu yang tidak adil, tetapi lebih dari itu adalah sebuah tindakan penurunan dan penghancuran martabat manusia oleh sesama manusia sendiri.
o   Keselamatan adalah soal urusan pribadi setiap orang dengan Tuhan, namun bantuan orang lain tetap dibutuhkan. Iman kita pun bisa menyelamatkan dan menyembuhkan orang lain. Sang perwira menunjukkan contoh yang baik bahwa ketika ia percaya akan Yesus, maka hasilnya hambanya mendapatkan kesembuhan.
o   Kerendahan hati menjadi mutiara dari iman seseorang. Apa yang pasti bahwa tidak semua orang beriman bersifat rendah hati, namun ketika Anda menunjukkan sifat rendah hati, maka orang lain akan yakin bahwa Anda memiliki keutamaan kerendahan hati.


Semoga saja Adven yang masih terbentang luas ini menjadi kesempatan bagi kita masing-masing untuk belajar menjadi rendah hati, serta memberikan yang terbaik kepada sesama kita.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,


Rinnong

IA kekal Adanya

Jumat, 26 November, 2010
Luk.21:29-33: “IA kekal Adanya”

“Hanya Allah-lah yang kekal.
IA-lah sumber dan tujuan segala sesuatu.”

                Ketika melihat pesawat terbang kita sangat kagum karenanya. Bagaimana mungkin barang seberat begitu bisa terbang di angkasa tanpa mengepakkan sayapnya seperti burung? Kita melihat kapal laut berlayar menerjang ombak dan kita heran karena masakan benda seperti itu bisa bergerak bebas di laut? Pokoknya banyak hal tercipta dan kita sangat kagum terhadap mereka. Meskipun demikian, semua ciptaan itu akhirnya ditinggalkan tanpa si pencipta menikmati hasilnya secara tuntas. Dengan kata lain, semuanya harus ditinggalkan dalam peristiwa kematian. Lain halnya dengan Allah; Ia menciptakan dari ketiadaan, dan ketika ada yang hilang atau musnah, tidak dengan sendirinya menghilangkan eksistensi/keberadaan Allah sebagai pencipta. Dengan kata lain, barang-barang boleh punah tetapi Allah tidak akan punah bersama barang-barang ciptaan-Nya.

            Kalimat terakhir dari Injil hari ini justru menjelaskan apa yang telah disebutkan di atas. Yesus bilang: “Langit dan bumi akan musnah tetapi Firman-Ku tidak akan lenyap.” Kenapa? Karena firman itu adalah Allah sendiri seperti yang telah di katakan dalam Yohanes 1: “Pada mulanya adalah Firman….” Allah adalah Yang kekal, Yang tak pernah musnah bersama barang-barang yang diciptakan-Nya. Allah melampaui ruang dan waktu. Ia tidak bisa disamakan hakekatnya dengan barang ciptaan-Nya.

            Pelajaran berharga yang bisa kita peroleh dari Injil hari ini, yakni “Jika Firman itu adalah Allah sendiri, maka mendasarkan hidup kita pada firman Tuhan setiap hari, adalah mendasarkan hidup pada Allah sendiri. Dia bukan hanya adalah Firman itu, tapi Firman yang hidup, firman yang kekal. Karena itu ketika kita mendasarkan hidup pada Allah, berarti kita menempatkan sesuatu yang fana (hidup dan diri kita) ke dalam sesuatu yang kekal, yakni Allah sendiri. Dialah sumber dan tujuan hidup dan segala sesuatu yang menjadi ciptaan-Nya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Ia akan Menyelamatkanmu

Kamis, 25 November, 2010
Peringatan St. Katarina dari Alexandria, perawan dan Martir
Luk.21:20-28: “Ia akan Menyelamatkanmu”


“Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Allah demi keselamatan kita.
Akan tetapi jika Allah berinisiatif untuk menyelamatkan kita
maka yakinlah bahwa semuanya karena cinta.”


            Situasi dunia saat ini dengan segala bentuk bencananya, seperti banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, perang dan beragam situasi lainnya, seakan membuat gentar hati untuk semakin yakin bahwa sepertinya dunia bergerak ke titik akhirnya, yakni kehancuran. Contoh terakhir adalah ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang terjadi akhir-akhir ini. Karen itu, di mana-mana ada gerakan, seminar dan pertemuan yang diadakan dengan tujuan untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.

            Melihat gejala seperti itu, seorang teman lewat “wall facebook” bertanya kepadaku, apakah Allah masih tersenyum jika ada peperangan seperti itu? Pertanyaannya muncul sebagai reaksi atas tulisan refleksi malam saya, bunyinya: “Allah tersenyum ketika kita saling memaafkan, ketika yang bersalah datang merunduk merendah di hadapan temannya, dan ketika yang dilukai dengan jiwa besar memeluk erat saudarannya yang telah bersalah kepadanya. Jawabanku; “Allah tetap tersenyum karena perang seperti itu tak pernah mempengaruhi keberadaan-Nya sebagai Allah, malah sebaliknya menghancurkan, bukan hanya barang, tetapi terlebih jiwa manusia selalu menjadi taruhannya. Lebih dari itu, Allah tetap tersenyum karena manusia tidak menggunakan akal budi dan kehendak bebasnya untuk merajut perdamain malah untuk membangun permusuhan.

            Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan kehendak luhur Allah untuk menyelamatkan manusia, bukan karena jasa-jasa kita melainkan hanya karena cinta-Nya semata yang menggerakan hati-Nya untuk berbuat sesuatu kepada manusia ciptaan-Nya. Dengan kata lain, keselamatan adalah hadiah cuma-cuma dari Allah bukan karena kita melakukan sesuatu yang membuat Allah harus membalasnya, melainkan semata hanya karena belas kasih Allah agar kita pun merasakan kebahagiaan bersama-Nya.

