(Mrk. 10:28-31)

"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini akan menerima seratus kali lipat...dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Mrk. 10:28-31). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang beriman, maka tidak seharus kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani Tuhan dan sesama. Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita. 


Tuhan memberkati.

Renungan Harian CAHAYA SABDA, 28 Februari 2017

Selasa Pekan Biasa VIII
Bacaan Pertama
Sir 35:1-12 :Mentaati perintah Tuhan sama dengan kurban keselamatan.

Mazmur : Mzm 50:5-6.7-8.14.23
R:23b Orang yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.

Bait Pengantar Injil
Mat 11:25 Terpujilah Engkau Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Bacaan Injil
Mrk 10:28-31. Sekalipun disertai penganiayaan, pada masa ini juga kalian akan menerima kembali seratus kali lipat, dan dimasa datang menerima hidup yang kekal.

Setelah Yesus berkata betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah, berkatalah Petrus kepada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau."

Maka Yesus menjawab,
"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat:
rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan; dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal.

Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Renungan: 
Petrus berkata, "Kami ini telah melakukan apa yang Kau minta, Meninggalkan segalanya demi mengikuti-Mu, Tuhan. Apakah upahnya? Yesus pun menjawab Petrus, bahwa upah mengikuti Tuhan adalah di luar perkiraan. Karena akan menerima seratus kali lipat; rumah, saudara laki-laki dan perempuan, ibu, anak dan ladang sekalipun disertai penganiayaan. Berapapun yang kita korbankan untuk mengikuti Yesus, kita akan mendapatkannya kembali berlimpah ruah. Dalam memgikuti Yesus sebenarnya tidak perlu menghitung untung rugi, sepert prinsip ekonomi yang selama ini sudah terpatri dalam hidup kita: "mengeluarkan sedikit" dan " mendapat banyak, melainkan berbuat baiklah semaksimal mungkin. Soal ganjaran adalah urusan Tuhan. Semakin banyak kita berbuat baik dan menberi, semakin banyak kita akan menerima kembali.
       Apa yang dikatakan Yesus ini sangat benar sesuai dengan pengalaman  saya sebagai seorang religius. Dengan mengikuti Yesus dan meninggalkan segala sesuatu yang saya cintai, saya tidak pernah merasa kehilangan apalagi kekurangan. Malah mendapat lebih banyak baik merupa materi, saudara/saudari, rumah, hidup rohani, maupun kehidupan lainnya. Semuanya telah disediakan Allah bagiku. Rahmat Tuhan tidak bisa dihitung karena melimpah ruah. Menjadi pertanyaan untuk kita masing-masing, apakah kita sadar bahwa Tuhan telah menyediakan segala-galanya bagi kita?. Demikianlah Injil Markus 10:28-31 menggambarkan bagaimana ketika seseorang  memutuskan untuk mengikuti Tuhan dan meninggalkan semua yang ia cintai. Sepintas kita melihat bacaan ini, Tuhan terlalu menuntut banyak dari umat-Nya, harus meninggalkan semua yang ia cintai. Tetapi kalau kita lebih dalam memahami bacaan ini ada hal yang terkandung di dalamnya. Tuhan ingin ketika seseorang memutuskan untuk mengikut Dia, ia harus totalitas atau dengan sepenuh hati dan tidak setengah-setengah mengikuti-Nya. Di dalam mengikut Yesus dibutuhkan sebuah pengorbanan. Mengorbankan apa yang kita cintai, mengorbankan waktu, tenaga dan lain-lain.

"Mengikut Yesus berarti rela meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai demi mendapatkan kasih Allah yang melimpah ruah."


Renungan Harian CAHAYA SABDA, Senin 27 Februari 2017



Renungan:
Gambaran tentang sukarnya masuk ke dalam kerajaan Allah diungkapkan setelah perjumpaan-Nya dengan pemuda kaya dalam Injil hari ini. Pemuda kaya itu mengira bahwa mematuhi Hukum Taurat merupakan tiket masuk surga. ternyata yesus meminta lebih dari itu, yaitu harus menjual segala harta yang dimilikinya, bersikap murah hati, rela berbagi, lalu mengikuti Yesus.
     
              Tentunya kekayaan yang dimiliki setiap orang bukanlah sesuatu yang salah, apalagi kekayaan yang diusahakan dengan kerja keras secara tulus dan jujur. Akan tetapi jika kekayaan yang kita miliki menghalangi kita untuk mengikuti Yesus dan pelit untuk berbagi dengan sesama itulah kesalahan yang dimaksud oleh Yesus. Harta tidak boleh membuat kita menjadi egois dan menjadi lupa berbagi dengan orang yang membutuhkan. yesus justru menawarkan harta yang tak ternilai dan tidak dapat dinilai dengan uang yaitu mengikuti Yesus dengan hati bebas dan merdeka, tanpa ikatan-ikatan harta duniawi. Tujuan hidup beriman kita bukan harta kan tetapi Tuhan yang adalah segala-galanya.

           Marilah kita sejenak refleksi, mungkin kita sering seperti pemuda kaya itu yang merasa diri sudah lebih baik, dan puas diri. Yesus mengajak kita agar lebih baik, yakni memiliki Allah sebagai harta terbesar daalam kehidupan kita. 

" Harta terbesar dalam hidup kita adalah Allah yang adalah segala-galanya."



via GIPHY

Renungan harian CAHAYA SABDA 26 Februari 2017

Minggu Biasa VIII

Bacaan Pertama
Yes 49:14-15 : Aku tidak akan melupakan engkau.

Mazmur: Mzm 62:2-3.6-7.8-9ab
R:6a Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.

Bacaan Kedua : 1Kor 4:1-5
Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati.

Bait Pengantar Injil: Ibr 4:12
Firman Allah hidup dan kuat, ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Bacaan Injil : Mat 6:24-34
Janganlah kuatir akan hari esok

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada yang seorang
dan tidak mengindahkan yang lain.
Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.

Karena itu Aku berkata kepadamu:
Janganlah kuatir akan hidupmu,
apa yang hendak kamu makan atau minum,
dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,
apa yang hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan,
dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Pandanglah burung-burung di langit,
yang tidak menabur dan tidak menuai,
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
toh diberi makan oleh Bapamu yang di surga.

Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Siapakah di antara kamu
yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang,
yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal.
Namun Aku berkata kepadamu:
Salomo dalam segala kemegahannya pun
tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang,
yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu,
hai orang yang kurang percaya?

Maka janganlah kamu kuatir dan berkata:
Apakah yang akan kami makan?
Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu,
bahwa kamu memerlukan semua itu.
Karena itu carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah kita luput dari rasa khawatir, cemas dan takut. Perasaan khawatir bisa menghampiri siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Termasuk mereka yang mungkin kita lihat berkecukupan, bahagia dan tenang dalam hidupnya. Ketika rasa khawatir menyergap seseorang, seolah-olah tidak ada hal yang bisa disyukuri. Pesan Yesus hari ini meneguhkan kita untuk tidak lupa kepada Bapa yang selalu bisa diandalkan karena Ia senantiasa memelihara hidup kita jauh melebihi burung dan bunga bakung," ... sebab itu janganlah kalian kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah ntuk sehari".
      Yesus mengingatkan kita pada hari ini agar mengabdi kepada Tuhan serta menyerahkan diri pada pemeliharaan-Nya yang penuh kasih. Dia akan memperhatikan segala sesuatu yang kita butuhkan. Mari kita mulai hari ini dengan belajar terus menerus untuk berpasrah secara aktif kepada-Nya dan jangan biarkan kehilangan kebahagiaan untuk hari ini dengan kecemasan dan kekhawatiran.

"Kekhawatiran tidak akan pernah menambah kebahagiaan hidup kita akan tetapi menyerahkan diri pada pemeliharaan-Nya yang penuh kasih akan memberi kebahagiaan sejati."

