Renungan harian CAHAYA SABDA, 01 Juli 2017, Mat 8:5-17

Sabtu Pekan Biasa XII

Bacaan Pertama : Kej 18:1-15
Adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan?
Aku akan kembali kepadamu, dan Sara akan mempunyai anak laki-laki.

Mazmur Luk 1:46-47.48-49.50.53.54-55
Tuhan ingat akan kasih sayang-Nya.

Bait Pengantar Injil : Mat 8:17
Yesus memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.

Bacaan Injil  Mat 8:5-17
Banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan duduk makan bersama dengan Abraham, Iskak dan Yakub.

Pada suatu hari Yesus masuk ke Kapernaum. Maka datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh, dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya, "Aku akan datang menyembuhkannya."

Tetapi perwira itu berkata kepada-Nya, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit, 'Pergi!' maka ia pergi; dan kepada seorang lagi: 'Datang!', maka ia datang. Ataupun kepada hambaku, 'Kerjakanlah ini!' maka ia mengerjakannya."

Mendengar hal itu, Yesus heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu, Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu sendiri akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu, "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.

Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan wanita itu, lalu lenyaplah demamnya. Wanita itu lalu bangun dan melayani Yesus.

Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan,
dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu, dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah sabda yang disampaikan oleh nabi Yesaya, "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

Renungan:
Pada awal abad 20, Albert Schweitzer, seorang dokter yang menjadi misionaris di Afrika, menulis sebuah buku yang mengungkapkan bagaimana orang banyak memiliki pemahaman mereka sendiri-sendiri tentang Yesus. Dia berkata, "Setiap orang membangun idenya sendiri tentang Yesus. Mereka menulis buku tentang Yesus, dan mereka membayangkan Yesus yang ideal sesuai dengan khayalan mereka sendiri." Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki iman yang berdasarkan khayalan kita atau yang berdasarkan  Yesus yang diungkapkan oleh Alkitab. Banyak orang berkata beriman kepada Yesus tetapi tetapi hanya secara teori saja. Mereka berpikir dan mengkhayal ingin melayani Tuhan, akan tetapi tidak memiliki iman yang nyata untuk melakukannya. Mereka percaya bahwa Yesus memegang segala kekuasaan di bumi dan di surga. Tetapi mereka dipenuhi dengan kekhawatiran akan berbagai hal dunia: keluarga, harta, jabatan, kesenangan pribadi, sehingga imannya tidak pernah sungguh sampai pada iman yang nyata.
      Beriman kepada Tuhan tidak cukup hanya dalam pikiran, khayalan, dan mulut saja, tetapi nyata sebagaimana dikisàhkan Injil hari ini, seorang Perwira Romawi  yang memiliki iman yang nyata. Dia tidak sekedar percaya bahwa suatu hari nanti Yesus dapat menyelamatkan jiwanya, tetapi ia percaya bahwa Yesus memiliki kewenangan di sini dan sekarang, atas segala sesuatu  di dunia nyata dan dunia Rohani. Ia begitu yakin hingga dapat berkata kepada Yesus, "Yesus, Engkau bahkan tidak perlu menyentuh orang itu, ucapkan saja dan hal itu pasti terlaksana ." Iman perwira itu sungguh mendatangkan keselamatan bagi hambanya itu. Mari bertanya kepada diri sendiri, sejauh mana imanku nyata dalam hidup dan pengabdianku pada Tuhan?.

"Beriman tidak cukup hanya dalam pikiran, khayalan dan mulut saja. Beriman nyata dalam perbuatan dan seluruh hidup."

Renungan Harian, CAHAYA SABDA, 30 Juni 2017, Mat 8:1-4

Jumat Pekan Biasa XII
PF Para Martir Pertama Umat di Roma
St. Betrandus; St. Theobaldus; Sta. GiacintaMarescoti; B. Raymundus Lullus

Bacaan Pertama : Kej 17:1.9-10.15-22
Setiap laki-laki di antaramu harus disunat sebagai tanda perjanjian. Sara akan melahirkan bagimu seorang putera.