            Oleh karena itu, saya selalu mengajak Anda sekalian untuk merenungkan tentang cinta Allah dengan cara berbuat baik dan bertobat. Pertobatan selalu meluluhkan hati Allah untuk segera datang menyelamatkan kita. Aku senang memakai contoh penjahat yang bertobat untuk menunjuk pada hal ini. Hanya dengan kemauan untuk bertobat saat akhir hidupnya, telah menggugah hati Allah untuk mengundang si penjahat itu, segera menikmati firdaus bersama-Nya. Dengan cara yang sama aku mau yakinkan Anda sekalian bahwa waktu hidup kita masih terbentang luas di mana kesempatan untuk bertobat selalu ada setiap saat. Allah tetap tersenyum melihat kehendak hati kita untuk bertobat. Ia akan segera berlari seperti bapa dalam cerita anak hilang untuk menyambut kita dalam pelukan mesra-Nya yang menyelamatkan kita.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

SEBUAH RENUNGAN HIDUP

(2)“SEBUAH RENUNGAN HIDUP”

Hanya untuk direnungkan sebelum tidur...JANGAN LEWATKAN SEBELUM PERGI TIDUR....
"KEINGINAN DAN KEMAUAN BAIK KADANG TIDAK BISA TEREKSPRESI BUKAN KARENA KELEMAHAN KITA, TAPI  KARENA SITUASI DI SEKITAR KITA."


Seperti biasanya, sore tadi aku berangkat ke sebuah kapel di kota Manila untuk merayakan misa bersama sebuah kelompok umat. Perjalanan dengan kereta api lalu dilanjutkan dengan jeepney (angkotnya orang Filipina) biasanya hanya ditempuh dalam 1 jam. Setelah turun dari kereta api aku bergegas memberhentikan jeepney dengan jurusan ke tempat kapel kecil itu berada. Kira-kira 50 meter setelah itu, berhubung karena hujan deras sebelumnya maka kemacetan besar sedang menantiku. Aku melihat jam di hp-ku ternyata masih 30 menit sebelum jam 6 sehingga aku mengirim pesan singkat kepada kostor untuk menanti saja bila aku terlambat datang.
Perjalanan pun dilanjutkan tapi apa yang terjadi kemudian adalah jeepney bergerak sangat lambat, kira-kira 3 sampai 4 meter bergerak harus menanti lagi untuk 5-10 menit lagi untuk maju, sementara waktu telah menunjukkan pukul 6 sore waktunya untuk misa dimulai. Aku mengirim lagi pesan untuk meminta mereka menanti. Waktu sekarang telah menunjukkan 6.30 malam sehingga aku mengirim lagi pesan bahwa bila jam 7 aku belum sampai juga di kapel itu, maka lebih baik umat pulang karena kasihan mereka telah menunggu sejak pukul 5.30 sore. Kecemasanku  menjadi kenyataan. Kulihat jam di hp-ku dan ternyata sudah jam 7 malam sementara aku baru berada dalam setengah perjalanan. Akhirnya, aku mengirim lagi pesan kepada kostor seperti ini: KATAKANLAH KEPADA UMAT SEKALIAN PERMINTAAN MAAFKU UNTUK PEMBATALAN MISA SORE INI. INI UNTUK PERTAMA KALINYA KULAKUKAN SELAMA 9 TAHUN MENJADI SEORANG IMAM DAN SUNGGUH SANGAT MENYIKSAKU BILA MEMIKIRKAN TENTANG KEJADIAN SORE INI. Kemudian aku melanjutkan: "ALLAH PASTI TAHU KERINDUAN BESAR KITA UNTUK MENYANTAP TUBUH DAN DARAH PUTRANYA SORE/MALAM INI, TAPI AKU HANYALAH MANUSIA BIASA YANG TAK MAMPU UNTUK BERBUAT SESUATU YANG MELAMPAUI KEMAMPUANKU. MAAFKANLAH AKU...SAMPAI JUMPA DALAM MISA ESOK SORE."


Setelah itu, aku turun dari jeepney dan berjalan sekitar 3 kilometer agar bisa mendapatkan kereta api, sarana yang tak pernah macet. Dalam perjalanan itu, aku terus dibayangi oleh kejadian yang barusan kualami. Ya, UNTUK PERTAMA KALINYA SEBAGAI SEORANG IMAM AKU HARUS MEMBATALKAN MISA BERSAMA UMAT.
Sungguh, ini sangat menyiksaku tapi apa yang harus kuperbuat, Tuhan? kataku dalam hati. Engkau mengatakan bahwa "jika engkau memiliki iman sebesar biji sesawi saja maka engkau dapat memindahkan pohon atau gunung ini." Akan tetapi, dari peristiwa yang baru saja kualami, aku mau mengatakan kepada-Mu, Tuhan bahwa "Biarpun imanku sebesar biji kelapa atau pun biji lain yang lebih besar dari itu, tapi aku pasti tidak bisa memindahkan mobil-mobil yang berjejer macet di jalan-jalan kota Manila sore sampai malam ini." Aku lalu bercanda kepada Tuhan; kecuali imanku bisa menciptakan sayap pada badanku sehingga aku bisa terbang di atas kemacetan itu sampai ke kapel kecil itu."