Mrk 10:13-16


"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah"(Mrk.10:13-16). Para orang tua mengasihi anak-anak mereka karena mereka adalah memang anak-anak sendiri, bukan karena mereka telah melakukan sesuatu sehingga pantas memperoleh kasih dari para orang tua. Anak-anak kecil juga secara naluriah mempercayai para orang tua mereka akan menjaga mereka. Demikian pula Allah ingin agar kita menaruh kepercayaan bahwa Dia akan menjaga dan memelihara kita, anak2-Nya. Kerajaan-Nya adalah sebuah pemberian atau karunia yang bersifat gratis, bukan imbalan atas pekerjaan baik kita. Dia ingin agar kita menerima karunia-Nya secara gratis dengan keyakinan bahwa Dia telah memberikan kepada kita sesuatu yang tidak mungkin dapat kita terima walaupun dengan pekerjaan baik kita. 
Tuhan memberkati.

CAHAYA SABDA, Sabtu 25 Februari 2017

Sabtu Pekan Biasa VII

Bacaan Pertama
Sir 17:1-15 : Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya.

Mazmur : Mzm 103:13-14.15-16.17-18a
R:17 Kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang yang takwa kepada-Nya.

Bait Pengantar Injil
Mat 11:25 Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Bacaan Injil: Mrk 10:13-16
Barangsiapa tidak menerima kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk ke dalamnya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka. Tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka,
"Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku!
Jangan menghalang-halangi mereka!
Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu,
"Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu,
meletakkan tangan ke atas mereka dan memberkati mereka.

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Apakah artinya "menyambut Kerajaan Allah sebagaimana layaknya kanak-kanak?" Secara umum kita mengartikannya sebagai "menyambut Kerajaan Allah sebagaimana layaknya kanak-kanak menyambutnya." Pemaknaan ini sejalan dengan beberapa kata yang disampaikan Yesus dalam Injil Matius: "Jika engkau tidak mengubah hatimu dan menjadi seperti kanak-kanak maka engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Mat 18:3). Rasa percaya sepenuhnya  kanak-kanak adalah tanpa syarat dan tanpa pikir panjang. Kanak-kanak tidak dapat hidup tanpa mempercayai mereka yang ada disekeliling mereka. Kepercayaan mereka bukanlah sebuah kebajikan; rasa percaya mereka merupakan kenyataan yang hidup.
       Untuk berjumpa dengan Allah, hal terbaik yang kita miliki adalah hati sebagai layaknya kanak-kanak yang terbuka secara spontan, hati yang berani untuk bertanya apa adanya dan hati yang ingin mengasihi, tergantung pada kasih setia Allah, percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, tulus, akrab, dan rendah hati.

"Percaya sepenuhnya kepada kehendak Allah adalah sikap terpuji seperti seorang anak-anak"

CAHAYA SABDA, Jumat 24 Feb 2017

Bacaan Liturgi 24 Februari 2017

Jumat Pekan Biasa VII

Bacaan Pertama : Sir 6:5-17
Sahabat yang setia tiada ternilai.

Mazmur: Mzm 119:12.16.18.27.34.35
R:35a Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu.

Bait Pengantar Injil : Yoh 17:17ab
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Bacaan Injil: Mrk 10:1-12
Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan. di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus.
Mereka bertanya, "Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"
Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,
"Apa perintah Musa kepada kamu?"
Mereka menjawab, "Musa memberi izin untuk menceraikannya
dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Setelah mereka tiba di rumah, para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya
dan kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Surat cerai adalah dokumen ketegaran hati. Yesus berpesan bahwa kembali kepada awal dunia, yakni kondisi keharmonisan semesta raya, termasuk di dalamnya keharmonisan hubungan antara pria dan wanita adalan karya Allah yang mengagumkan. Keharmonisan seluruh tata penciptaan ini tidak boleh buyar hanya karena muncul hasrat untuk bercerai. Kita ini manusia, yang memiliki tataran tingkat hidup moral yang tinggi. Kia akui bahwa dewasa ini kesetiaan dan komitmen dalam persahabatan dan perkawinan makin sulit bahkan ada yang berakhir dengan pengkhianatan, perpisahan, dan bahkan perceraian.
      Bacaan pertama mengisahkan tentang kesetiaan dan komitmen dalam persahabatan dan perkawinan. Suatu persahabatan membutuhkan suatu proses untuk bertumbuh dan berkualitas. Kita membutuhkan seorang sahabat sejati dalam suka maupun duka, untung dan malang, sehat dan sakit. Sahabat sejati adalah sahabat yang siap sedia pada saat kita membutuhkan.
     Tentunya bahwa perkawinan antara seorang pria dan perempuan bukan sekedar bersahabat, tetapi mereka merupakan belahan jiwa yang dipersatukan oleh Allah. Cinta yang bersifat saling memberi dan menerima dengan membutuhkan kesetiaan dan komitmen sampai akhir hayat.

"Bangunlah persahabatan yang sejati yang hadir saat suka dan duka."

Mrk 9: 41-50; “Berbuatlah apa yang Anda bisa buat hari ini”*

*“Banyak orang membiarkan apa yang mereka tidak dapat buat menghalanginya untuk berbuat sesuatu yang bisa mereka perbuat.”*

            Banyak orang berpikir tentang bagaimana mengubah dunia ini
sehingga lupa untuk mengubah dunia dirinya sendiri.
Banyak orang ingin mengubah sebuah komunitas di mana mereka berada sehingga lupa mengubah sikap dan aklaknya dalam komunitas itu.
Banyak orang tua ingin agar anak-anaknya menjadi baik sehingga lupa untuk menjadi teladan bagi mereka  (ingat akan kebenaran ini menuai apa yang kita sendiri tanam).
Banyak anak ingin melihat dan bangga terhadap orang tuanya sehingga lupa untuk menjadi anak yang baik.
Pokoknya Anda bisa membuat litany panjang tentang ini. Akan tetapi, aku cuma
mengajak engkau sebagai sahabatku untuk berbuat apa yang bisa Anda perbuat saat ini, dan tidak boleh menunda sampai esok. Jangan biarkan pikiranmu bahwa Anda tidak bisa buat menghalangi kemampuanmu untuk berbuat baik bagi orang lain hari ini.

            Injil hari ini sungguh memberikan sederet peringatan tegas dan keras dari Sang Guru kepada kita murid-murid-Nya; “Lebih baik ikat batu di leher bila menyesatkan orang lain. Potong kaki, tangan dan cungkil mata bila mereka membuatmu berdosa. Intinya, semua anggota tubuh yang membuatmu berdosa, lebih baik dibuang/dipotong. Bayangkanlah jika ini benar-benar kita praktekan secara harafiah. Sudah pasti kita akan tau siapakah yang berdosa dan dengan apakah ia berdosa; tangan kudung karena mencuri, mata satu bahkan keduanya tidak ada karena gunakan untuk melihat sesuatu yang membuat si buta berdosa, dan beragam contoh lainnya. Wah, pasti banyak pendekar mata satu kita temukan dalam hidup (film Indonesia) Atau lainnya, garam itu asin dan itu baik, tapi dengan apakah ia diasinkan lagi bila sudah menjadi tawar?

            Oleh karena itu, marilah kita belajar dari Sang Guru lewat kisah-kisah-Nya yang tercatat dalam Injil. Mungkin dan bahkan Yesus tidak sukses mempertobatkan para farisi dan ahli taurat, tetapi setiap orang yang disembuhkan; entahkah yang timpang, buta, sakit, mati sekalipun selalu bertobat dan percaya ketika mereka disembuhkan. Atau pun, bukankah Matius rela meninggalkan rumah cukai ketika dipanggil Yesus? Bukankah Maria Magdalena bertobat dan menjadi murid setia Yesus ketika ia disembuhkan oleh Yesus? Intinya, walaupun misi Yesus jelas untuk menyelamatkan manusia tapi rasanya semua yang pernah mendengarkannya, tidak  menjadi bertobat dan diselamatkan, selain mereka yang betul-betul memutuskan untuk selamat dengan percaya dan melakukan perintah-perintah Allah dalam hidup. Karena itu,
sebuah perubahan harus selalu dimulai dari dalam diri kita masing-masing. Sesuatu yang nampak kecil dan tak berarti dari pihak kita tapi orang lain akan berubah karena kehadiranmu, karena sikap hidupmu, karena kata dan perbuatanmu. Bukankah pelita itu harus ditempatkan di atas kaki dian agar sinarnya menyinari semua areal di mana ia berada? Buatlah apa yang Anda bisa buat hari ini dan biarlah itu menjadi sebuah persembahan indah untuk Tuhan dan untuk mereka yang ada disekitarmu. Jangan biarkan pikiranmu tentang sesuatu yang tidak dapat Anda perbuat menghalangimu untuk berbuat  sesuatu bagi orang lain hari ini. Anda punya itu dan gunakanlah hari ini, kawan.