Mazmur : Mzm 128:1-2.3.4-5
R:4 Orang yang takwa hidupnya akan diberkati Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Mat 8:17
Yesus memikul kelemahan kita  dan menanggung penyakit kita.

Bacaan Injil : Mat 8:1-4
Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku.

Setelah Yesus turun dari bukit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia.Maka datanglah kepada-Nya seorang yang sakit kusta. Ia sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir!" Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya,
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka."

Renungan:
Dalam renungan kita hari ini kita mau belajar dari orang yang berpenyakit Kusta dengan pengharapan dan punya keyakinan teguh kepada Yesus Sang penyembuh sejati. Kita tahu betapa sedih dan menderitanya orang yang mengalami penyakit kusta tersebut, dia pastilah diasingkan oleh masyarakat karena takut menular. Oleh karena itu tidak ada seorang pun yang mau brteman dengan dia. Tetapi dia punya keyakinan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan oleh Yesus. Dia berjuang untuk menemui Yesus dan mempunyai harapan bahwa Yesus dapat menyembuhkan penyakitnya. Dan akhirnya apa yang diharapkan terbukti dia sembuh dari penyakitnya.
       Sikap seorang kusta itu barangkali hendaknya menjadi contoh datang dengan keyakinan teguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan penyakitnya. Dia  datang dengan kerendahan hati dan penuh penghormatan dengan bersujud seraya memohon untuk kesembuhan. Atas dasar sikap tersebut Yesus jatuh kasihan kepadanya dan diapun mengalami kesembuhan.
       Doa kita hendaknya didasarkan pada iman yang teguh akan kebaikan Allah dan disampaikan dalam semangat kerendahan hati dan denga sikap penuh hormat kepada Tuhan. Isi doa kita pun hendaknya tidak memaksa Allah. Seandainya Tuhan berkenan, Tuhan bisa mengabulkan keinginanku, Di dalam doa, kita boleh menyatakan keinginan kita kepada Tuhan tetapi soal pengabulannya berada di dalam tangan Allah. Kita harus mempunyai harapan dan tak pernah merasa putus asa oleh persoalan apapun baik sakit fisik maupun tantangan tantangan hidup yang kita hadapi. Yesus adalah tempat kita berpegang teguh dan hanya kepada Dia kita berharap.

"Pengharapan dan keyakinan teguh merupakan modal utama untuk mendapatkan kesembuhan dari Sang Penyembuh sejati yaitu Yesus sendiri."

https://salutemmagnum.blogspot.co.id/2017/06/renungan-harian-cahaya-sabda-29-juni.html

Renungan harian CAHAYA SABDA, 29 Juni 2017, Mat 16:13-19

HR S. Petrus dan Paulus, Rasul

Bacaan Pertama : Kis 12:1-11
Sekarang benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes.

Mazmur : Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
R:5b Tuhan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

Bacaan Kedua : 2Tim 4:6-8.17-18
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran.

Bait Pengantar Injil : Mat 16:18
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bacaan Injil : Mat 16:13-19
Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku.