TUHANn membalas; Emangnya Aku menciptakan engkau sebagai burung? Anak-Ku, engkau manusia, lebih berarti daripada seekor burung yang dapat terbang."
Balasku pada-Nya; Tapi Kau tahu, Tuhan,,,Aku sangat sedih dengan pengalaman pembatalan misa ini. Mengapa? Karena untuk pertama kalinya dalam hidupku sebagai imam-Mu aku harus membatalkan misa bersama umat untuk meluhurkan nama-Mu, untuk menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu.
TUHAN lalu menjawab: "Memangnya, aku mempersalahkan engkau dalam peristiwa sore/malam ini?" Engkau sendiri yang merasakan seperti itu lalu mengatakan kepada-Ku sementara Aku tersenyum saja melihat usahamu untuk pergi ke sana.

Aku lalu berkata: Tuhan, jangan bercanda seperti itu?
IA menjawab: "Masakan AKU bercanda? AKU kagum pada usahamu, tapi lewat peristiwa ini engkau harus belajar seperti si janda miskin dalam Injil-Ku hari ini; IA MEMBERIKAN SEGALA KEPUNYAANNYA UNTUK-KU."
Setelah kembali ke kamar, Aku menuliskan refleksi atas pengalaman sore/malam ini untukmu, untuk direnungkan karena engkaulah sahabat-sahabat mudaku.

Kisah ini menyisahkan beberapa nilai yang patut kita renungkan, terutama untuk jiwa mudamu, antara lain:

1. Pengalaman kemacetan selalu berhubungan, bukan dengan situasi hujan atau peristiwa lainnya (kalaupun ada maka cuma aksidental saja) melainkan pada KETIDAK-TAATAN para sopir untuk mengikuti rambu-rambu lalu lintas yang telah dipasang di setiap persimpangan jalan. Sebagai seorang yang sementara belajar hukum, apalagi hukum gereja maka situasi ini membuatku untuk mengatakan ini kepada jiwa mudamu: "APAPUN KELOMPOK MASYARAKAT, BAHKAN GEREJA SEKALIPUN TETAP MEMBUTUHKAN HUKUM/ATURAN DEMI KETERATURAN HIDUP ANGGOTA-ANGGOTANYA." Bayangkan saja kalau tidak ada hukum dalam sebuah masyarakat, maka betapa jahatnya, betapa kacaunya masyarakat itu. Seandainya setiap sopir mampu mengontrol hati dan pikirannya serta sabar untuk mengikuti rambu-rambu lalulintas yang telah dipasang maka tentunya kemacetan bisa dihindari, dan efeknya untuk aku yakni aku tidak membatalkan misa sore/malam ini hanya karena kemacetan itu. Demikianpun Gereja Katolik sangat ketak dengan hukum-hukumnya, bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk kita anggota-anggotanya, dan demi tersemainya CINTA TUHAN bagi kita.

2. Kadang kita menemukan diri pada dilemma seperti ini: KITA MEMILIKI KEMAMPUAN DAN KECAKAPAN, TAPI KADANG SITUASI SEKITAR KITA TIDAK MEMUNGKINKAN AGAR SEMUA ITU DAPAT TEREKSPRESI. Setelah peristiwa pembatalan misa sore tadi, aku berkata kepada Tuhan: "ENGKAU PASTI TAHU BAHWA MENGANDALKAN KEMAUAN DAN KEHENDAK BAIK SAJA DARIKU TIDAKLAH CUKUP KAN? Apa yang harus kulakukan dengan kemacetan seperti tadi? Keputusannya akan lain jika jaraknya sudah dekat atau aku memiliki peluang lain, tetapi situasi di mana tidak ada pilihan seperti tadi, maka aku hanya mau berkata lagi kepada-Mu, Tuhan; Aku punya kemauan dan kehendak baik, tapi aku tidak bisa memberikan kepada mereka yang berada di sekitarku, bukan karena aku tidak mau tetapi karena situasi di sekitarku yang tidak memungkinkannya. Itu pun yang harus jiwa mudamu belajar dari peristiwa ini; KESALAHAN DAN DOSA BUKANLAH KATA AKHIR DARI MARTABAT LUHURMU SEBAGAI MANUSIA. ENGKAU TETAP BERARTI DI MATA TUHAN, BILA ENGKAU SADAR UNTUK MELAKUKAN SEBUAH PERTOBATAN YANG SUNGGUH. Karena itu, KITA TIDAK SEHARUSNYA MEMPERSALAHKAN DIRI ATAS APA YANG KITA SENDIRI TIDAK SENGAJA UNTUK LAKUKAN. Demikian juga, JANGAN TERBENAM BAHKAN LARUT DALAM SEBUAH DOSA DAN KESALAHAN YANG PERNAH ANDA LAKUKAN KARENA SELALU ADA KESEMPATAN KEDUDA, KETIGA, dst, dari TUHANMU UNTUK MEMPERBAIKINYA.

