KEKUATAN BARU ( YESAYA 40 : 28-31 )

KEKUATAN BARU
( YESAYA 40 : 28-31 )

Apa rahasia orang belajar berenang? Bagaimana mungkin dengan berat badan yang tidak ringan, seseorang bisa mengapung di air, bahkan bergerak maju dengan pelbagai gaya?

Satu prinsip awal berenang ialah belajar "percaya" pada air. Jika kita "menyerah" pada air, tubuh kita akan mengapung. Sebaliknya, jika kita "melawan" air, mengencangkan otot-otot sampai kaku, kita malah tenggelam. Itu kuncinya. Memercayakan diri kepada air

Ayat 31 melukiskan tentang rajawali yang membubung tinggi. Rajawali memang suka terbang tinggi, seperti dilukiskan di Perjanjian Lama

Ia terbang dan membuat sarang di ketinggian ( Yeremia 49:16; Obaja 4 ). Ia bisa naik ke gunung Libanon; mengambil puncak pohon aras yang tinggi sekali (Yehezkiel 17:3)

Padahal di ketinggian, angin berembus kuat. Bagaimana rajawali dapat terbang dengan begitu ringan dan tenang?

Rupanya ia punya cara jitu. Daripada melawan angin, ia memanfaatkannya untuk bergerak bersama tiupan angin. Ia "memercayakan" diri pada dorongan angin untuk maju

Jadi, sebenarnya ia bukan terbang, melainkan melayang di ketinggian. Melayang bukan dengan kekuatannya sendiri, melainkan dorongan angin

Tatkala angin kesulitan hidup menghantam, apakah tanggapan kita? Mengeluh, mengaduh, geram, marah, berteriak, menuduh orang lain, menyalahkan Tuhan itu yang lazim

Kita melawannya dengan kekuatan sendiri. Padahal percuma. Kita akan kelelahan. Terengah-engah dan frustrasi

Kesulitan yang kian besar justru harus menjadi "kendaraan" kita untuk kian berserah, memercayakan diri pada bimbingan Tuhan. Izinkan Roh-Nya membawa kita "melayang" di tengah embusan angin persoalan

BERANI MEMBAYAR HARGA Baca: 1 Tesalonika 2:1-12

BERANI MEMBAYAR HARGA

Baca: 1 Tesalonika 2:1-12

"...telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat."
(1 Tesalonika 2:2)

Kerana pertolongan Roh kudus pelayanan rasul Paulus berhasil. Banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan.

Namun Rasul Paulus berani membayar harga. Inilah harga mahal yang harus dibayar olehnya: ujian, kesukaran, penderitaan dan aniaya.

Sebelum pergi menuju ke Tesalonika, Paulus harus mengalami banyak penderitaan di Filipi: "...orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Ketua penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, ketua penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat."
(Kis. 16:22-24).

Walaupun ditentang, didera, dipenjara dan dibelenggu, Paulus tidak putus asa, mengeluh ataupun berhenti melayani Tuhan. Justru sebaliknya ia makin giat dan rohnya tetap berkobar-kobar bagi Tuhan.

"Kerana pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu."
(2 Timotius 2:9).

Bahkan setelah keluar dari penjara di Filipi ia melanjutkan pelayanan ke Tesalonika.
Rasul Paulus rela melakukan apa saja dan berani mati demi Injil, kerana baginya
"...hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."
(Filipi 1:21).

Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus.

"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,"
(Filipi 3:10).

"Mati bagi Injil itu bagaikan benih yang ditanam di ladang, pada saatnya akan bertumbuh dan menghasilkan buah, sebab jika biji atau benih tidak mati terlebih dahulu di dalam tanah, ia tidak akan bertumbuh dan berbuah."
(baca Yohanes 12:24).

Tuhan Yesus terlebih dahulu telah memberikan teladan hidup-Nya: rela mengorbankan nyawa-Nya demi menebus umat manusia.

Bagaimana dengan kita? Untuk dapat dipakai Tuhan ada harga yang harus kita bayar.

Kerana itu marilah kita melayani Tuhan dengan segenap keberadaan hidup kita!