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
Lalu Yesus bertanya kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"Maka jawab Simon Petrus,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"Kata Yesus kepadanya, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Renungan:
Yesus menanyakan siapa diri-Nya di hadapan para murid-Nya. Kemudian dengan lantang Simon Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Kemudian tiba giliran Yesus mengatakan pengakuan akan Petrus "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapaku yang di sorga. Selanjutnya Yesus mengatakan bahwa Simon adalah Petrus , si batu karang. Jemaat akan didirikan di atasnya dan mereka akan berdiri kokoh, tak akan binasa menghadapi berbagai tantangan. Dia juga diberi kunci kerajaan surga.Apa yang bisa kita renungkan dari Injil hari ini? Pertama-tama adalah pengakuan iman akan Yesus sebagai anak Allah.
      Kita sebagai anak-anak Allah tidak akan pernah bisa mengenal Allah karena apa yang kita lakukan. Kita tidak akan bisa mengenal bahwa Yesus itu Mesias jika hanya mengandalkan akal budi, pikiran, atau kepandaian kita. Tuhan itu tidak terjangkau. Pikiran kita tidak sanggup untuk untuk menjangkau Dia. Kita hanya bisa mengenal Allah jika Allah yang memperkenalkan diriNya pada kita. Seberapa hebat pun kita, seberapa pintar pun kita, seberapa kuat pun kita, jika Allah tidak menyatakan dirinya pada kita maka kita tidak akan mengenal Dia. Apakah kita sungguh mengenal Yesus dengan memberikan diri untuk dipakai Allah dalam membangun Gereja dan dalam kehidupan kita sehari-hari? Barangkali kita perlu belajar dari Simon Petrus dimana dengan lantang dia mengakui ke-Allahan Yesus. Namun dalam kisah lain kita mengetahui bahwa Simon Petrus juga jatuhbdslam kelemahan. Bahkan ketika Yesus dihadapkan pada penderitaan, dia menyangkal Yesus. Namun, hal yang sangat menarik untuk direnungkan bahwa Petrus tidak berhenti dalam kelemahannya. Dia malah bangkit dan menjadi nabi besar serta menjadi saksi iman akan Yesus ke seluruh dunia. Bagaimana dengan kita, apakah kita malah justru berdiam diri dan merasa terpuruk dalam kelemahan kita, dan seolah-olah merasa tidak dapat bangkit lagi?

"Untuk semakin mengenal Yesus dengan mencintai semakin mesra dan dan mengikuti-Nya semakin dekat."

*ATTITUDE DEFINES ALTITUDE*

*ATTITUDE DEFINES ALTITUDE*

Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada kedua orang anaknya:

“Anakku, ada 2 pesan penting yang ingin ayah sampaikan pada kalian agar hidup kalian berhasil dalam hidup kalian kelak”

“Pertama: Jangan pernah menagih piutang kepada siapapun”

“Kedua: jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung”

…..

5 tahun berlalu dengan sangat cepat, sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnis yang sangat memprihatinkan, sang ibu pun bertanya “Wahai anak sulungku kenapa kondisi bisnismu demikian?”

Si sulung menjawab : “Saya mengikuti pesan ayah bu… Saya dilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yang tidak dibayar & lama-lama habislah modal saya..

Pesan yang kedua ayah, melarang saya terkena sinar matahari secara langsung & saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi & pulang kantor saya selalu naik taxi”.

Singkat cerita waktupun berlalu….

Tidak lama berselang, sang ibu pergi ke tempat si bungsu yang keadaannya sangat jauh berbeda dengan abangnya. Si bungsu sangat sukses menjalankan bisnisnya. Sang ibu pun bertanya “Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya…?”

Si bungsu menjawab : “Ini karena saya mengikuti pesan ayah bu..

Pesan yg pertama saya dilarang menagih piutang kpd siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun sehingga modal saya tetap utuh”

“Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dengan motor yang saya miliki, saya selalu berangkat sebelum matahari terbit & pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi & tutup lebih sore”.

Aneh bukan???.. Nasehat yang sama dari orang yang sama tetapi menghasilkan hasil yg berbeda.

Mereka menyikapi INPUT dengan cara yg berbeda sehingga menghasilkan OUTPUT yg berbeda pula. Sikap / Attitude lah yang menentukan seberapa tinggi (Altitude) kedudukan kita kelak. Adalah penting untuk menyikapi INPUT dengan cara positif bukannya malahan menggunakan INPUT yang diterima untuk menjadikannya alasan supaya bisa hidup nyaman.

Sebab itu berhati-hatilah dengan Pola pikir & sikap kita. Sebab kedua hal itu menentukan nasib kita kelak.

Pola pikir & sikap positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya pola pikir & sikap negatif memberikan hasil yg buruk bagi kehidupan...

_“Your attitude, not your aptitude, will determine your altitude.”_ - Zig Ziglar

Have a GREAT day!

Renungan harian CAHAYA SABDA 21 Juni 2017, MAT 6:1-6.16-18

Rabu Pekan Biasa XI
PW S. Aloisius Gonzaga, Biarawan

Bacaan Pertama : 2Kor 9:6-11
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Mazmur : Mzm 112:1-2.3-4.9
R:1a Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.