3. Harapanku di balik kisah ini....Semoga kisah kecil ini memberikan setitik inspirasi bagi jiwa mudamu. Waktumu masing terbentang luas ke depan. Masih ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mengubah hidupmu dan hidup orang lain menjadi lebih berarti. JANGAN TAKUT! Tuhan selalu ADA DI AMBANG BATAS KEMAMPUAN KITA UNTUK BERHARAP. Hal yang paling penting yang harus Anda tunjukkan dari jiwa mudamu adalah BEKERJA KERAS DAN BERJUANG UNTUK MEMBERIKAN YANG TERBAIK DI MANA PUN ANDA BERADA DAN KEMANA PUN ANDA PERGI. Penghormatan kepada kita bukan tergantung pada SIAPAKAH ENGKAU TAPI pada APA YANG ANDA BISA PERBUAT UNTUK ORANG LAIN. Aku hanya berharap...semoga dalam kebersamaan kita dalam group MIK ini, jiwa mudamu diisi dengan cinta Tuhan dan kasih dari teman-temanmu sehingga jiwa mudamu bertumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan darimu sebagai putra-putri-Nya. Nabi Yeremia ketika dipanggil oleh Tuhan, ia pun masih muda seperti engkau sehingga ia berkata kepada Tuhannya: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi Tuhannya menjawabnya: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan." Lanjut-Nya: "Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka." (Yer.1:4-19). Inilah yang kita sementara lakukan kepadamu dalam group MIK ini. Pekerjaan kita hanyalah sesuatu yang kecil di mata para cerdik pandai, tetapi aku selalu mau mengetok jiwa mudamu dan berkata: "BERIKANLAH RUANG DALAM HIDUP KITA UNTUK SEBUAH MUJIZAT. Sebab bagi manusia, apalagi untuk jiwa mudamu: "BUATLAH MUJIZATMU, TUHAN, DAN AKU AKAN PERCAYA KEPADAMU SEPANJANG HIDUPKU, tetapi Aku senang mengatakan ini kepada jiwa mudamu: Tuhan selalu menuntut yang terbalik dari jiwa mudamu: "PERCAYALAH KEPADAKU, DAN KAMU PASTI AKAN MELIHAT MUJIZAT-KU, kata Tuhan.

4. Nasehatku.....Ingatlah...iman jiwa mudamu adalah kunci terjadinya sebuah mujizat. Bukankah Tuhan membutuhkan bantuan para pembantu di pesta perkawinan di Kana untuk mengubah air menjadi anggur? (Yoh.2:1-11), atau bukankah Ia membutuhkan 2 ekor ikan dan 5 buah roti dari seorang anak kecil untuk memberi makan kepada ribuan orang? (Yoh 6:1-15). Ingatlah bahwa ketika para murid meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi ke kota-kota sekitarnya untuk mencari makan, Yesus mengatakan ini kepada mereka: "KAMULAH YANG HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN." Bukankah 5 roti dan 2 ikan yang tak cukup itu dalam pikiran dan tangan manusia, justru menjadi berkelimpahan ketika diserahkan kepada Yesus? Demikian pun aku mau meyakinkan jiwa mudamu bahwa TIDAK ADA YANG MUSTAHIL JIKA ENGKAU PERCAYA, apalagi dalam group ini, bukan hanya ENGKAU, TAPI ADA DIA DAN MEREKA. Di atas semuanya, jiwa mudamu harus sadar bahwa dalam group MIK, SELALU ADA KITA. Karena itu, Yesus berkata: "DIMANA ADA DUA ATAU TIGA ORANG BERKUMPUL DALAM NAMA-KU, DI SITU AKU ADA."


"KOBARKAN TERUS JIWA MUDAMU UNTUK TUHAN DAN GEREJA-NYA."


Teriring salam cinta penuh persahabatan,

 Romo Inno

Tanda Akhir Dunia

Selasa, 23 November, 2010
Peringatan St. Klement, Paus dan Martir
Luk.21:5-11: “Tanda Akhir Dunia”

“Menerawang akhir dunia yang semakin mendekat.”

Akhir-akhir ini terjadi banyak bencana alam dan peperangan antar suku, agama bahkan negara. Orang lalu bertanya; “Apakah  semua ini menjadi pemenuhan dari apa yang Yesus katakan dulu tentang  tanda-tanda yang mendahuli akhir zaman?” Sepertinya benar karena apa yang Yesus sebutkan dulu persis sama dengan apa yang sementara terjadi pada masa kita ini.

Bacaan hari ini memuat kata-kata Yesus ini, dan ditempatkan oleh Gereja menjelang Natal, Pesta Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Gereja sendiri tidak merasa berhak untuk mengklaim sebagai pihak yang mengetahui persis tentang akhir zaman itu, tidak seperti beberapa aliran agama sesat yang pernah meramalkan tentang akhir zaman, namun akhirnya tidak terjadi. Akan tetapi, apa yang dibuat oleh Gereja adalah lebih menarik minat dan perhatian umat pada kedatangan Yesus dalam peristiwa Natal. Kalau Dia adalah Raja Semesta Alam yang kita baru rayakan pada hari minggu kemarin, maka kita percaya sungguh bahwa dunia ini akan diselenggarakan oleh Sang Raja dengan adil. Hal yang pasti kita belajar dari Kitab Suci bahwa dunia ini dijadikan maka ia pun akan mencapai batas akhirnya, selayaknya hidup manusia dalam peristiwa “lahir – hidup – mati.”

Pelajaran penting yang hendaknya direnungkan dalam bacaan hari ini, yakni kesiap-sediaan hati kita untuk menantikan kedatangan Yesus, kapan pun Ia datang menjemput kita seperti apa yang pernah ia janjikan bahwa: “Kalau tempat itu sudah tersedia maka Ia akan datang untuk menjemput kita, agar di tempat di mana Ia berada, kita pun ada di sana.” Mengisi saat penantian itu adalah dengan berbuat baik dan melakukan pertobatan batin yang sungguh dengan harapan bahwa kita pun akan menikmati firdaus seperti yang Dia pernah janjikan kepada penjahat yang bertobat di tiang gantungan itu.



Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Ketika Kauserahkan Semuanya

Senin, 22 November, 2010
Peringatan Sta. Cicilia, Perawan dan Martir
Luk.21:1-4: “Ketika Kauserahkan Semuanya”


“Manusia menilai dari jumlah yang diberikan,
tetapi Allah selalu menghargai motivasi hati sang pemberi.”