Amin

TUHAN YESUS MEMBERKATI

MEMANDANG SEBELAH MATA Bacaan: Kejadian 25:27-34

MEMANDANG SEBELAH MATA
Bacaan: Kejadian 25:27-34
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Maleakhi 1-4
------------------------------------------------------------------
Ada petuah berujar, "Belajarlah untuk menghargai kepunyaanmu sebab selalu ada seseorang di luar sana yang sangat berharap dapat memilikinya seperti dirimu. Jangan sampai kelak engkau dipaksa untuk menghargainya tatkala itu sudah bukan milikmu lagi." Nasihat ini sungguh mencerminkan apa yang dialami oleh tokoh Alkitab bernama Esau. Kenapa begitu?

Sebagai putra sulung, ia memiliki hak kesulungan yang memberinya keistimewaan berupa berkat anak sulung yang kelak pasti diwariskan oleh sang ayah kepadanya (Kej. 27:1-4). Tetapi, sayangnya, Esau bersikap tak mengacuhkan haknya itu. Sementara Yakub, adik kembarnya, sangat mendambakannya. Sampai dicobanya cara yang menggelikan untuk "merebut" hak itu. Ditukar dengan semangkuk sup kacang merah (ay. 31-34). Konyolnya, Esau setuju dan mengukuhkan "transaksi" itu dengan sumpah! Kelak ketika berkat sulung itu benar-benar direbut darinya dan diberikan kepada Yakub, barulah Esau menangis keras karenanya (Kej. 27:34).

Hidup ini ialah seni sekaligus disiplin untuk menghargai apa yang ada pada kita, yang diijinkan Tuhan menjadi kepunyaan kita. Sebab tak selamanya itu ada pada kita. Jika kita terlalu sibuk mengejar apa yang tidak ada pada kita, akibatnya kita mengabaikannya, tidak melihat potensinya, bahkan memandangnya dengan sebelah mata. Padahal banyak karunia Tuhan tersimpan di situ dan menanti untuk kita hargai, syukuri, dan berdayakan. Jangan sampai pengalaman Esau terulang pada kita. --PAD/www.renunganharian.net
------------------------------------------------------------------
KETIKA KITA MENGEMBUSKAN SATU NAFAS KELUHAN, ADA ORANG LAIN YANG SEDANG
BERJUANG MENARIK NAFAS TERAKHIRNYA-HARGAILAH APA YANG TUHAN BERI.
------------------------------------------------------------------

Dikirim dari Alkitabku. Unduh di http://android.alkitabku.com

Selasa, 01 Oktober 2019 Pesta. St Teresia dari Kanak-kanak Yesus Pembukaan Bulan Rosario Pekan Biasa XXVI ¤ Yes. 66:10-14c ¤ Mzm. 131:1,2,3 ¤ Mat. 18:1-5

Bacaan Liturgi 01 Oktober 2019



Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi


Bacaan Pertama
Yes 66:10-14b
Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai.
Pembacaan dari Kitab Yesaya:


Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, 
dan bersorak-soraklah karenanya, 
hai semua orang yang mencintainya! 
Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, 
hai semua orang yang pernah berkabung karenanya!
Hendaknya kamu minum susu yang menyegarkan dan menjadi kenyang,  
hendaknya kamu menghirup dan menikmati susu yang bernas.
Sebab beginilah firman Tuhan: 
Sungguh, Aku mengalirkan kepadanya 
keselamatan seperti sungai, 
dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir. 
Kamu akan menyusu, akan digendong, 
dan akan dibelai-belai di pangkuan.
Seperti seseorang yang dihibur ibunya, 
demikianlah kamu akan Kuhibur; 
kamu akan dihibur di Yerusalem.
Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, 
dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat.


Demikianlah sabda Tuhan!


Bacaan Injil
Mat 18:1-5
Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, 
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:


Sekali peristiwa 
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya, 
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil 
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, 
lalu berkata, 
"Aku berkata kepadamu: 
Sungguh, jika kamu tidak bertobat 
dan menjadi seperti anak kecil ini, 
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri 
dan menjadi seperti anak kecil ini, 
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. 
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, 
ia menyambut Aku."


Demikianlah Injil Tuhan!


RENUNGAN SINGKAT:
"TELADAN KERENDAHAN HATI."