Bait Pengantar Injil : Yoh 14:23
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan mentaati Sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil : Mat 6:1-6.16-18
Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau.

Renungan:
Dalam Injil hari ini  Yesus mengajarkan kita hal yang sangat kristiani untuk dihayati dengan diam-diam, tersembunyi di mata manusia tetapi dapat dilihat oleh Allah Bapa kita, yakni Karya amal kasih atau memberi sedekah. Berilah sedekah dengan sepenuh hati, tanpa perhitungan apa pun dan jangan menceritakan kepada siapa-siapa material yang anda berikan. Apa yang diberikan tangan kanan jangan diketahui tangan kirimu. Kecenderungan manusiawi kita adalah dengan membuat perhitungan untung ruginya dan jasa kita untuk menolong sesama kita.
     Tiga hal yang penting dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama dan Tuhan, yakni puasa, sedekah dan doa. Berpuasa atau mati raga untuk mengolah diri dengan mematikan virus egoisme yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keimanan. Memberi sedekah/derma, menuntut setiap orang untuk keluar dari dirinya dan menjumpai orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan. Kita tergerak untuk mewujudkan solidaritas terhadap sesama, teristimewa kepada mereka yang berkekurangan dan menderita. Semakin banyak memberi akan menerima berlipat ganda dan diberkati Tuhan. Doa merupakan sarana membangun relasi dan komunikasi yang semakin dekat dan dalam dengan Allah.
      Di hadapan Tuhan, kita semua dipanggil mengikuti jalanNya, jalan kebenaran, kebaikan dan keindahan, iman, harapan dan kasih. Kehadapan Tuhan, kita semua akan dipanggil kembali. Kita syukuri kita masih punya waktu merayakan kehidupan bersama orang-orang yang kita cintai, dan masih punya waktu untuk memberikan sebagian harta, bakat kemampuan, perhatian dan cinta kasih, pada mereka yang membutuhkan.

"Membangun relasi dengan Tuhan dan sesama dengan doa, puasa dan murah hati."

Renungan Harian CAHAYA SABDA, Mat 5:38-42+

Bacaan Liturgi 19 Juni 2017

Senin Pekan Biasa XI
PF S. Romualdus, Abas

Bacaan Pertama : 2Kor 6:1-10
Dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami ini pelayan Allah.

Mazmur : Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4
R:2a Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya.

Bait Pengantar Injil : Mzm 119:105
Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan cahaya bagi jalanku.

Bacaan Injil : Mat 5:38-42
Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.

Renungan:
Pak Bene, seorang kepala desa, tengah berbicara kepada orang banyak. Tiba-tiba seorang pemuda melemparkan kentang tepat mengenai pipinya.orang-orang terdiam menahan napas. Pan Bene memungut kentang itu dan beranjak pergi. Beberapa bulan kemudian, ia mengunjungi rumah pemuda itu. Setelah mengetuk pintu, Pak Bene menyodorkan sebuah karung sambil berkata, "beberapa bulan lalu Anda melemparkan kentang. Saya memungutnya dan menanamnya. Saya kemari ingin berterima kasih dan membagi hasil panennya dengan Anda.
        Kalau seseorang ditampar, spontan ada gerakan atau reaksi dari dalam dirinya emosi bahkan ingin membalasnya, baik dengan menampar kembali atau dengan kata-kata. Yesus berkata, " siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu".
        Dalam menjalin relasi dengan sesama kita atau yang dekat dengan kita kadangkala akan timbul konflik-konflik namun Yesus mengajak kita untuk mengatakan yang benar dan tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan dan mau mengalah demj kebaikan bersama. Mengasihi mereka yang bersikap dan memperlakukan kita dengan baik adalah hal yang sangat mudah. Namun kalau kita mampu berbuat baik dan mencintai orang yang membuat kita susah dan menyakiti kita inilah bukti nyata kasih sejati yang diharapkan Yesus dari kita sebagai orang Kristen. Maka baiklah kita membuang jauh-jauh niat menuntut balas kepada orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, tetap upayakan kebaikan untuknya. Seperti yang dilakukan pak Bene dalam cerita di atas. Sikap ini jauh lebih mendatangkan berkat dan sukacita. Bagaimana dengan kita sebagai orang yang terpanggil?