           
            Janda miskin yang dikisahkan dalam Injil hari ini pasti tidak pernah membayangkan bahwa tindakannya akan mendapatkan pujian dari Tuhan Yesus, dan pasti ia tidak tahu sampai ia meninggal, apalagi ia membayangkan bahwa tindakannya hari itu dengan memberikan derma di dalam Bait Allah, telah menjadi kisah yang diceritakan turun temurun  oleh berjuta-juta orang di seluruh dunia dan menjadi contoh inspiratif nan indah tentang bagaimana berpasrah kepada Tuhan. Ia hanya datang saat itu untuk melakukan kebiasaan orang-orang Yahudi, yakni memberikan derma di dalam Bait Allah sebagai ucapan syukur kepada Yahweh atas berkat yang telah diterimanya. Ini adalah sebuah tindakan biasa saja seperti juga yang dilakukan oleh mereka yang lain, yang saat itu memberikan derma di dalam Bait Allah. Namun, keunggulan janda ini, yang mendapatkan pujian Yesus adalah keberaniannya untuk memberi dari kekurangannya kepada Allah karena keyakinan bahwa semua yang diterimanya berasal dari Allah, dan kekosongan yang dialaminya karena pemberian itu akan diisi kembali oleh Allah, Sang Pemilik segala sesuatu.

            Mengenai pemberian kita kepada Tuhan, pasti masing-masing orang tahu bagaimana ia memberi, berapa jumlahnya dan  kenapa ia harus memberi. Namun, pelajaran berharga yang kita terima dari cerita janda miskin adalah soal kepercayaan total bahwa Tuhanlah pemberi segala sesuatu yang kita miliki, maka pantas juga Ia mendapatkan yang terbaik dan terindah dari kita sebagai imbalannya. Selain itu, keyakinan bahwa tindakan memberi selalu membuat kita akan mengalami kekurangan secara material, tidak dengan sendirinya menjadi sesuatu yang buruk. Alasannya,  sebenarnya kita tidak kehilangan sesuatu dari dalam diri kita ketika kita memberi, karena kita hanya memindahkan apa yang kita tidak butuhkan kepada mereka yang membutuhkannya. Aku selalu suka memakai perumpamaan botol kosong untuk mengatakan tentang hal ini; sebuah botol kosong akan lebih banyak menerima isian air baru, daripada botol yang sudah penuh yang hanya menerima sedikit dan akan terbuang jika kita memaksa mengisinya.

            Oleh karena itu, biarlah kita mengosongkan diri kita dengan tindakan memberi dan membantu orang lain agar hati dan hidup kita menjadi botol kosong di hadapan Tuhan, yang pada gilirannya akan diisi bebas oleh-Nya dengan berkas-berkas rahmat-Nya. Serahkanlah semuanya kepada Tuhan karena Ia tahu apa yang Anda  butuhkan, baik untuk tubuhmu maupun untuk jiwamu. Matius, penulis Injil melukiskan hal ini secara indah ketika ia mengatakan: “Jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu?” Karena itu, “cari dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Mat.6:25-34) Percayalah dan mujizat akan terjadi.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Dialah Raja Jiwaku

Minggu, 21 November, 2010
HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
Luk.23:35-43: “Dialah Raja Jiwaku”

"Ingat aku bila Engkau datang sebagai Raja"

Pada tahun 1925 Paus Pius XI memaklumkan Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Hari raya dirayakan dalam kalender liturgy pada hari Minggu terakhir dari waktu biasa. Paus Pius XI ingin memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi Tuhan kita dan Raja Semesta Alam sebagai alat mengatasi masalah dan kesulitan, baik dalam urusan pribadi maupun publik, serta politik. Hal ini secara langsung menyentuh kehidupan yang unik untuk awam, dalam  urusan duniawi. Seperti Tuhan kita Yesus Kristus ajarkan dalam doa Bapa kami, ketika kita berkata, "datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." Inilah yang dimaksud dengan  Kerajaan Allah, baik di dunia maupun di Surga. Dalam bacaan kedua dari Kolose kita membaca bahwa berdasarkan Pembaptisan kita telah dialihkan ke dalam Kerajaan Anak Allah yang terkasih. Oleh darah Yesus Kristus salib telah mendamaikan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, "apakah orang-orang di bumi atau yang di surga."

Dalam bacaan Injil hari Minggu ini kita dikejutkan oleh ironi dramatis penyaliban dan kematian Tuhan kita di kayu salib. Tulisan di tas kepala Kristus menyatakan bahwa dirinya adalah Raja orang Yahudi. Para penguasa dan tentara mencemoohkan dia ketika Ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Dirinya sendiri. Hanya "penjahat baik itu," yang dalam tradisi kita kenal sebagai Santo Dismas, mengakui Yesus sebagai Kristus yang akan memerintah dari salib. Ini adalah melalui salib bahwa mata banyak orang akan dibuka untuk dan mengakui bahwa Yesus adalah seorang Raja yang berkorban untuk umat-Nya. Kristus adalah "gambar Allah yang tidak kelihatan, yang pertama lahir dari semua ciptaan" (Kolose 1:15). Di dalam Dia "semua hal diadakan bersama-sama." Dialah yang terkemuka dan "kepala tubuh, yang adalah Gereja" (Kolose 1:18).