*
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

CAHAYA SABDA, 23 Februari 2017

Kamis Pekan Biasa VII
PW S. Polikarpus, Uskup dan Martir

Bacaan Pertama: Sir 5:1-8
Jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan.

Mazmur : Mzm 1:1-2.3.4.6
R:40:5a Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.

Bait Pengantar Injil
1Tes 2:13 Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah.

Bacaan Injil: Mrk 9:41-50
Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan kedua belah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya,
"Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir
oleh karena kalian adalah pengikut Kristus,
ia tidak akan kehilangan ganjarannya.

Barangsiapa menyesatkan salah seorang
dari anak-anak kecil yang percaya ini,
lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan,
daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka,
ke dalam api yang tak terpadamkan.
Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup,
daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu
daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam.

Sebab setiap orang akan digarami dengan api.
Garam memang baik!
Tetapi jika garam menjadi hambar,
dengan apakah kalian akan mengasinkannya?
Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam dirimu
dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:

Yesus mengajak agar setiap orang berani terhadap diri sendiri. Karena dalam kenyataan, sering orang bersikap keras terhadap orang lain dan lembut terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu Yesus ingin meluruskan yang keliru dalam pandangan umum. Keselamatan yang dianugerahkan Tuhan haruslah disambut dengan perjuangan manusia, yang kadang membutuhkan korban. Tuhan tidak minta banyak, yang utama mengikuti kehendak-Nya demi keselamatan diri kita.
   
  Dalam realita zaman ini memang tidaklah mudah untuk mewujudkan keselamatan itu apalagi manusia cenderung untuk menikmati kesenangan pribadi yang justru menjauhkan dirinya dari keselamatan itu. Perhatikanlah berbagai kenikmatan daging yang sekarang semakin marak ditawarkan oleh dunia. Kenikmatan yang menguasai mata, telinga, tangan dan panca indera yang lainnya. Dalam situasi inilah sabda Yesus digemakan kembali. Semuanya itu dikatakan demi kepentingan kita. Mari memulai dari diri kita untuk kemudian meneruskan ajakan ini kepada sesama. Perilaku kita hendaknya tidak menyesatkan orang lain dan menimbulkan skandal atau batu sandungan kepada mereka.

"Bersikap tegaslah terhadap diri sendiri terutama berhadapan dengan berbagai tawaran yang membuat kita menjauh dari Allah".

Mat.16:13-19

🔷"Maka jawab Simon Petrus, Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"(Mat.16:13-19;HR. Sto. Petrus & Paulus). Pengakuan Petrus ini menunjukkan bahwa kita pun harus mulai masuk dan mengenal pribadi Yesus. Pengakuan iman menjadi ungkapan pengenalan terhadap pribadi Yesus. Mengenal Yesus berarti menjadi sahabat yang setia sampai akhir. Mari kita pertahankan warisan iman mendalam dari Para Rasul. Pengakuan kita akan Yesus tetaplah harus dipegang erat dan terus dihidupi dalam menghadapi arus jaman. Tantangan jaman ini haruslah dengan berani kita hadapi dan menangkanlah pertandingan hidup ini dengan memberikan hidup kita seutuhnya demi kemuliaan Tuhan.

🔷"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"(Mat.16:13-19; Pesta Takhta Sto. Petrus). Gereja Kristus dibangun di atas batu karang pengakuan iman Petrus. Iman yang teguh kokoh kepada Kristus ini merupakan fondasi di atas mana Gereja dibangun, bahkan sampai hari ini. Iman Petrus kepada Yesus adalah iman yang diajarkan Petrus kepada Gereja; iman yang membawa kita kepada Kerajaan Kekal abadi. Tidak ada sesuatupun di atas bumi yang kebesarannya, otoritasnya bahkan pelayanannya yang dapat membawa kita kepada Kerajaan Allah kalau tidak bertumpu dan memancar dari batu karang iman yakni Takhta Petrus. Mari kita berdoa semoga Bapa Suci, para Uskup dan para imam dengan takhta pelayanan dan pengorbanan mampu membawa Gereja kepada kesucian dan kekudusan.

Tuhan memberkati.

"ENGKAULAH BATU-BATU HIDUP GEREJA KRISTUS"

Injil: Mat.16:13-19

"Dan, engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan
Gereja-Ku," demikian kata Yesus kepada Petrus setelah mendengar pengakuan
iman Petrus bahwa "Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup." Gereja yang
kelihatan terlihat dari keteguhan iman Petrus, yang menjadi pemimpin dari
Para Rasul, tetapi unsur Ilahi yang tak kelihatan adalah Kristus sendiri,
yang adalah Pendiri Gereja-Nya. Kristulah dasar sesungguhnya dari
Gereja-Nya sehingga kekuatan iblis takan pernah mampu menghancurkannya.

Karena itu, di pagi ini kukatakan kepadamu bahwa sama seperti bagunan
"gereja batu," yang kokoh dan bertahan terhadap hantaman bom dan granat,
maka Gereja Kristus (engkau dan aku = kita) akan menjadi kokoh dan teguh
bila kita pun memiliki iman yang kuat sama seperti Petrus, yang mengakui
Kristus sebagai Mesias, Putra Allah yang hidup, yang akan selalu dan
selamanya menghidupi Gereja-Nya. Sungguh, engkau dan aku (kita) adalah
"batu-batu yang hidup", yang darinya Gereja Kristus dibangun, bertumbuh dan
berkembang di dalam dunia ini. Ketika ada cinta yang terjalin di antara
kita; ketika ada iman dan harapan di hati dan jiwa kita, maka percayalah
bahwa Gereja Kristus takan pernah punah karena janji-Nya; "Alam mautnya
takan pernah menguasainya."

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

Renungan Mrk. 9:30-37

❣ Jika ingin menjadi yg TERBESAR/TERDAHULU, jadilah PELAYAN/TERAKHIR (Mrk. 9:30-37).
FOKUS Yesus bukan pada jabatan tetapi pada PELAYANAN. MELAYANI adalah PEKA pada KEBUTUHAN2 orang lain & SIAP memenuhi kebutuhan tsb. Hawa nafsu, iri hati harus ditinggalkan. Iblis harus dilawan, kita DEKATI ALLAH (Yak. 4:1-10). YESUS adalah TELADAN yang MELAYANI keselamatan kita dengan memanggul salib & sampai wafat di salib.
❣"Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya"(Mrk.9:30-37). Ternyata ukuran terbesar menurut Kitab Suci sangat berbeda dengan format terbesar menurut ukuran dunia ini. Yesus merespons pertengkaran para murid-Nya dengan mengambil contoh seperti seorang anak kecil. Mengapa ? Karena anak kecil merupakan simbol kerendahan hati, jujur dan tidak manipulatif. Dalam iman dan pelayanan, garis pertumbuhan ternyata terbalik. Seorang besar menurut Kitab Suci justru orang yang konsisten, bertanggung jawab dan tidak egois. Oleh karena itu, puncak kebesaran pengikut Kristus adalah kesediaannya tuk menjadi yang terakhir dan kerelaannya menjadi seorang abdi. Bagaimana dengan kita ?
Tuhan memberkati.


CAHAYA SABDA Rabu 22 Februari 2017

Bacaan Liturgi 22 Februari 2017

Pesta Takhta S. Petrus, Rasul

Bacaan Pertama : 1Ptr 5:1-4
Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu.

Mazmur : Mzm 23:1-3.4.5.6
R:1 Tuhan gembalaku, aku takkan berkekurangan.


Bait Pengantar Injil:  Mat 16:18
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bacaan Injil : Mat 16:13-19
Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku.

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
Jawab mereka,
"Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis,
ada juga yang mengatakan: Elia,
dan ada pula yang mengatakan: Yeremia
atau salah seorang dari para nabi."

Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Maka jawab Simon Petrus,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Kata Yesus kepadanya,
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus,
sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di surga.
Dan Aku pun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus,
dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga,
dan apa yang kaulepaskan di dunia ini
akan terlepas di surga."