"Hendaklah membalas kejahatan dengan kebaikan "   

Minggu, 18 Juni 2017, Yoh 6:51-58

Minggu, 18 Juni 2017
HR Tubuh dan Darah Kristus
        
Ul 8:2-3.14b-16a
Mzm 147:12-13.14-15.19-20
1 Kor 10:16-17
Yoh 6:51-58

"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."

Kita semua tahu bahwa makanan itu amat penting untuk hidup kita. Untuk itu, sejak awal penciptaan, Tuhan selalu menyediakan makanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (bdk. Kej 1:29-30). Kalau kita mencermati Injil hari ini, tampak juga adanya rantai makanan yang berpangkal dari Allah Bapa dan mengalir kepada kita. "Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku." (Yoh 6:57). Allah Bapa memberi hidup kepada Yesus sehingga Yesus memperoleh hidup dari Bapa. Keduanya tidak terpisahkan. Kemudian, Yesus memberikan hidup-Nya, yakni tubuh dan darah-Nya untuk kita, sehingga kita pun memperoleh hidup dari Yesus. Maka, kita tidak boleh memutus rantai makanan ini. Karena kita telah menerima hidup dari Yesus, maka kita juga wajib untuk membagikan hidup kita kepada sesama. Untuk itu, pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, marilah kita bersyukur atas makanan dan minuman rohani yang selalu diberikan Tuhan kepada kita melalui Ekaristi sehingga kita mempunyai jaminan hidup, bukan hanya di dunia ini tetapi juga di surga kelak. Semoga, dengan Ekaristi, kita pun selalu ingat akan Tuhan yang mencintai, memelihara dan menjamin hidup kita sebagaimana ditegaskan oleh Musa dalam bacaan pertama (Ul 8:2). Selain itu, dengan hati yang penuh syukur itu, marilah kita salurkan anugerah kehidupan yang kita terima dari Tuhan kepada sesama dengan rela berbagi melalui pelbagai pengabdian dan pelayanan yang semakin meneguhkan persekutuan umat manusia dalam kehidupan bersama yang damai dan sejahtera (bdk. 1 Kor 10:16-17).

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu membuka hati dalam menerima makanan dan minuman rohani yang secara istimewa Kauberikan kepada kami melalui Ekaristi. Semoga, kami pun semakin tergerak untuk berbagi hidup melalui aneka pengabdian dan pelayanan kepada sesama. Amin. -agawpr-
Selamat berhariminggu, Tuhan memberkati

Renungan Harian CAHAYA SABDA 17 Juni 2017, Mat 5:33-37

Sabtu Pekan Biasa X

Bacaan Pertama : 2Kor 5:14-21
Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa bagi kita.

Mazmur Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12
R:8a Tuhan itu pengasih dan penyayang.

Bait Pengantar Injil : MZM 119:36a.29b
Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Bacaan Injil : Mat 5:33-37
Aku berkata kepadamu, jangan sekali-kali bersumpah.

Renungan:
Keberanian untuk mengatakan kebenaran atau kejujuran bukan hanya kepada orang lain tetapi juga dalam diri kita sangat diperlukan pada saat ini. Kadang-kadang untuk mencari aman hanya menurut kepada atasan walaupun kita tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.  Kita tidak berqni mengatakan jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak. Nilai dan harga kejujuran dan kebenaran sangat mahal.
         Sebuah ilustrasi tentanv melamar pekerjaan katakan saja si A dan si B. Manager mewawancarai dan menyeleksi dari ratusan orang dan hanya satu oranng dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut dan hanya dua calon terbaik dari semuanya. Akhirnya mereka berdua tinggal pada wawncara terakhir karena hanya satu orang yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Si A pun dipanggil dalam ruangan. Sudah banyak pertanyaan yang diajukan akhirnya sang manager mengajukan pertanyaan terakhir. Berapa jumlah 1+ 1, si A pun menjawab dengan lantang 2 (dua). Tiba giliran si B ketika dia ditanya dengan pertanyaan yang sama maka apa jawaban si B? Dia menjawab terserah bapak saja dan akhirnya si B yang diterima.
    Nilai kejujuran sangat mahal kita bisa lihat contoh di atas justru mengatakan yang tidak benar yang diterima dalam pelamaran pekerjaan tersebut. Apa sebenarnya yang ada di benak si Manager? Sang Manageer tentu lebih senang bekerja dengan orang yang selalu menurut kepadanya meskipun dia bisa salah daripada orang yang mengatakan yang sebenarnya. Apakah kita berani mengatakan ya jika ya dan tidak jika tidak?

