AMAN DAN NYAMAN (Luk 16:19-31)

     Akhir zaman adalah peristiwa yang akan dihadapi oleh manusia. Mengapa? Karena semua manusia pasti akan menghadap Sang Khalik. Akhir zaman adalah peristiwa iman di mana manusia akan menghadap pengadilan terakhir atas perbuatannya. Apa yang terjadi dalam pengadilan terakhir adalah manusia menghadap dirinya sendiri di hadapan Allah. Apakah manusia layak mendapat kehidupan baru di hadapan Allah ataukah dia harus menerima hukuman.
    Bacaan pertama (Amos 6 :1a, 4-7) menasehati kita agar tidak merasa aman-nyaman dan kurang memerhatikan sesama. "Celakalah orang yang merasa aman di Sion, atas orang yang merasa tentram di gunung Samaria". Manusia mencari kekayaan dan menjaga diri sampai mengesampingkan perhatian bagi sesama yang menderita dan miskin. Inti cerita mau menyampaikan kepada mereka yang hidupnya secara materiil mencari keamanan diri dan menumpuk kekayaan tanpa peduli pada orang miskin.
     Demikianlah yang ditegaskan dalam bacaan kedua (I Tim 6 : 11 -16): nasehat kepada orang kaya dengan mencari rasa aman dan ketentraman untuk diri sendiri. Maka berbahagialah mereka yang hidup dengan adil dan beribadah penuh dengan kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Maka bersama pemazmur, kita berseru: PujilahTuhan, hatiku.
     Memaknai hidup yang pendek dan umur yang tidak panjang menjadi penting ketika kita berhadapan dengan pengadilan terakhir. Waktu menjadi anugrah kita untuk bersyukur dan tidak ketinggalan untuk berbuat baik, adil dan penuh kasih terlebih untuk sesama yang menderita.Lazarus-lazarus di sekitar kita sangat banyak, maka marilah kita membuka mata hati kita untuk memperhatikan mereka. Jangan egois mencari keuntungan dan keamanan diri sampai melupakan sesamamu.

Minggu, 26 September 2010

TERIMA KASIH (Luk 17 : 11 - 19)

        Kebiasaan bagus yang dilatihkan oleh para ibu pada anak-anaknya ialah mengucapkan "Terima Kasih". Apabila ada seseorang yang memberikan sesuatu pada anak kecil, entah itu roti enak, coklat atau permen, lalu si anak mau menerimanya dengan tangan kiri, ibunya langsung bilang: "ayo diterima dengan tangan kanan manis...nah bagus, bilang apa?" Lalu si anak yang sudah terlatih akan berkata: "Terima kasih!". Pendidikan untuk mengucapkan "Terima kasih" sepertinya hal sepele dan biasa, tetapi mengandung nilai yang amat tinggi, bukan hanya nilai budaya atau etiket, tetapi nilai rohani pula!
       Kisah penyembuhan atas sepuluh orang kusta oleh Yesus dalam Injil hari ini menyampaikan pesan penting bagi kita, betapa Tuhan Yesus sangat menghargai satu-satunya orang kusta yang disembuhkan dan mau kembali kepadaNya! Nilai terima kasih yang diungkapkan orang tersebut lebih dari sekedar ungkapan terima kasih biasa. Itu adalah ungkapan syukur yang berfokus pada "Memuliakan Allah" seperti dikatakan Tuhan Yesus. Demikianlah, nilai rohani penting dari ungkapan terimakasih adalah memuliakan Allah. Itulah syukur kepada Tuhan sebagai bagian dari tindakan memuliakan Allah.
      Kita renungkan dua hal hari ini. Pertama, marilah kita lebih banyak bersyukur dan berterima kasih dari pada mengeluh dan mencela. Marilah kita waspada dengan gerakan hati dan pikiran yang begitu mudahnya berpikir negatif dan tidak puas, dan tanpa sadar mulut kita pun mengeluarkan kata-kata celaan dan keluhan. kedua, ungkapan syukur dan terima kasih bermakna rohani yang amat dalam yang intinya: memuliakan Allah. Setiap terima kasih yang keluar dari mulut kita bergema pemuliaan kepada Allah. Itu pula yang dibuat oleh Naaman setelah disembuhkan oleh Nabi Elisa. Terima kasih yang tulus selalu bermuara ke memuliakan Allah!

(Mgg 10 Okt 2010)

Popular Posts Widget