Renungan:
Pada hari ini Gereja merayakan Pesta Tahta St. Petrus yang menunjuk kepada kepemimpinan dan kuasa yang diserahkan Kristus kepada Petrus dan disimbolkan adanya kursi/tahta di Basilika St. Petrus, Vatikan. "Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga".  Tahta ini mengartikan kepemimpinan dan kuasa menggembalakan dan melayani dan bukan mengagungkan jabatan atau kedudukan seorang Pemimpin Gereja Katolik. Dalam Injil hari ini dikatakan bahwa Petrus, mewakili teman-temannya mengakui bahwa Yesus sebagai mesias, Anak Allah yang hidup. Berkat pengakuan iman tersebut, Petrus tidak hanya dikatakan sebagai orang yang berbahagia, tetapi juga mendapatkan tugas kepercayaan dari Yesus. Dia  menjadi batu karang, wadas yang kokoh yang di atasnya  dibangun jemaat Kristus. Karena dasar kokoh, alam maut tidak akan menguasainya. Kita pun juga dipanggil untuk memiliki iman yang mendalam akan Yesus, sebagai Mesias. Di atas iman itulah kita bagaikan batu-batu hidup membangun Gereja, umat Allah.
     Batu karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang agar tidak hanyut oleh arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai batu karang, dalam bahasa Yunani "Petra", ditandaskan bahwa ia bertugas meelindungi umat yang dibangun Yesus dari marabahaya. Demikian pesta ini mengingatkan kita akan tugas perutusan untuk memimpin, mengajar, dan menguduskan, yang diserahkan oleh Kristus kepada Petrus dan dilanjutkan secara berkesinambungan sampai kepada Bapa Suci dan para uskup saat ini.

"Jadilah batu karang yang dapat melindungi umat dari marabahaya."

CAHAYA SABDA, Selasa 21 Februari 2017

Bacaan Liturgi 21 Februari 2017

Selasa Pekan Biasa VII
PF S. Petrus Damianus, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Pertama: Sir 2:1-11
Bersiap-sedialah menghadapi pencobaan.

Mazmur:   Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40
R:5 Percayakanlah hidupmu kepada Tuhan, dan Ia akan bertindak.

Bait Pengantar Injil: Gal 6:14
Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan.
Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.

Bacaan Injil: Mrk 9:30-37
Barangsiapa ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea.
Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,
sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.
Ia berkata kepada mereka,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,
dan mereka akan membunuh Dia.
Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit."
Mereka tidak mengerti perkataan itu,
namun segan menanyakannya kepada Yesus.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum.
Ketika sudah berada di rumah
Yesus bertanya kepada para murid itu,
"Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?"
Tetapi mereka diam saja,
sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan
siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka,
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan menjadi pelayan semuanya."

Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka.
Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku,
ia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku,
sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:

Berbicara tentang salib dan kebangkitan adalah sulit dipahami, bahkan oleh murid-murid terdekat yang sudah lama mengikuti-Nya sekalipun. Jalan untuk memahami kenyataan salib dan kebangkitan otu ialah kesediaan untuk menerima tanpa mementingkan diri ataupun mencari kedudukan yang tinggi. Murid-murid sulit untuk memhami mengapa Yesus perlu mengalami penderitaan hingga kematian-Nya di salib. Hal ini juga sering muncul di hati kecil kita.

      Para murid diajar untuk menerima anak kecil, artinya menerimanya sebagai yang penting meski ia tidak dapat menonjolkan diri pernah berbuat banyak dan berjasa. Ia diterima bukan karena yang diperbuatnya melainkan karena berharga tanpa jasa sendiri. Itulah spiritualitas yang sepantasnya berkembang dalam diri para murid dalam mengikuti guru mereka. Dari bacaan hari ini dapat kita lihat apa artinya mengikut Yesus. Mengikut Yesus berarti membiarkan diri dibentuk oleh-Nya sendiri, kalau mau menjadi orang besar, bersedia datang kepada-Nya tanpa memperhitungkan jasa yang patut mendapat ganjaran.

"Mengikut Yesus berarti  membiarkan diri dibentuk oleh-Nya tanpa memperhitungkan jasa dan ganjaran."

"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya".


Percaya dan tidak percaya atau beriman atau tidak beriman erat kaitannya dengan suskses atau tidak sukses dalam melaksanakan tugas pengutusan, Motivator, Bapak Andrie Wongso antara lain mengatakan "Selama kita memiliki kemauan, keuletan dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus pasti akan menjadi sebatang jarum …Milikilah keteguhan hati"(Andrie Wongso: 15 Widom Success, PT Elex Media Komputindo, Kelompk Gramedia – Jakarta 2005, hal 5). Apa yang menjadi motto dari Bapak Andrie Wongso ini kiranya dekat atau senada dengan apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya". Memang keteguhan hati perlu disertai dengan doa-doa, permohonan rahmat dan kekuatan dari Tuhan.

Dari kita manusia yang lemah dan rapuh ini kiranya hanya sampai dengan kebijakan dan belum sampai pada kebijaksanaan, dan itupun mungkin sering bijak sana dan bijik sini alias asal-asalan saja selama masih berkuasa atau berwenang. Kebijaksanaan bagi kita mungkin dapat diusahakan dalam kebersamaan atau gotong-royong, maka marilah kita saling membantu dalam hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Untuk itu hendaknya kita saling komunikatif dan curhat untuk berbagai anugerah atau rahmat Tuhan yang kita terima karena kemurahan HatiNya. Untuk itu kita juga harus saling mendengarkan dengan rendah hati. Hendaknya para pemimpin atau petinggi secara rutin `turun kebawah'/turba untuk mendengarkan harapan dan dambaan, suka-duka dari mereka yang harus kita pimpin atau layani. Pemimpin atau petinggi selanjutnya menanggapi harapan, dambaan dan suka-cita mereka setelah mempertimbangkan semuanya dengan para pembantu atau penasihatnya. Para pemimpin atau petinggi kami harapkan sungguh beriman dan berdoa untuk mohon kebijaksanaan dari Tuhan. Dengan kata lain pemimpin atau petinggi hendaknya juga menjadi teladan dalam hidup beriman.

Mrk 9:14-29

"Jawab Yesus, Katamu, jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!"(Mrk.9:14-29). Yesus ingin menekankan bahwa semua orang yang percaya akan menyaksikan penyembuhan, pembebasan dan mukjizat. Mukjizat tidak pernah selesai sebelum akhir dunia datang. Tapi mukjizat selalu akan datang bisa disertai dengan iman dan doa. Hanya sayangnya dalam hidup ini seringkali kita jatuh dalam rasa ragu, bimbang, pesimis dan kurang percaya karena iman kita yang kerdil dan hidup doa kita yang serba instant. Mari kita berjuang memerangi dan meminimalisir penyakit ini agar jangan sampai menjamur dan merusak hidup dan model beriman kita. Karena itu kita perlu berseru kepada Tuhan: "Tuhan tambahkanlah imanku!"

Tuhan memberkati.

Renungan Harian CAHAYA SABDA 20 Februari 2017

Senin Pekan Biasa VII
Bacaan Pertama : Sir 1:1-10
Kebijaksanaan diciptakan sebelum segala-galanya.

Mazmur: Mzm 93:1ab.1c-2.5
R:1a Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan.

Bait Pengantar Injil: 2Tim 1:10b
Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.

Bacaan Injil: Mrk 9:14-29
Aku percaya, ya Tuhan!  Tolonglah aku yang kurang percaya ini.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu dengan mereka.
Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua dan bergegas menyambut Dia.
Yesus lalu bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"
Kata seorang dari orang banyak itu, "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."
Maka kata Yesus kepada mereka, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"
Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.
Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu, "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya, "Sejak masa kecilnya!
Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Jawab Yesus, "Katamu, 'jika Engkau dapat?' Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
Segera ayah anak itu berteriak. "Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
Ketika Yesus melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya, "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau: Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!"
Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya.
Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang mengatakan, "Ia sudah mati."
Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"
Jawab Yesus, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Penginjil Markus mengisahkan Injilnya hari ini dalam sebuah peristiwa, yakni ketika seorang anak yang dikuasai roh jahat dihantar kepada para murid Yesus seraya meminta agar dia bisa disembuhkan oleh mereka. Yesus akhirnya masuk dalam kisah itu sebab mereka menghadapi kenyataan bahwa para murid tidak bisa menyembuhkan anak yang kerasukan roh jahat.