"Keberanian untuk mengatakan ya katakan ya, jika tidak katakan tidak."

Renungan Harian, CAHAYA SABDA, 16 Juni 2017, Mat 5:27-32

Bacaan Liturgi 16 Juni 2017

Jumat Pekan Biasa X

Bacaan Pertama : 2Kor 4:7-15
Allah yang membangkitkan Tuhan Yesus akan membangkitkan kami juga.

Mazmur : Mzm 116:10-11.15-16.17-I8
R:17a Kepada-Mu, ya Tuhan, kupersembahkan kurban syukur.

Bait Pengantar Injil : Flp 2:15-16
Hendaknya kalian bersinar di dunia seperti bintang-bintang sambil berpegang pada sabda kehidupan.

Bacaan Injil : Mat 5:27-32
Barangsiapa memandang wanita dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah di dalam hatinya.

Renungan:
Dalam renungan hari ini dikatakan bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta mengingininya, adalah sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Itu berarti semua kita punya potensi untuk melakukan zinah jika kita tidak bijaksana dalam mengolah pikiran dan budi kita. Bagi Yesus yang mesti dikendalikan dan diperhatikan adalah hati dan budi kita. Sebab semua yang keluar dari dalam diri bermula pada keinginan dan kehendak yang lahir dari hati dan budi kita. Jika kita mampu mengekang, mengendalikan, dan mengolah berbagai keinginan, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik tentu kita tidak mudah terjerumus dalam perilaku zinah.
        Dari perikop ini Yesus ingin mengajak dan mengingatkan kita, agar pandangan mata kita sungguh jernih dalam melihat segala sesuatu. Pandangan mata yang melihat segala sesuatu, kemudian menghubungkannya dengan Sang Pencipta; lantas mensyukuri dan mengaguminya, maka seluruh keberadaan tubuh kita akan menjadi selaras dan seimbang dengan maksud Allah menciptakan mata kita. Hal ini tidak mudah seperti membalik telapak tangan, tetapi kita mesti melatih dan mengusahakannya. Di sisi lain, kita pun di ajak agar tidak menyebabkan orang lain jatuh dalam dosa perzinahan, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yesus. Untuk itu kita perlu menjaga diri kita menjadi bait Roh Kudus. Seluruh ekspresi diri kita hendaknya tidak memancing orang untuk jatuh dalam perzinahan. Perkembangan mode yang semakin cepat dan maju, hendaknya tidak melunturkan niat kita untuk senantiasa berpenampilan sopan dan wajar di depan umum. Pandangan mata yang jernih dari pasangan suami istri juga dapat memupuk kesetiaan perkawinan, seperti yang diajarkan oleh Gereja, bahwa perkawinan tidak dapat dipisahkan, kecuali oleh kematian. Dengan demikian, mereka terhindar dari perzinahan dan perceraian.

" Pandangan mata yang jernih dapat memupuk kesetiaan dalam panggilan kita masing-masing"

SEKILAS TERDENGAR BIASA TAPI BISA BERBAHAYA

SEKILAS TERDENGAR BIASA TAPI BISA BERBAHAYA

1. Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan :
"Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?" :Tidak ada," jawab adiknya pendek. Saudara laki-lakinya berkata lagi, "Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".

Siang itu, ketika suaminya lelah sepulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami istri ini terjadi perceraian.