Berbicara tentang Firman Abadi kita harus memahami bahwa, "segala sesuatu yang ada tidak ada secara kebetulan tetapi dikehendaki oleh Tuhan dan bagian dari rencana-Nya. Firman Allah adalah dasar dari segala sesuatu dan jawaban atas kerinduan terdalam dari hati manusia. Setelah memberikan kita nasihat tentang bagaimana dengan benar memahami dan menafsirkan kitab suci, Paus Benediktus mengingatkan semua umat beriman, "Interpretasi yang paling mendalam dari Alkitab justru berasal dari orang-orang yang membiarkan diri dibentuk oleh firman Tuhan melalui mendengarkan, membaca dan meditasi yang tekun". Paus Benediktus menyerukan agar  "kerasulan Alkitab," tidak terpisah dari karya pastoral, tetapi sebagai sarana untuk membiarkan Alkitab menginspirasi semua karya pastoral". Alkitab harus menjadi "inspirasi dari setiap karya biasa dan luar biasa kegiatan pastoral kita. Pada tahun 1925, Paus Pius XI membayangkan Perayaan ini, Kristus Raja Semesta Alam sebagai sarana membawa kerajaan Kristus untuk menyelesaikan semua  masalah dan kesulitan tata duniawi dan kehidupan politik. Panggilan ini berkaitan langsung dengan kehidupan kita sehari-hari. Mengutip Matius 25, Paus Benediktus mengingatkan kita masing-masing, "mengamalkan Firman Allah itu sendiri perlunya keterlibatan kita di dunia dan tanggung jawab kita dalam sejarah keselamatan dunia oleh Kristus, Tuhan sejarah. Karena itu, marilah kita mendorong satu sama lain untuk berbuat baik dan berjuang untuk keadilan, rekonsiliasi dan perdamaian”.

Paus Benediktus juga mengingatkan kita, "Untuk setiap anggota Gereja, Maria adalah model penerimaan firman Allah, karena ia 'menyimpan semua hal itu, merenungkan dalam hatinya'" (Lukas 2:19). Mari kita berpaling kepada Bunda Maria memintanya untuk membantu kita menerima Firman, seperti dirinya, siap untuk melakukan kehendak Tuhan.


Selamat Pesta Kristus Raja Semesta Alam

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Hidupilah Orang Lain

Sabtu, 20 November, 2010
Luk.20:27-40: “Hidupilah Orang Lain”

“Betapa IA ingin agar kita saling menghidupi, tapi kenapa kita sering mau
melenyapkan bahkan mematikan yang lain?”

            Doel Sumbang pernah bernyanyi: “Hidup itu anugerah maka berbahagialah. Sebab kita  sengsara bila tak punya cinta.” Ya, Ia menyadari bahwa cinta adalah unsur hakiki dalam sebuah kehidupan. Oleh karena itu, hidup itu menjadi hampa bila cinta tidak menjadi ikatan satu dengan yang lain. Begitu pun ada sebuah lain dalam buku Puji syukur; “Ajarilah kami, bahasa cinta-Mu, agar kami dekat padamu, ya Tuhanku...dst.  Ya, untuk mencintai kita membutuhkan sebuah proses untuk mampu menerima,  mencintai dan menghargai diri kita sendiri sebagai ciptaan Allah, kemudian kita membawa cinta yang sama kepada orang lain, yang hidup di sekitar kita.

            Meskipun demikian, cinta selalu menjadi problem umum semua orang. Banyak orang tidak mampu mencintai bukan karena mereka tidak memiliki cinta, melainkan karena mereka tidak mau dan rela untuk mencintai orang lain, apalagi mencintai lawan dan musuh-musuh mereka apa adanya?

            Hari ini, Lukas lewat tulisannya mengajak kita untuk merefleksikan tentang tema cinta, hidup dan Sang Pemberinya. Cinta berasal dari Sang Pemberi Hidup, dan Dialah Allah kita. Yesus, menegaskan kembali siapa itu Allah agar menjadi dasar bagi kita untuk berharap dengan berkata; “Allah kita adalah Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Ya, hidup adalah sebuah anugerah, makanya kita dipanggil oleh Allah untuk saling mencintai. Jika hidup masih diberikan kepada kita sebagai tanda pemberian cuma-cuma, maka hendaklah cinta menjadi tali pengikatnya. Bercintalah satu dengan yang lain agar Anda pun hidup, dan hidup untuk saling mencintai, adalah hidup yang berkenan kepada Allah dan sesama. Inilah kebenarannya; “Jika Anda merenungkan cinta Tuhan secara mendalam, dan bagaimana Allah mencintaimu dengan cinta yang tak bersyarat, maka Anda tidak mempunyai alasan lain, selain Anda pun harus mencintai orang lain tanpa bertanya siapa mereka.” Cinta harus mengalir bagaikan aliran-aliran air yang mengalir bebas kemana pun ia mengalir atau dialirkan. Tuhan, buatlah kami saling mencintai di sisa hidup kami. Amin


Selamat berakhir pekan.

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

IA Ada di sana

Jumat, 19 November, 2010
Luk.19:45-48: “IA Ada di sana”


“Cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku”

            Pembagian atau pengkhusan Bait Allah bagi Yahweh (Allah) menjadi tempat kudus sangatlah dijujung tinggi dalam tradisi Yahudi. Bahkan ada tempat-tempat khusus di dalam Bait Allah yang tidak bisa dimasuki sembarang orang, siapa pun dia, kecuali mereka yang menyandang jabatan imam. Pengkhususan tempat ini dilatar belakangi keyakinan bahwa di sanalah Yahweh (Allah) Israel turun dan tinggal di tengah umat Israel seperti yang pernah dulu diperbuat-Nya dalam pengalaman perjalanan nenek moyang mereka dari Mesir menuju Tanah Terjanji dalam bentuk Tabut Perjanjian yang ditempatkan dalam Kemah khusus, yang disebut Kemah Yahweh. Intinya, Bait Allah adalah tempat bersemayam-Nya Allah dan hanya bisa dimasuki oleh mereka yang kudus dan diberi hak khusus dalam agama Yahudi.