     Melalui pengusiran roh jahat dari anak yang bisu, Yesus mengajarkan kepada kita bahwa perlu iman yang teguh dan doa. Doa dan iman adalah dua faktor yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita dan keduanya berjalan bersama. Sebagai orang beriman kita wajib berdoa agar mampu mengusir kekuatan setan dan menerima kekuatan Roh Allah, sehingga dpenuhi dengan sukacita dan damai. Bersama Allah kita akan menang dalam iman, harapan dan cinta kasih.

"Doa adalah anugerah iman yang mampu mengusir kekuatan setan dan menerima kekuatan Roh-Mu"

Mat.5:38-48

Pak Bono, seorang guru desa, tengah berbicara kepada orang banyak. Tiba-tiba seorang pemuda melemparkan kentang tepat mengenai kepalanya. Orang-orang terdiam menahan napas. Pak Bono memungut kentang itu dan beranjak pergi. Beberapa bulan kemudian, ia mengunjungi rumah pemuda itu. Setelah mengetuk pintu, Pak Bono menyodorkan sebuah karung sambil berkata, "Beberapa waktu lalu Anda melemparkan kentang. Saya memungutnya dan menanamnya. Saya kemari ingin berterima kasih dan membagi hasil panennya dengan Anda."

Bacaan Alkitab hari ini adalah bagian dari Khotbah di Bukit. Di sana Tuhan Yesus mengutip salah satu hukum tertua di dunia: "mata ganti mata, gigi ganti gigi". Hukum pembalasan tersebut, atau Lex Talionis, terdapat dalam kitab hukum Hammurabi, Raja Babel pada tahun 2285-2242 SM.
Namun, Tuhan Yesus mengajarkan hal yang sama sekali berbeda, yaitu Anti-Lex Talionis. Ungkapan "berilah pipi kiri kepada orang yang menampar pipi kanan" adalah sebuah kiasan. Maknanya, Tuhan Yesus menginginkan para pengikut-Nya menghindari sikap "mata ganti mata"; tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan, kebencian dengan kasih, sumpah serapah dengan berkat. Balas dendam hanya akan memicu hal-hal buruk lainnya. Seumpama mata rantai, keburukan harus "diputus" dengan kebaikan.

Maka, baiklah kita membuang jauh-jauh niat menuntut balas kepada orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, tetap upayakan kebaikan untuknya. Seperti yang dilakukan Pak Bono dalam cerita di atas. Sikap ini jauh lebih mendatangkan berkat dan sukacita.

AIR SUSU DIBALAS AIR TUBA ITU TINDAKAN PENGECUT. AIR TUBA DIBALAS AIR SUSU ITU TINDAKAN KRISTIANI

🌷  🌾  🌷  🌾  🌷  🌾  🌷  🌾

"Tetapi Aku berkata kepadamu, Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian"(Mat.5:38-48;MB VII). Sto. Paulus senada dengan Yesus pernah berkata: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan"(Rom.12:21). Mengapa ? Kejahatan itu sampah. Orang yang berbuat jahat itu sedang memproduksi sampah dan orang yang menyimpan dendam atas kejahatan orang lain menyimpan sampah itu. Keduanya sama-sama rugi. Tidak ada cara tuk membersihkan diri dari sampah kejahatan yang busuk kecuali membuangnya. Caranya dengan mengampuni dan berbuat baik. Mengapa ? Pengampunan dan perbuatan baik adalah anugerah ilahi bukan karakter asli hasil usaha manusia. Ketika kita membiarkan anugerah ilahi pengampunan dan perbuatan baik itu bekerja dalam diri kita, luka batin kita akan dibebat dan disembuhkan Allah. Dan pada saat yang sama kita sedang membuka pintu pertobatan bagi si pelaku kejahatan.

Tuhan memberkati.

❣🕇" Selamat berhari Minggu"🕇❣

Renungan Harian CAHAYA SABDA

Bacaan Liturgi 19 Februari 2017

Minggu Biasa VII

Bacaan Pertama: Im 19:1-2.17-18
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!

Mazmur
Mzm 103:1-2.3-4.8.10.12-13
R:8a Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maha rahim

Bacaan Kedua: 1Kor 3:16-23
Semuanya adalah kepunyaanmu. Tetapi kamu adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah.

Bait Pengantar Injil : 1Yoh 2:5
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.

Bacaan Injil : Mat 5:38-48
Kasihilah musuhmu!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamu telah mendengar bahwa dulu ada ungkapan:
Mata ganti mata, gigi ganti gigi.Tetapi Aku berkata kepadamu,
'Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.
Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu.
Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang
yang mau meminjam sesuatu dari padamu.'

Kamu telah mendengar firman,
'Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu.'
Tetapi Aku berkata kepadamu,
'Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat
dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar.

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Benci dibalas dengan benci adalah kejahatan, cinta dibalas dengan cinta adalah wajar, tetapi benci dibalas dengan cinta adalah Ilahi. Kata-kata ini sangat sesuai dengan bacaan hari ini. Pengampunan yang diberikan kepada orang yang membenci kita adalah penyembuhan yang sempurna. Akan banyak orang merasa dihidupkan dan dihormati jika dapat mengampuni dan diampuni. Saling mengampuni akan menyembuhkan banyak penderitaan.

    Yesus mengajarkan kepada kita hari ini agar berbuat cinta kasih yang bisa melampaui kebiasaan umum, dan tidak bertindak dengan prinsip lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Kita diajak untuk tidak membalas dendam. Pendekatan kasih harus diutamakan dan  belajar untuk mengasihi, mengampuni dan mendoakan musuh. Mengasihi sesama tidak terbatas pada kelompok sendiri. Oleh karena itu dalam Mat 5:43-48 orang di ajak untuk mengusahakan agar perhatian serta kebesaran hati terhadap sesama mencakup siapa saja, bukan hanya kawan sendiri. Mengasihi itu upaya yang tidak mengenal batas kelompok, apalagi kelompok agama. Hal inilah yang jendak disampaikan dan menjadi pelengkap rasa kesetiakawanan.

"Hayatilah orang lain sebagai kawan bukan musuh, dengan demikian pendekatan kasih harus diutamakan dan menggantikan prinsip lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi."

Mrk 9: 2-13; “Makna Sebuah Pengakuan”

“Pengakuan seseorang akan kemampuanmu sungguh menciptakan
energi positif bagi tubuh dan jiwamu.”


            Benarlah kata-kata bijak ini; “Irisan kata-kata di hati lebih tajam dari sabetan pisau atau pedang di tubuh.” Pedang dan pisau mendatangkan luka di tubuh tapi kata-kata menggores luka di batin dan hati. Luka di tubuh akan sembuh dan mungkin akan terhapus bekasnya karena pengobatan, tetapi luka di hati akan terkenang sepanjang hayat.

            Hari ini, Injil menawarkan sisi lain dari fungsi dan peranan kata-kata untuk kita renungkan bersama. Dikisahkan oleh Markus bahwa ketika awan itu datang menaungi mereka, tiba-tiba dari dalam awan itu keluarlah Suara Sang Bapa; “Inilah Putra-Ku. Dengarkanlah Dia! Hati anak siapakah yang tidak gembira, bahagia dan merasa kuat bila Sumber Segala Kuasa memaklumkan dengan kata-kata-Nya sendiri bahwa dia adalah Putra-Nya? Kalau kata-kata di sungai Yordan membuat-Nya tampil dihadapan umum dan mewartakan Kabar Gembira dari Sang Bapa, maka kata-kata di gunung Tabor memberanikan jiwa-Nya untuk menderita demi mereka yang dicintai-Nya. Kalau kata-kata sungai Yordan memaklumkan sebuah jalan indah untuk dilalui maka kata-kata gunung Tabor menyiratkan sebuah jalan derita, sebuah salib untuk dipikul. Apa pun yang terjadi, kata-kata Sang Bapa di gunung Tabor memberikan kekuatan bagi jiwa-Nya untuk melalui semua derita menuju Sang Bapa.