Hari ini Gereja memperingati seorang Kudus, St. Teresia dari Kanak Kanak Yesus atau juga dikenal Teresia dari Liseux. Teresia masuk kongregasi Suster suster Carmelite di Liseux, karena didorong rasa cintanya yang luar biasa buat Yesus. Dan dalam biara, dia memilih jalan "sederhana" sebagai jalan hidupnya. Dia hidup dengan penuh kerendahan hati, dia hidup dengan penuh penyerahan total pada Tuhan, dia berjuang untuk hidup damai, jauh dari rasa tersinggung, marah dan benci. Dia menjalani itu semua dengan kekuatan yang dia percayai bahwa dia terima dari Tuhan sendiri.
Kekuatan imannya luar biasa. Semangat kerendahan hatinya sangat luar biasa. Dia sungguh teladan dalam hidup Rendah Hati.
Seperti halnya gambaran anak kecil dalam Injil, yang selalu merendahkan diri karena dianggap tidak tahu apa apa, dan selalu bergantung pada orang dewasa atau orang tua. Demikianpun kita diundang untuk selalu bergantung pada Tuhan, karena kita tidak bisa apa apa tanpa Dia yang menolong kita. Semoga kita semakin rendah hati dan sungguh menaruh seluruh harapan kita hanya pada Tuhan. Tuhan menyayangi kita tanpa terkecuali dengan segala keterbatasan dan kedosaan kita. Semoga kita menyadari akan hal ini. Amin.
Roh Kudus menguatkan dan memampukan kita. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.


DOA:
Tuhan Yesus terima kasih atas segala karuniaMu dan penyertaanMu. Ampunilah dosa dan salah kami. Bantulah kami agar selalu menjadi orang yang rendah hati dan senantiasa berharap padaMu. Amin.


Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua (Dan Keluarga) dan seluruh hari kita
🙏🙏🙏✝✝✝🛐🛐🛐

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus,


RP. Lukas Gewa Tiala (Adi), SVD
===============================================


Selasa, 01 Oktober 2019
Pesta. St Teresia dari Kanak-kanak Yesus
Pembukaan Bulan Rosario
Pekan Biasa XXVI
¤ Yes. 66:10-14c
¤ Mzm. 131:1,2,3
¤ Mat. 18:1-5
"Humilitas"
– Kerendahan hati –
   Inilah keutamaan dasar mengarah pada kesempurnaan dan kekudusan.
   Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Santa Theresia dari Kanak- kanak Yesus. Ia pernah mengatakan bahwa kesediaan kita untuk menerima kesalahan dengan semangat Kristiani, bisa dipastikan kita menjadi rendah hati. 
   Kerendahan hati adalah langkah pertama dan langkah seterusnya untuk mencapai kesempurnaan kasih kepada Tuhan dan sesama.
   Bunda Maria adalah contoh yang sempurna tentang kerendahan hati dan kesempurnaan kasih.
   Mengacu pada bacaan Injil hari ini, Yesus mengajarkan kerendahan hati lewat teladan sifat-sifat 'anak kecil'
   Adapun sifat-sifat anak kecil yang dapat kita teladani, antara lain:
1. Percaya
   Ia percaya kepada bapa, apapun situasinya.
   Di sinilah kita belajar percaya total  
kepada Allah Bapa yang menjaga dan melindungi kita.
2. Patuh
   Ia patuh kepada bapa, apapun yang diajarkan tanpa pernah mendebat.
   Di sinilah kita belajar patuh taat pada Sabda Tuhan meski terkadang berat untuk dilaksanakan.
3. Pasrah
   Ia pasrah pada bapa, apapun yang diberikan diterima sepenuhnya. 
   Di sinilah kita belajar pasrah total pada anugerah Allah yang berkuasa mengubah dan membentuk kita seturut kehendakNya.
   Saudaraku, semoga St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus menjadi inspirator kita untuk bersikap rendah hati mengikuti jalan kekudusannya setiap hari dengan terus belajar percaya, patuh dan pasrah seperti Bunda Maria.
   Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus bersama Bunda Maria slalu menyertai kita sekeluarga menjadi lebih rendah hati. Amin.
=============================================
[08:38, 10/1/2019] Sugeng Basuki: Mat. 18:1-5 ~ Selasa
"Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."
Menjadi seperti anak kecil = PERCAYA, BERGANTUNG pada orangtua, RENDAH HATI, SEDERHANA dan TULUS.
Anak kecil tidak mementingkan harta, jabatan, tidak bertopeng, tidak pusing dengan harga diri, TAHU BERSYUKUR atas hal-hal kecil.
Saudaraku, apa HAMBATAN Anda untuk menjadi demikian? Dan apa upaya Anda untuk MENGATASI HAMBATAN tersebut?
JLU.
DOA:
Ya Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bentuklah diriku agar memiliki kerendahan-hati dan berkenan kepada-Mu sehingga dengan demikian aku pun dapat masuk ke dalam Kerajaan-Mu. Amin.