            Melihat halaman Bait Suci dipergunakan untuk berjualan, yang berarti melakukan tindakan tidak suci di tempat suci, maka Yesus mengusir mereka. Tindakan ini mau mengingatkan orang-orang Yahudi akan tradisi dan kebiasaan mereka, yang kini telah ditinggalkan/dilupakan. Dalam teks lain, kesadaran para murid setelah menyaksikan tindakan Yesus ini, yakni teringatlah akan mereka bahwa ada tertulis “cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku.” Tindakan membersihkan Bait Allah dilakukan oleh Yesus setelah Ia menangisi Yerusalem dalam bacaan kita kemarin. Yesus mengingatkan orang-orang Yahudi saat itu, untuk mengalihkan segala perhatian mereka bukan pada hal-hal lahiriah, melainkan pada kedatangan dan kehadiran-Nya di tengah mereka sebagai Allah yang sedang melawat umat-Nya.

            Pelajaran yang bisa kita petik dalam bacaan hari ini yakni “tubuh kita adalah kenisah Roh Kudus, tempat bersemayamnya Allah sendiri.” Kesadaran bahwa di sana ada Yang Kudus, Allah, hendaknya menyadarkan kita untuk menggunakan tubuh kita dengan penuh tanggung jawab. Membersihkannya melalui pertobatan adalah cara terbaik untuk tetap membiarkan Allah bertakhta di dalamnya. Semoga semangat yang sama seperti yang ditunjukkan Yesus, selalu ada dalam diri kita masing-masing agar tetap menjaga dan merawat, bukan hanya tubuh kita menjadi kudus, tetapi terlebih hati kita; bukan hanya tubuh dan jiwa kita semata, tetapi juga tubuh dan jiwa orang lain diperlakukan dengan cara yang sama. Biarlah Allah tinggal di sana untuk selamanya. Amin


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

"Seandainya Engkau mengerti"

Kamis, 18 November, 2010
Persembahan Gereja Basilika St. Petrus dan Paulus, Rasul
Luk.19:41-44: “Seandainya Engkau Mengerti”

“Akibat keasyikan menikmati sesuatu,
kadang kita sendiri tidak sadar akan bahaya yang siap menerjang kita.”

          Hati seorang ibu pasti sedih bila melihat cara hidup anak-anaknya yang buruk, apalagi yang tidak berjuang untuk memperbaikinya. Nasehat terbaik dari seorang ibu adalah ketika air mata menjadi ungkapan atau ekspresi darinya.

            Menyaksikan kekebalan hati penduduk Yerusalem, kota suci yang tidak mau bertobat, maka Yesus menangisinya. Inilah salah satu tangisan Yesus yang dikisahkan dalam Injil, selain tangisan Yesus akan kematian sahabat karib-Nya, Lazarus. Dan seperti zaman Yeremia yang menubuatkan kehancuran Yerusalem, namun ganjarannya adalah Yeremia ditangkap dan dipenjarakan, maka Yesus pun mengalami nasib yang sama seperti Yeremia, bahkan lebih dasyat darinya, yakni puncaknya adalah drama penyaliban-Nya di puncak Golgota. Kalau di zaman Yeremia, Yerusalem akhirnya jatuh ke tangan penguasa Babilonia, maka apa yang terjadi setelah kematian Yesus adalah kehancuran Yerusalem, bahkan peperangan dan ketidak-damaian yang dialami penduduknya sampai sekarang ini. Ya, seandainya engkau tahu akan apa yang penting bagimu, hai Yerusalem, kata Yesus.

            Pelajaran indah yang kita pelajari dari kutipan Injil hari ini adalah keharusan untuk bersikap waspada terhadap nasib kita sendiri, karena kadang keasyikan menikmati sesuatu, kita lupa bahwa bahaya sedang menantikan kita di gerbang pintu rumah kita. Kesadaran bahwa hidup ada batas waktunya, dan penghakiman Ilahi akan ditimpahkan kepada kita, hendaknya menyadarkan kita akan betapa pentingnya sebuah pertobatan hidup mulai dari sekarang ini. Jangan sampai kita terlambat untuk bertobat sehingga orang lain akan menangisi kita dengan berkata; seandainya dia masih diberi kesempatan, seandainya dia sadar akan bahaya yang akan menimpahnya, seandainya dia mendengarkan nasehat, dan lain sebagainya, maka pasti ini tidak akan terjadi padanya.

            Marilah kita membangun kesadaran baru itu dengan cara pertobatan. Semoga sisa hidup kita diisi dengan kebaikan, cinta dan belas kasihan, sehingga suatu waktu kita pun akan berangkat dari dunia fana ini menuju keabadian dengan riang gembira dan penuh suka cita.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Imanmu adalah kuncinya

Sabtu, 13 November, 2010
Peringatan St. Fransiskus Xaverius Cabrini
Luk.18:1-8: “Imanmu adalah kuncinya”

“Banyak orang dapat berdoa dengan khusyuk
tapi hanya sedikit yang mampu menanti pertolongan Tuhan dengan sabar.”