            Permenungan hari ini lebih mengarahkan kita untuk memberi daripada menerima. Sangat bagus dan indah jika kita menerima kekuatan dan peneguhan dari orang lain atas kemampuan, keahlian dan atas segala yang telah kita perbuat untuk mereka. Akan tetapi, kiranya hari ini kita menyisahkan waktu untuk datang kepada mereka yang berada di sekitar kita; teman-teman kita, rekan kerja, bawahan dan atasan kita, anak-anak dan orang tua kita dan siapa saja yang kita kenal, dan mengatakan dengan jujur kepada mereka, betapa dia/mereka sangat berarti dalam hidup kita tanpa sebuah kepura-puraan. Biarlah hari ini kita dapat melihat sebutir air mata mata jatuh ke pipi indah orang yang kita cintai karena kata-kata peneguhan kita. Biarlah sejenak dalam hidup kita hari ini mau melupakan segala kekurangannya dan hanya melihat kebaikan yang pernah diperbuatnya untuk kita. Bayangkanlah apa yang akan terjadi bila saling memuji antar dua hati bisa Anda lakukan hari ini. Raut kegembiraan karena sorakan kebahagiaan jiwa akan membuat suasana rumah, komunitas dan tempat di mana Anda berada beraroma wangian kembang surgawi. Sungguh, jika engkau dan aku mampu melakukannya hari ini maka kebahagiaan Sang Bapa akan terasa di dalam kedalaman jiwamu dan jiwaku.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

CAHAYA SABDA Sabtu, 18 Februari 2017

Sabtu Pekan Biasa VI
Bacaan Pertama
Ibr 11:1-7. Berkat iman kita mengerti bahwa alam semesta diciptakan Allah.

Mazmur
Mzm 145:2-3.4-5.10-I1, R:1b Ya Tuhan, aku hendak memuji nama-MU selama-lamanya

Bacaan Injil
Mrk 9:2-13.  Yesus berubah rupa di depan para rasul.

Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara.
Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes,
dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi.
Di situ mereka sendirian saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat.
Tidak ada seorang pun di dunia ini
yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu.
Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa
yang sedang berbicara dengan Yesus.

Lalu Petrus berkata kepada Yesus,
"Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini.
Baiklah kami dirikan tiga kemah,
satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Petrus berkata demikian,
sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya,
karena mereka sangat ketakutan.

Maka datanglah awan menaungi mereka
dan dari dalam awan itu terdengar suara,
"Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia."
Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling
mereka tidak lagi melihat seorang pun
kecuali Yesus seorang diri.

Pada waktu mereka turun dari gunung itu,
Yesus berpesan,
supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun
apa yang telah mereka lihat itu,
sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
Mereka memegang pesan tadi
sambil mempersoalkan di antara mereka
apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
Lalu mereka bertanya kepada Yesus,
"Mengapa ahli-ahli Taurat berkata,
bahwa Elia harus datang dahulu?"

Yesus menjawab,
"Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu.
Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia?
Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita
dan akan dihinakan?
Tetapi Aku berkata kepadamu,
Memang Elia sudah datang
dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka,
sesuai dengan yang tertulis tentang dia."

Renungan:
Keinginan Petrus mendirikan kemah, merupakan upaya untuk mempertahankan kebahagiaan. Namun Yesus tidak mau mengikuti jalan pikiran Petrus. Yesus tidak mau tinggal pada situasi kebahagiaan. Yesus tetap setia pada tugas perutusan-Nya yaitu menyelamatkan umat manusia. Maka dari itu, Yesus mengajak murid-Nya untuk turun dari atas gunung. Sebetulnya Yesus tahu apa yang akan terjadi pada diri-Nya selanjutnya yaitu salib. Tetapi Yesus tidak mau menghindari salib yang harus Dia pikul. Inilah yang dikisahkan Injil hari ini. Yesus mengajak tiga orang murid-Nya untuk naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana Ia berubah rupa di depan mereka. Pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan dan Elia serta Musa tampak kepada mereka sedang berbicara dengan Yesus. Para murid mengalami pengalaman Rohani yang begitu mendalam. Pengalaman itu memberikan rasa damai, tentram dan bahagia untuk tinggal di tempat itu. Dan dalam damai dan tentram itu Allah hadir secara tak terselami dalam naungan awan seraya bersabda agar para murid mendengarkan Putra-Nya.

     Injil hari ini mengingatkan kepada kita akan perlunya keheningan batin agar mampu mendengarkan suara Tuhan. Labih jauh lagi, Injil mengajak kita untuk mendengar sabda Yesus Putra tercinta Allah. Suara Tuhan sering terlewatkan karena kita sibuk sendiri dengan berbagai macam pekerjaan, asyik dengan dering Handphone, menonton, beban kehidupan, suara teriakan, dan lain-lain. Tuhan tidak ditemukan dalam hiruk pikuk tapi dalam keheningan, teristimewa keheningan batin.

"Tuhan ditemukan dalam keheningan batin dan bukan dalam hiruk pikuk"

CAHAYA SABDA, Jumat 17 Februari 2017

Bacaan Liturgi 17 Februari 2017

Jumat Pekan Biasa VI
PF Ketujuh Saudara Suci, Pendiri Ordo Hamba-Hamba Maria

Bacaan Pertama: Kej 11:1-9

Mazmur: Mzm 33:10-11.12-13.14-15

Bacaan Injil
Mrk 8:34-9:1 Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena Injil, akan menyelamatkan nyawanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya,
dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku,
harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil,
ia akan menyelamatkan nyawanya.

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."
Kata Yesus lagi kepada mereka, "Aku berkata kepadamu;
Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa."

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:
Yesus tidak mendiamkan kenyataan penderitaan yang harus dan akan ditanggung oleh para murid-Nya oleh karena iman akan Dia. Ia tidak menjanjikan jalan yang mudah tetapi memberikan keberanian untuk menerima kesulitan, memanggul salib dan mengikuti Dia. Jalan seperti itu bukanlah jalan mulus yang enak ditapaki tetapi satu jalan teramat sulit yang meminta kita menjalaninya sambil berdoa dan beriman. Dan lebih dari itu, menjalaninya meminta kita juga untuk terus memandang Dia Sang Guru dan Gembala, yang untuk memenangkan hidup-Nya Ia harus memanggul Salib, disalibkan dan mati. Dalam hal ini dibutuhkan kerendahan hati. Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak menghindari kesulitan dan kelemahan. Inilah iman yang hidup.

     Mengikuti Kristus tetaplah tidak mudah apalagi kalau kita melihat dunia sekitar yang menghadapi berbagai kesulitan. Begitu banyak orang mempertanyakan apa artinya beriman, ketika kita menyaksikan saudara-saudari dibantai oleh kelaparan, kebencian, ketidakadilan, dan sebagainya. Apa artinya mengikuti Kristus, ketika saudara seiman dengan kita berusaha membinasakan hidup orang yang kita cintai? Dengan memandang Kristus yang tersalib, menyadarkan kita kembali akan arti sesungguhnya beriman dan mengikuti Kristus. Dan dengan memandang Dia, mengajarkan saya betapa hidup saya berarti untuk ditapaki, dijalani. Mengikuti Kristus artinya, terus memberi arti bagi hidup kendatipun kesulitan menghadang di hadapan kita.

"Mengikuti Yesus tidak bisa setengah-setengah apalagi mendua hati, akan tetapi siap dan tangguh menanggung resiko sekalipun memanggul jalan salib sebagai jalan kehidupan."

Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji.

Ketika aku masih kecil, di waktu liburan sekolah, sering ke rumah kakek di desa, rumahnya besar, beliau memiliki beberapa sapi, waktu malam aku memperhatikan sapi-sapi yang berbaring sambil memamah biak ( mencocokkan pelajaran Ilmu Hayat, dasar anak sok usil & sok tahu ) . Apakah yang dimaksud dengan memamah biak itu? Dan mengapa mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengunyahnya?