=======================================================


SEPERTI ANAK KECIL
( MATIUS 18 : 1-5 )


Mat 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga
Ungkapan Yesus ini tidak jarang diartikan secara dangkal. Bukan berarti saya menghakimi
Menurut banyak orang yang enggan merenung secara mendalam, mereka berkesimpulan : anak anak itu polos, jujur, tidak jahat, mudah taat, pendeknya suci dech. Memang ada benarnya
Padahal dalam alam nyata, tidak sedikit anak nakal, tidak jujur, egois. Justru kalu dicermati anak anak cenderung egois
Makna ucapan Yesus, kita sebagai murid murid Nya harus menjadi seperti anak. Bukan "menjadi anak". Tentu saja yang dipikirkan Yesus ialah anak anak Yahudi waktu itu, bukan "anak anak ideal" versi atau fantasi kita zaman now
Anak anak Yahudi pada umumnya tidak diperhitungkan. Mereka diurus oleh ibu. Anak laki laki mulai diurus oleh ayahnya setelah berumur 12 th

Anak Yahudi dipandang tidak produktive, tidak bisa diharapkan, terus diberi makan. Maka mereka dianggap pengganggu ingat waktu para murid melarang anak anak mendekati Yesus ( Matius 19 : 13-15 )
Menjadi seperti anak, artinya Yesus menuntut adanya keputusan priibadi untuk bertobat
Anak Yahudi tahu betul, bahwa selama masih anak anak, percumalah memikirkan kedudukan, status tinggi, hormat dsb. 
Nah sebagai murid murid Yesus, kita seharusnya tidak berebut kedudukan, status apalagi haus hormat
Hal ini ditegaskan oleh Yesus : Mat 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga
Orang yang rendah hati, pasti mampu "menyambut" setiap orang dalam nama Yesus, yaitu menerima apa adanya dengan penuh persahabatan yang tulus


Sebaliknya orang yang haus hormat, bersikap licik dan curang

===========================================

SENIN, 14 OKTOBER 2019 Bacaan Liturgi Luk 11:29-32 Hari Biasa, Pekan Biasa XXVIII PF S. Kalistus, Paus dan Martir

SENIN, 14 OKTOBER 2019

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXVIII
PF S. Kalistus, Paus dan Martir

Bacaan Pertama Rom 1:1-7
Dengan perantaraan Kristuslah kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa supaya percaya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Dari Paulus, hamba Kristus Yesus,
yang dipanggil menjadi rasul
dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.
Injil itu dahulu telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan nabi
dalam kitab-kitab suci,
Pokok isinya ialah tentang Anak Allah
yang menurut daging dilahirkan dari keturunan Daud,
dan menurut Roh kekudusan dinyatakan
sebagai Anak Allah yang berkuasa,
oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Dia itulah Yesus Kristus Tuhan kita.
Dengan perantaraan-Nya
kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul
untuk menuntun semua bangsa,
supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
Dan kalian yang telah dipanggil menjadi milik Kristus,
kalian pun termasuk di antara mereka.
Kepada kalian semua yang tinggal di Roma,
yang dikasihi Allah,
yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus:
Semoga kasih karunia dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus,
menyertai kalian.