Dari mana sumber masalahnya?
Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki kepada adik perempuannya.
---------

2. Saat arisan seorang ibu bertanya, "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ya, Jeng? bukankah anak-anakmu banyak?".

Maka, rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu, mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
----------

3. Seorang teman bertanya, "Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu?". Ia menjawab "1,5 juta rupiah". "Cuma 1,5 juta rupiah?? sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu?".

Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko, pemilik toko menolak dan malah mem-PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
----------

4. Seseorang bertanya pada kakek tua itu, "Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan, Kek?" Si kakek menjawab, "Sebulan sekali". Yang bertanya menimpali, "Wah... keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering".

Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat lapang dan rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas?.

Karena itu, *jagalah diri dari mencampuri dan menghakimi kehidupan orang lain*. Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka, dst... dst...

Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini. Bila ada bom yang meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya.

" _Jaga ucapan kita utk tdk menjadi kompor perusak_ "

mensyukuri *KEADAAN*

Jangan menjadi *SILAU* hanya krn _kesuksesan_ orang lain & _tidak_ mensyukuri *KEADAAN* kita saat ini.

*SIKAP* yg penuh *SYUKUR* akan memberikan *SEMANGAT* yg berbeda terhadap apa yg kita *lakukan*.

Jika kita mau _konsisten_ untuk belajar *MENSYUKURI* keadaan apapun, percayalah banyak *KUALITAS HIDUP* yg akan bermakna bagi kehidupan kita, & pada saat yg tepat kita bertumbuh menjadi *PRIBADI* yg jauh *LEBIH EFEKTIF*.

Kita akan bertumbuh manakala kita mau *BERUBAH* & melihat *ASPEK* yg *POSITIF* dalam hidup ini.
_Tanpa_ *RASA SYUKUR*, semua yg *BAIK* & *INDAH* akan terasa *JELEK* & *MENYAKITKAN*, ke mana pun kita _pergi_, apapun yg kita _kerjakan_ akan terasa *menderita*.

Akhirnya _tiada_ hari _tanpa_ *KEGELISAHAN*, tiada__ saat _tanpa_ *KEJENUHAN* !!!
_Bukan_ *HIDUP* yg membuat kita *JENUH*, tapi _ketiadaan_ *RASA SYUKUR* yg membuat semuanya terasa *JELEK* & *MENJENUHKAN*.
_Bukan_ *KEBAHAGIAAN* yg menjadikan kita *BERSYUKUR*, tapi *BERSYUKURLAH* yg menjadikan kita *BAHAGIA*.

Selamat pagi .........
Good morning .......
大家早上好 ............

semoga harimu dipenuhi keberkahan dan kebijaksanaan. To All My Dear Friends.
Have a Wonderful Day
Kasih Allah Menerangi kita semua.

Jika ada *SATU* hal yg harus kita *PELAJARI*, salah satunya adalah belajar untuk *BERSYUKUR* setiap saat.
Terkadang kita menjadi *LUPA* berterima kasih atas *BERKAT* yg di berikan kepada kita.
Kita _lupa_ bahwa kita *MEMILIKI* keluarga yg selalu *MENDUKUNG* kita.
Kita _lupa_ bahwa kita *MEMILIKI* orang tua yg *SELALU* mendoakan *KEBERHASILAN* anaknya.
Kita _lupa_ bahwa kita *MEMILIKI* sahabat" yg *SELALU* berbagi dgn kita baik dlm *SUKA* maupun *DUKA*

Maka dari itu, kita ~Jangan~ pernah *LUPA* utk selalu *BERSYUKUR* dari apa yg kita *TERIMA* setiap hari

Selamat pagi .........
Good morning .......
大家早上好 ............

Semoga harimu dipenuhi keberkahan dan kebijaksanaan.

◈♥◈MENSYUKURI APA YANG ADA◈♥◈

Ketika GELAP,
Tersadar betapa berartinya TERANG.

Ketika KEKERINGAN,
Tersadar betapa berharganya AIR.

Ketika KEHILANGAN,
Tersadar betapa nyamannya MEMILIKI.