Kalau Tuhan itu masih Ada; Kalau Ia mengerti penderitaanku saat ini; Kalau Ia tahu apa yang sungguh saya butuhkan; Kalau Ia sungguh-sungguh Allah Yang baik, maka niscaya Ia takan pernah berlambat untuk menjawabku ketika aku berteriak dengan air  mata memohon pertolongan-Nya. Demikianlah keluhan banyak orang yang datang kepadaku dalam kamar pengakuan. Tidak ada yang salah dengan keluhan mereka, karena itulah kenyataan yang mereka alami bahwa Allah terlambat bahkan ada kesan,  Ia membiarkan mereka yang setia kepada-Nya siang malam untuk mengalami penderitaan dan tidak tahu kapan berakhirnya derita mereka.

            Menghadapi situasi seperti ini, tentunya sangat berat untuk memberikan nasehat kepada mereka dengan menguraikan kebaikan-kebaikan Allah, yang telah, sedang dan nantinya akan diterima bila mereka percaya. Apapun nasehatnya takan mampu mengubah pengalaman penderitaan mereka. Jawabanku hanya selalu begini; “Aku akan mendoakanmu, saudaraku. Tapi ingatlah akan satu hal ini; Jika akulah pemilik rahmat itu, maka aku takan menolak membantumu setelah mendengarkan kisahmu ini. Aku tidak tahu apa pertimbangan Tuhan untuk menunda memberikan bantuan-Nya ketika Anda sungguh-sungguh menderita, tapi apa yang aku punya hanya meminta dan meminta kepada-Nya. Aku hanyalah seorang peminta-minta di hadirat-Nya Yang Kudus; Tapi soal memberi atau tidaknya, adalah hak-nya Allah sendiri.”

            Hari ini, lewat Injil, kita diyakinkan oleh Yesus bahwa Allah itu Allah Yang baik, Yang selalu mendengarkan dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya, bukan sesuai dengan kehendak peminta melainkan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Syarat yang dituntut Yesus adalah “imanmu.” Meminta setiap saat dengan linangan air mata, tentunya baik, tetapi meminta dengan penuh iman selalu menjadi masalah bagi banyak orang, apalagi menantikan apa yang diminta dengan sabar.” Dengan kata lain, kecenderungan untuk memerintahkan Tuhan mengabulkan doa kita sesuai dengan waktu kita, selalu menciptakan celah untuk terciptanya ketidak-sabaran dalam menantikan pertolongan Tuhan. Dalam konteks inilah, kepasrahan selalu dituntut dari si pendoa untuk menantikan yang terindah dari Tuhan. Tuhan mengertimu. Ia tahu deritamu dan Ia pasti akan datang kepadamu di saat engkau susah.


Selamat berakhir pekan.
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,


Rinnong

Imbalan

Jumat, 12 November, 2010
Peringatan St. Josefat, Uskup dan Martir
Luk.17:26-37: “Imbalan”

“Berkorban demi seseorang yang kita cintai selalu mengagumkan, tetapi ketika
Anda berkorban demi Yesus, maka imbalannya adalah keselamatan jiwamu.”

            Saya percaya bahwa ketika kita mendengar atau membaca bacaan hari ini, maka pikiran kita langsung mengingat bencana-bencan alam yang akhir-akhir ini terjadi di tanah air kita yang tercinta. Gambaran tentang air bah di zaman Nuh dan turunnya api dari surga dan membakar-hanguskan Sodom dan Gomora, tak jauh berbeda dengan banjir, tsunami dan keluarnya lahar dan belerang panas dari dalam gunung berapi yang membakar dan membunuh baik, hewan, tumbuhan maupun manusia. Menyaksikan semuanya itu dan membacakan bacaan hari rasanya tanda-tanda itu sangat dekat dengan gambaran Yesus tentang hari kedatangn Anak Manusi. Kita bertanya; “Apakah inilah saat kedatangan Anak Manusia itu?” Kenapa Indonesia yang terpilih menjadi tempat terlaksananya semua musibah ini? Apakah kita lebih berdosa dari bangsa lain? Dan banyak lagi pertanyaan yang muncul dari dalam benak kita tentang semuanya ini. Mungkin syair lagu ini memberikan penghiburan kepada kita: “Ini bukan hukuman tapi hanya satu isyarat bahwa kita musti banyak berbenah.”

          Semirip apapun gejala-gejala yang kita alami saat ini dengan apa yang telah terungkap dalam Kitab Suci dua ribuan tahun lalu tak pernah mengatakan dengan jelas tentang hari kiamat itu. Apa yang kita bisa renungkan adalah mereka yang menjadi korban bukanlah para pendosa yang hendak dibinasakan, sebaliknya, kita yang tidak mengalami adalah orang yang terpilih untuk diselamatkan. Tidak seorang pun tahu maksud di balik semua bencana alama itu. Apa yang bisa kita perbuat adalah inilah kesempatan untuk saling mendoakan dan menunjukkan sikap solider dan saling membantu satu dengan yang lain di antara kita.

            Apa yang pasti bahwa setiap orang akan beranjak dari dunia ini, namun tidak seorang pun tahu dengan cara apapkah ia akan pergi; Apakah kematian karena sakit? Karena kecelakaan? Korban banjir, tsunami atau gunung berapi? Lagi, tidak ada seorang pun bisa memastikan dengan cara apakah ia akan beranjak dari dunia ini. Oleh karena itu, bersiap selalu setiap saat dengan melakukan perbuatan baik dan pertobatan hidup menjadi tuntutan bagi kita setiap saat. Aku ingin mengatakan kembali nasehat lamaku; “Jika hidup masih terberi untukmu, maka lihatlah sebagai kemurahan Allah untuk memperpanjang hidupmu sehingga pertobatan terjadi dalam hidupmu. Allah selalu rindu melihat saat pertobatan itu terjadi dalam hidupmu.”

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Popular Posts Widget