Bacaan Injil
Luk 11:29-32

Angkatan ini tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus berbicara kepada orang banyak yang mengerumuni Dia,
"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat.
Mereka menuntut suatu tanda,
tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda nabi Yunus.
Sebab sebagaimana Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe,
demikian pulalah
Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini.
Pada waktu penghakiman
ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini
dan ia akan menghukum mereka.
Sebab ratu ini datang dari ujung bumi
untuk mendengarkan hikmat Salomo,
dan sungguh, yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
Pada waktu penghakiman
orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini
dan mereka akan menghukumnya.
Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat
waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus,
dan sungguh, yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================



SIRAMAN ROHANI                                                                                                             
Senin, 14 Oktober 2019                                                                                                                 
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Arti Sebuah Tanda!                                                                                                         
  Lk 11: 29-32

Saudara-saudari... Satu hari teman saya dengan mobilnya berjalan di kota. Di dekat rambu lalu lintas ia berhenti karena lampu merah sudah muncul. Lampu merah tanda berhenti, tidak boleh lewat. Tetapi tiba-tiba mobilnya ditabrak dari belakang.  Sopirnya tidak ada perhatian. Karena kesalahannya itu, ia harus membayar ganti rugi; membayar kerusakan mobil teman saya dan mobilnya sendiri. Kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Tetapi karena tidak ada perhatiaan maka penderitaan itu harus ditanggungnya.

Saudara-saudari... Lewat Injil hari ini Yesus ungkapkan perasaan kecewanya kepada para pendengar karena ada orang yang selalu meminta tanda dari padaNya. Ia sudah membuat begitu banyak mujizat. Setiap hari Ia megajar entah di tempat-tempat terbuka maupun dalam Sinagoga dan Bait Suci. Tetapi ada orang yang tetap tidak percaya kalau Ia adalah Yesus Kristus, Mesias, Putra Allah yang sudah lama dinantikan dan kini sudah hadir di antara manusia. Bagi mereka yang selalu meminta tanda itu, Yesus lebelkan mereka sebagai angkatan jahat.

Saudara-saudari... Dalam gereja kita sudah diakui beberapa tanda kehadiran Tuhan. Kita semua percaya bahwa di saat kita merayakan dan menerima tanda itu, di saat itu juga kita menerima kehadiran Tuhan ke dalam diri kita. Itulah yang kita sebut Sakramen.
Pertanyaan untuk kita:  apakah kita sungguh mengimani, bahwa Tuhan sungguh hadir lewat Sakramen itu? Apakah kita sungguh menghargai kesucian Sakramen itu? Sebagai orang yang sudah dibaptis dengan Sakramen Pembaptisan: apakah kita selalu sadar bahwa Allah Tritunggal sudah bersemayam dalam diri kita? Sadarkah kita, bahwa kita adalah anggota gereja yang sah? Bagaimana kesadaran kita akan pentingnya Sakramen Pengakuan? Apakah kita selalu rajin mengakui dosa kita? Bagi mereka yang sudah menerima Sakramen Pernikahan suci, apakah anda selalu sadar bahwa lewat sakramen suci itu anda sudah disatukan oleh Tuhan sendiri dan disaksikan oleh jemat gereja, bahwa sejak saat itu anda berdua sudah secara resmi bekerja bersama Tuhan untuk menciptakan manusia baru di dunia ini? Apakah anda selalu setia terhadap pasangan anda? Apakah kita selalu rajin memberi makanan rohani untuk jiwa kita dengan menerima Sakramen Maha Kudus? 

Saudara-saudari.... Tanda-tanda itu punya arti yang sangat penting untuk kita. Kita diminta untuk selalu memperhatikan tanda-tanda itu. Itulah rambu-rambu lalu litas untuk kehidupan jiwa kita agar bisa mencapai tujuan akhir, yaitu surga. Kalau kita tidak memperhatikan tanda lalu lintas surgawi ini, itu berarti kita akan mengalami kecelakaan atau penderitaan abadi.

Marilah saudara-saudari... Fokuskanlah perhatian kita pada tanda-tanda yang sudah dikeluarkan oleh Gereja kita sebagai ungkapan iman kita. Setia memerhatikan, taat menjalankan dan menghayati arti dari tanda-tanda ini, maka kita pun akan diselamatkan. Kristus, yang adalah tanda keselamatan kita akan selalu hadir dalam diri kita.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin.


========================================================================

RENUNGAN SINGKAT:
"KENALILAH TANDA YANG TUHAN BERI."