Pertama-tama, sapi memenuhi perut mereka dengan rumput dan makanan lain. Lalu mereka bersantai dan mengunyah rumput sampai tuntas. Mereka mengeluarkan kembali makanan dari perut dan mengunyah lagi makanan yang telah mereka makan itu, menyerap gizi yang terkandung di dalamnya, dan mengubahnya menjadi susu. Apakah ini menghabiskan waktu? Ya. Apakah ini membuang waktu? Tidak, jika mereka ingin menghasilkan susu yang baik.

Frasa “memamah biak” digunakan untuk menjelaskan proses perenungan. ( Mazmur 1 : 2 ) Penulis Mazmur dengan jelas melakukan pengunyahan secara mental sewaktu ia membaca firman Allah. Tidak ada makanan cepat saji baginya! Jika kita mengikuti teladannya dalam membaca Alkitab secara hati-hati dan disertai doa, kita akan:
• dikuatkan melawan dosa
• menemukan kesukaan untuk belajar lebih banyak tentang Allah
• menemukan kebenaran rohani yang ajaib ; dan
• menemukan nasihat bijak untuk keseharian hidup

Perenungan itu lebih dari sekadar membaca Kitab Suci dan memercayainya. Merenungkan berarti menerapkan ayat-ayat Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji. Jangan tergesa-gesa menelan nya, melainkan mengunyahnya hingga tuntas

By: Sugeng Pramono

Renungan *Mrk. 8:27-33*

_"Kata Yesus keada Petrus: *Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."*_

Hari ini Yesus memberitahukan gambaran penderitaan *Nya*secara terus terang,
namun Petrus mencoba memberi saran agar *Dia* menghindari penderitaan itu.
Karena itulah Petrus memperoleh julukan Iblis.
Memang saat itu Petrus berpikir dengan cara itu, dengan maksud menolong Yesus menghindari penderitaan *Nya*,
tetapi justru saran Petrus menjadi batu sandungan karena *tindakan itu merupakan penolakan terhadap penderitaan salib*.

Saudara-saudara terkasih,
kita tidak dapat melarikan diri dari penderitaan.
Setiap saat kita akan selalu berhadapan dengan penderitaan baik fisik maupun psikhis.
Namun kita juga sebenarnya *selalu mengalami kebahagiaan melalui penderitaan itu*.
Maka *_kalau kita menerima kebahagiaan dalam hidup_, mengapa kita menolak penderitaan?*

_Kebahagiaan dan penderitaan adalah dua keadaan hidup yang tidak dapat dipisahkan_.
*_Kebahagiaan dan penderitaan selalu ada bersama dalam diri dan hidup kita_*.

Maka mari kita terjemahkan *arti positif dari sebuah penderitaan*.
Di sinilah kita menerima sebuah penderitaan sebagai salib yang merupakan benih kebahagiaan kekal.

Tuhan memberkati *†*

CAHAYA SABDA, Kamus16 Februari 2017

Bacaan Liturgi 16 Februari 2017
Kamis Pekan Biasa VI

Bacaan Pertama : Kej 9:1-13

Mazmur: Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23
R:20b Tuhan memandang dari surga ke bumi

Bacaan Injil
Mrk 8:27-33, Engkaulah Kristus… Anak Manusia harus menderita banyak.

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Kata orang, siapakah Aku ini?"
Para murid menjawab,
"Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis,
ada juga yang mengatakan: Elia,
ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."
Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?"
Maka Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias!"
Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya.
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, "Enyahlah Iblis!
Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Renungan:
Ada yang berkata bahwa Yesus itu sebagai Penyelamat, Penolong, Penyembuh, Mahakuasa, Mahacinta, Mahabaik, dst. Mungkin orang yang sering menderita akan berkata bahwa Yesus adalah yang jauh di singgasana, menakutkan dan seterusnya.
Perikop Injil hari ini, berbicara bahwa setelah Yesus mengajar dan mengadakan banyak mukjizar di kampung-kampung wilayah Galilea, Yesus seakan-akan ingin mengetahui seberapa jauh para murid telah mengenal Dia. Dari jawaban Petrus, kita dapat menduga bahwa para murid telah memahami siapakah Yesus dari Nazareth. Hal menarik justru muncul setelah Yesus memberikan keterangan mengenai Mesias. Mesias yang dimaksudkan Yesus adalah Mesias yang menderita.
Mesias yang mulia memang sedang tampak sekarang oleh pujian dan pujaan dari banyak orang atas tanda heran yang telah dilakukan.
Pada saat ini Yesus mau mengajak kita bersama para murid untuk melangkah lebih dalam lagi untuk mengenal siapakah Mesias itu sesungguhnya. Mengenal Yesus sebagai Mesias yang mulia saja tidak cukup. Orang mesti juga melihat Yesus yang sesungguhnya, Mesias yang menderita, yang ditolak dan dibunuh lalu disalibkan. Dengan itu kita dapat mengenal Mesias secara menyeluruh. Untuk sampai ke tingkat ini memang tidak mudah. Hal ini amat penting disadari oleh orang Kristiani.
Mengenal Yesus sebagai mesias berarti menjadikan Dia sebagai teladan hidup, baik dalam suka maupun duka.
"Pertanyaan tentang siapakah Yesus bagiku merupakan suatu refleksi yang mendalam untuk menerima Yesus secara utuh baik yang menderita, wafat dan bangkit bagiku."


CAHAYA SABDA Bacaan Liturgi 15 Februari 2017


Bacaan Liturgi 15 Februari 2017

Rabu Pekan Biasa VI

Bacaan Pertama: Kej. 8:6-13,20-22;

Mzm. 116: 12-13,14-15,18-19; R: 17a
Aku akan mempersembahkan korban syukur kepadaMu, ya TUHAN

Bacaan Injil
Mrk 8:22-26. Si buta itu sembuh,  dan dapat melihat segala sesuatu dngan jelas.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia.
Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?"
Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon."
Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"


Renungan:

Setiap orang pernah sakit dan merindukan agar terjadi kesembuhan yang secepatnya. Bahkan orang sangat takut dan khawatir kalau kesehatannya mulai menurun. Segala sesuatu akan dilakukan agar sesegera mungkin sembuh dari penyakit dan menemukan obat yang nujarab. Bahkan pada saat ini orang berbondong-bondong menugurus BPJS agar kesehatan terjamin. Kisah Injil hari ini menampilkan penyembuhan  seorang buta di luar sebuah kampung (Betsaida). Markus melukiskan Yesus yang sedang dalam perjalanan, beralih dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal yang menarik dari peristiwa penyembuhan ini adalah proses membawa atau lebih tepat menghantar. Awalnya orang banyak (penduduk kampung) menghantar orang buta kepada Yesus. Lalu Yesus membawa orang buta itu keluar kampung.
        Penyembuhan di Betsaida, adalah peristiwa satu-satunya ketika Yesus menyembuhkan secara berangsur-angsur. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak semua  penyembuhan harus terjadi dalam seketika, karena dalam kasus tertentu kemenangan kuasa Ilahi atas penyakit akan terjadi secara bertahap. Setelah orang buta mampu melihat dengan jelas, Yesus menyuruh si buta dengan perkataan " jangan masuk kampung". Suatu  perintah untuk tidak kembali kepada keadaan masa silam.
       Perjalanan iman memang menuntut kita melepaskan apa yang telah diyakini sebelumnya. Pegangan baru adalah Tuhan Yesus yang dikenal melalui pengalaman pertemuan pribadi dengan Dia. Kalau kita terus-menerus terpaut dengan kedaan lama, tidak sungguh memutuskan hubungan dengannya maka sulitlah bagi kita  mengakui bahwa Yesus sebagai Tuhan. Tugas pewartaan adalah menghantar jemaat untuk keluar dari keadaan lama.