Tanda tanda itu hadir untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu. Nabi Yunus menjadi tanda bagi Orang Niniwe. Mereka mendengar pemberitaan Nabi Yunus supaya mereka bertobat dan dijauhkan dari amarah Tuhan. Dan itu berhasil. Seperti kita tahu, Allah menyesal.
Buat kita yang mengikuti Yesus, Yesus adalah tanda cinta kasih Allah yang luar biasa buat kita. Karena dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Nya kita boleh menikmati keselamatan, kita menjadi anak anak Allah lagi. Yesus yang sama, juga selalu hadir buat kita lewat begitu banyak tanda, tentunya tanda yang menghantar kita untuk semakin dekat dengan Dia, dengan Tuhan. Tanda tanda itu bisa hadir lewat berbagai hal, seperti lewat orang lain yang membantu, orang lain yang menolong, saling mengampuni, saling memaafkan, dsb.
Ataupun kadang Tuhan hadir lewat tanda tanda alam. Semuanya mau mengingatkan kita untuk selalu dekat denganNya dan kalau sesat, diajak untuk kembali kepadaNya.
Disamping itu, kita juga diundang untuk menjadi tanda kehadiran Tuhan buat sesama. Dengan keberadaan kita, setiap orang yang berjumpa dengan kita, akan merasakan  kehadiran Allah atau Tuhan sendiri.
Mampukah kita?
Roh Kudus menguatkan dan memampukan kita. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.

DOA:
Tuhan Yesus terima kasih atas segala karuniaMu dan penyertaanMu. Ampunilah dosa dan salah kami. Bantulah kami selalu mengenal tanda tandaMu yang selalu mengajak kami untuk semakin dekat denganMu. Amin.

Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua (Dan Keluarga) dan seluruh hari kita
🙏🙏🙏✝✝✝🛐🛐🛐


Salam dalam Kasih Tuhan Yesus,

RP. Lukas Gewa Tiala (Adi), SVD.

========================================================================

RENUNGAN HARIAN PEKAN BIASA XXVIII
SENIN, 14 OKTOBER 2019-BACAAN: Rm. 1:1-7. Luk.11:29-32
OLEH : RD. JOHN KOTA SANDO

Oh Tuhanku bila kuterpesona
Merenungkan ciptaanMu semua
Saksikan bintang guruh angkasa
Tanda kebesaranMu di dunia
Reff. Kami memuji kebesaranMu
Ajaiblah Tuhan ajaiblah Tuhan
Maka jiwakupun memujiMu
Sungguh besar Kau Allahku

Itulah kutipan lagu rohani "Aku memuji kebesaranMu" (dari lagu yang berjudul "How Great Thou Art"). Ketika mendengarkan lagu ini kita dibawa kepada 2 pertanyaan: Haruskah kita menyangsikan kekuasaan dan kebesaran Allah atas hidup kita? Masihkah kita percaya akan kasih dan penyertaan Allah ketika hidup kita dihimpit oleh derita dan aneka masalah?
- Hanya orang yang rendah hati dan beriman teguh yang bisa menyadari kekuasaan dan kebesaran Allah atas hidup manusia. Dengan kesadaran ini ia dengan pasrah menyandarkan seluruh hidupnya kepada Allah sebagai Penyelenggara kehidupan.
- Hanya orang yang tahu bersyukur yang tidak pernah menyangsikan kehadiran dan penyertaan Allah di tengah kemelut hidup yang dihadapinya.
Bacaan Injil (Luk.11:29-32) menampilkan gambaran karakter orang- orang di sekitar Yesus: sombong, buta hati, egois, tidak rendah hati dan tidak mau bersyukur.
Mata hati dan iman mereka begitu tertutup sehingga mereka harus minta tanda dari Yesus untuk membuktikan bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Yesus tidak memberi tanda karena Ia ingin membiarkan  mereka secara perlahan-lahan tapi pasti mengetahui bahwa Yesus adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah lewat apa yang dikatakan dan diperbuatNya di tengah-tengah mereka. Mereka perlu diberi tanda nabi Yunus yakni semacam peringatan keras seperti yang dialami penduduk kota Niniwe agar  bertobat dari ketertutupan hati dan kesombongan mereka.
Adalah tugas kita bersama memberikan kesaksian hidup tentang pengalaman pribadi kita dengan Allah dalam mengasihi dan menyertai kita. Kita dapat memberikan kesaksian bagaimana Allah terlibat dalam perjuangan hidup kita. Kita perlu menjadi seperti Rasul Paulus dalam bacaan I (Rm.1:1-7) yang selalu menempatkan dirinya sebagai utusan Tuhan yang dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. Biarlah oleh pewartaan dan kesaksian hidup kita Kristus tinggal dan hidup di hati semua orang.
Jika kita masih memelihara kesombongan dan egoisme kita, tenggelam dalam kesibukan duniawi maka kita tidak akan pernah menyadari kehadiran dan keterlibatan Allah dalam sepak terjang kehidupan kita. Kita perlu membangun pertobatan dan berani mengatakan: "Saya tidak perlu meminta tanda karena Tuhan telah memberikan tanda itu pada saya lewat kehadiranNya dalam hidup saya".
Semoga dengan mata iman, kita boleh menyaksikan jejak-jejak langkah Tuhan yang berjalan sambil berbuat baik dalam kehidupan kita.
A M I N.

========================================================================

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-28, 14 Oktober 2019

JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Jujur Terhadap Diri Sendiri. Santo Paulus sangat dekat dengan kota Roma di Italia. Buktinya, ia menulis surat sendiri untuk menyapa, mengajar, dan menguatkan iman orang-orang Roma waktu itu yang merupakan bagian dari kerajaan Romawi yang kafir. Sebagian kecil penduduknya baru saja mengenal Tuhan, sebagian besar lainnya punya keinginan untuk memeluk Kekristenan, namun sejalan dengan itu penganiayaan dari pihak penguasa amatlah menakutkan.

Maka untuk menghadapi ini, sikap utama Rasul ini ialah berusaha untuk jujur dengan dirinya sendiri. Ia mengakui diri bukan orang Roma tetapi asli Yahudi. Jadi ia pastikan bahwa ada perbedaan asal usul dan pandangan di antara mereka. Itu adalah normal dan sangat tepat. Namun perbedaan ini menjadi tidak berlaku lagi ketika ia kenakan Yesus Kristus. Ia jujur menyebut dirinya rasul yang benar.

Perubahan status ini ingin dipertegas bersama orang-orang Roma, supaya mereka juga menjadi yakin bahwa Yesus Kristus itu bukan suatu pilihan yang palsu dan sia-sia. Berkat adanya Yesus Kristus, baik Paulus maupun umat di Roma menjadi orang-orang yang dirahmati dengan karunia kasih yang sama dari Allah. Orang-orang Roma juga dipanggil menjadi orang-orang kudus. Ini yang diwartakan dalam bacaan pertama hari ini.

Paulus pasti tidak karang-karang dengan kejujuran atas diri sendiri, karena ia sesungguhnya meniru Yesus Kristus, gurunya yang sejati. Banyak sekali contoh kejujuran Yesus atas diri-Nya yang ditunjuk di dalam kitab suci. Salah satunya ialah kesaksiaan-Nya dalam Injil hari ini. Ia menegaskan, tak perlu tanda-tanda lagi, selain sosok diri-Nya yang nyata. Dengan sendirinya tanda menjadi hilang. Kalau Yunus dan Salomo masih perlu tanda untuk membuat orang-orang percaya, Yesus yang melebihi kedua orang perjanjian lama itu bukan lagi sebagai tanda, tetapi pribadi sebenarnya yang dilambangkan oleh tanda-tanda itu.

Di dalam kenyataan hidup kita, jujur tentang diri sendiri masih sulit diwujudkan. Satu alasan utamanya ialah karena kita tidak rela kekurangan kita diketahui orang lain. Kita mau berada di hadapan orang lain berposisi lebih, berbuat besar dan berperan penting. Dengan begitu kekurangan atau kesalahan kita tidak diketahui. Sering orang berkata begini: semuanya hanya saya dan Tuhan yang tahu. Pokonya saya harus tetap aman dan lancar dengan orang lain.

Tapi pasti benar adanya. Tuhan yang maha tahu itu pada saat yang tepat akan membuka ketidakjujuran itu ke permukaan.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kritsus, biarlah kami selalu malu atas diri kami sendiri jika kami tidak jujur kepada diri kami sendiri. Jadikanlah kami jujur seperti diri-Mu sendiri. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... 

Popular Posts Widget