"Hantarlah orang kepada Yesus untuk mendapatkan keselamatan yang berasal dari Allah"


     

Renungan Pagi: “HANYA DENGAN DAN DI DALAM YESUS” Mrk 8:22-26


Rabu, 15 Februari 2017
Peringatan St. Sigfridus dan St. Kladius
Mrk.8:22-26;
Kisah penyembuhan selalu meninggalkan cerita indah tentang bagaimana orang mendengarkan tentang Yesus, percaya, lalu datang kepada-Nya. Iman seseorang selalu menggerakkan hati Yesus untuk berbuat sesuatu kepada mereka yang percaya.
Karena itu, jika engkau memiliki Yesus di dalam diri dan hatimu, maka engkau pun akan memiliki cara memandang, cara merasa dan cara bertindak yang baru.
Hanya mau mengatakan bahwa "hanya di dalam dan dengan Yesus hidupmu akan berubah dan Anda akan menjadi berkat bagi orang lain."**
Teriring salam dan doa kecilku untukmu,

Renungan (Mrk 8:22-26)

~ “Yesus meletakkan lagi tangan-NYA pada mata orang itu,maka orang itu sungguh-sungguh melihat & sembuh” (Mrk 8:22-26). Kebutaan mata hati akan buta terhadap kehendak Tuhan. Kebutaan mata hati akan mengahasilkan perbuatan yg ngawur, tindakannya akan sesuka hati. Demikian juga mata hati kita, dari waktu kewaktu perlu dijernihkan. Bawalah kepada Yesus untuk dibuka mata hati kita agar mampu melihat segala sesuatu sesui dengan kehendak Allah.
~ Yesus menyembuhkan orang buta, bukan secara instan tapi melalui proses (Mrk 8:22-26). Orang buta adalah orang yg putus asa, tidak punya masa depan. Orang yg melek menatap masa depan, mempunyai harapan, optimis. Banyak hal baru yg membutuhkan keberanian & tanggapan. Proses memberi waktu pada kepribadian & sikap kita untuk menanggapi karuniaNya. Tuhan menyembuhkan seiring kesiapan tanggapan kita, pada waktuNya.
~ "Jangan masuk ke kampung"(Mrk.8:22-26). Si buta disuruh oleh Yesus "jangan masuk ke kampung", suatu perintah tuk tidak kembali kepada keadaan masa silam. Perjalanan iman memang menuntut kita melepaskan apa yang telah diyakini sebelumnya. Pegangan baru adalah Yesus yang dikenal melalui pengalaman dan pertemuan pribadi dengan Dia. Kalau kita terus-menerus terpaut dengan kedaan lama dan tidak sungguh memutuskan hubungan dengannya, maka sulitlah bagi kita tuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Tuhan memberkati.






"Aku berkata kepadamu, sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda"(Mrk.8:11-13).
Yesus menjadi kecewa terhadap ketiadaan iman kepercayaan orang-orang Yahudi, sehingga tidak ada mukjizat yang istimewa dan unik yang dibuat-Nya tuk memuaskan permintaan mereka. Ini berarti sebuah permintaan akan suatu tanda yang bersumber pada ketidakpercayaan tidak akan diladeni Allah. Iman menuntut adanya suatu keterbukaan, suatu kemauan tuk menerima alasan-alasan yang biasa untuk percaya. Semoga iman kita semakin kuat dan bertumbuh kokoh.
Tuhan memberkati.



via GIPHY

CAHAYA SABDA, Bacaan Liturgi 13 Februari 2017

Bacaan Liturgi 13 Februari 2017
Senin Pekan Biasa VI

Bacaan Pertama: Kej 4:1-15.25
Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia

Mazmur : Mzm 50:1.8.16bc-17.20-21
Persembahkanlah puji syukur kepada Allah sebagai kurban.
.

Bacaan Injil : 
Mrk 8:11-13 Mengapa angkatan ini meminta tanda?

Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, Sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang. 


Renungan:

Pada zaman yang semakin canggih ini semakin banyak orang sulit untuk menghayati kehidupan berimannya, karena segala-galanya sudah tersedia dan manusia semakin pintar untuk  menciptakan kebutuhan manusia itu sendiri. Maka manusia cenderung menuntut tanda yang bisa menjadi penuntun kehidupan sehari-hari dan kurang percaya akan perkara Tuhannya. Inilah yang terjadi dalam Injil hari ini. Mereka meminta tanda dari langit untuk mendapatkan bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang tengah dinantikan Israel. Tentang hal ini Markus melukiskan demikian, "Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus . Untuk mencobai Dia mereka meminta daripada-Nya suatu tanda dari surga".
        Apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sering dibawa juga dalam perilaku iman. Banyak orang membutuhkan "tanda-tanda" untuk beriman. Dibutuhkan "tanda-tanda"  untuk berbuat baik, untuk beribadat, ataupun untuk hidup suci. Yesus mengoreksi sikap orang-orang Farisi karena untuk beriman pun menuntut tanda dari surga. Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah dan membiarkan kehandak-Nya terjadi atas diri sendiri. Iman yang sejati juga harus tahan banting dan teruji, seperti emas yang dimurnikan dalam tanur api. Rasul Yakobus mengajak kita untuk memaknai berbagai percobaan hidup sebagai ujian terhadap iman,yang kita sambut dengan bahagia.
         Melalui peristiwa-peristiwa hidup, selayaknya kita dapat merenungkan tanda-tanda kasih Allah. Banyak tanda-tanda kasih Allah yang kita alami dalam hidup setiap hari bahkan setiap detik. Apakah itu melalui hal-hal yang jasmani maupun rohani, mulai dari diri sendiri maupun dari luar diri dan teristimewa pengalaman akan kebaikan Allah dalam hidup. Pengalaman tersebut dapat kita rasakan dalam kesehatan, peristiwa hidup, ciptaan yang indah, kebutuhan setiap hari, bahkan lewat penderitaan sekalipun.

"Marilah belajar peka untuk mengenal tanda-tanda kehadiran kasih Allah dalam hidup kita sehari-hari"

CAHAYA SABDA Bacaan Liturgi 12 Februari 2017

Bacaan Liturgi 12 Februari 2017
Minggu Biasa VI 

Bacaan Pertama
Sir 15:15-20, Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik.


Mazmur : Mzm 119:1-2.4-5.17-18.33-34
R:1b Sabda-MU adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan


Bacaan Kedua
1Kor 2:6-10 Sebelum dunia dijadikan, Tuhan Allah telah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita.


Bait Pengantar Injil :Mat 11:25
Terpujilah Engkau, Tuhan langit dan bumi, 
sebab rahasia kerajaan-Mu kau buka untuk orang sederhana


Bacaan Injil
Mat 5:17-37 Lain yang diajarkan nenek moyang, lain yang diajarkan Yesus.

Dalam khotbah di bukit Yesus mengajar murid-murid-Nya, kata-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 
Karena Aku berkata kepadamu, 'Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, tidak satu iota atau satu titik pun akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.' 
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. 
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 
Kamu telah mendengar apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum! Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, 'Kafir!'  ia harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata, 'Jahil!' harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu, dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 
Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. 
Kamu telah mendengar firman, 'Jangan berzinah!' 
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa memandang perempuan dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah di dalam hatinya. 
Maka, jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka. 
Dan jika tangan kananmu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah, karena lebih baik bagimu jika satu anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya masuk neraka. 
Telah difirmankan juga, 'Barangsiapa menceraikan isterinya, ia harus memberikan surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: 'Barangsiapa menceraikan isterinya kecuali karena zinah, dia membuat isterinya berzinah. Dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan, dia pun berbuat zinah. 
Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita, 'Jangan bersumpah palsu, 
melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. 
janganlah pula engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. 
Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat." 

Renungan:
Bacaan Injil hari Minggu ini mengungkapkan beberapa pokok pengajaran Yesus yang nadanya keras. Setiap saat dalam gerak kehidupan kita, menemukan banyak hukum dan peraturan. Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Bagaimana hukum ini dihayati dengan sebaik-baiknya? Ada dua arah: arah pertama ialah berusaha memenuhi yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang dengan sangat teliti. ini hidup saleh yang dijalankan oleh banyak orang beragama di zaman Yesus. Kehidupan beragama dalam arah ini diukur dengan hukum. Arah kedua ialah menerima Taurat dan mempercayainya sebagai cara mendengarkan Dia yang bersabda kepada manusia dan mendalami jiwa Taurat. Kedua arah ini bukanlah bertentangan satu sama lain . Taurat dihayati sebagai arah yang membuat dekat pada Dia yang bersabda dengan Taurat. Orang seperti ini menggenapkan Taurat, membuatnya tampil utuh, bukan sebagai himpunan aturan, perintah, larangan belaka.

"Jadilah pelaku hukum yang benar yang didasari cinta kasih dari Allah kepada sesama"

Popular Posts Widget