Ketika SAKIT,
Tersadar betapa nikmatnya SEHAT.

Ketika PERPISAHAN,
Tersadar betapa indah nya KEBERSAMAAN.

Ketika KEMATIAN,
Tersadar betapa sangat berharganya KEHIDUPAN.

Sayang KESADARAN selalu datang terlambat...

Bukan kejadian yg membuat kita bahagia atau tidak,
Kita harus memilih di antara keduanya.

Kemarin sudah lalu,
esok blum tiba,
kita hanya punya 1 hari, yaitu HARI INI.

Jangan sesali ketidak bahagiaan yg di alami,
tetapi buat sekarang bahagia agar kelak tidak menyesali ketidak bahagiaan hari ini.

Separuh dari dunia salah menebak arah dalam berburu KEBAHAGIAAN.

Mereka pikir kebahagiaan itu isinya adalah meMILIKI, mengAMBIL dan di LAYANI.

KEBAHAGIAAN ADALAH SAAT BISA MEMBERI & MELAYANI !!!

Jangan harap bisa bahagia di atas penderitaan orang lain.

Syukuri yg tlah di miliki,
bukan malah membandingkan dgn apa yg tidak kita miliki,
a g a r KEBAHAGIAAN selalu Mengisi Kehidupan.

Sesuatu tampak indah karena blum kita miliki...

�Kapankah KEBAHAGIAAN akan di dapatkan kalo kita hanya selalu memikirkan apa yg blum ada tapi mengabaikan apa yg sudah kita miliki ?

�Jadilah pribadi yg SELALU BERSYUKUR dgn berkah yg sudah kita miliki.

JANGAN CARI KESEMPURNAAN,
T A P I SEMPURNAKANLAH YG TELAH ADA !!!

”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
(1Tesalonika 5:18)

Goϑ ϐlešš Yoυ

Umur manusia ada batasnya dan pasti

Umur manusia ada batasnya dan pasti
••••••••••••••••••••••••••••••••••••
*Seorang Ibu umur 50 th kena serangan jantung dilarikan ke rumah sakit.*
*Dalam keadaan kritis di atas meja operasi dia melihat malaikat mendekat.*

*"Wahai malaikat, apakah hidup saya hanya sampai di sini?"*

*Malaikat menjawab:*
*"Menurut catatan, Anda masih punya waktu utk hidup 24 thn 3 bulan dan 21 hari lagi."*

*Setelah kondisi membaik, ibu ini memutuskan tetap di rumah sakit utk operasi wajah, suntik bibir, implant buah dada dan pinggul, juga implant gigi dan rambut.*

*Pokoknya paket lengkap, karena dia merasa masih punya waktu hidup cukup lama.*

*Setelah operasi selesai dan kondisi membaik, dia memutuskan utk segera meninggalkan rumah sakit.*

*Namun, pada saat menyeberang jalan, dia tersambar ambulans yg sedang melaju kencang. Dia pun tewas di tempat.*

*Malaikat yang sama datang, wanita itu pun bertanya:*

*"Bukankah malaikat sdh menjanjikan kpd saya utk hidup 24 thn lagi?**
*Mengapa malaikat tdk menyelamatkan saya saat ditabrak  ambulans?"*

*Malaikat menjawab:*
*"Saya PANGLING lihat ibu... sumpaaaaaah....*
😀😀😂😂

*_Yukkk kita belajar memahami tentang DOSA._*

“Semua dosa itu sama,” pernyataan ini sering terdengar diucapkan berbagai orang apapun agamanya. Benarkah demikian? Jawabannya bisa “ya” bisa “tidak.” Kita bisa menjawab “ya” bila yang dimaksud adalah “semua dosa itu sama [karena menjauhkan kita dari Allah].” Namun kita bisa menjawab “tidak” bila yang dimaksud adalah “semua dosa itu [nilainya] sama.”

Tentunya tidak ada pihak yang tidak setuju dengan pemahaman bahwa “semua dosa itu sama [karena menjauhkan kita dari Allah].” Tapi masalah yang lebih menimbulkan perbedaan pendapat yang rumit adalah pemahaman “semua dosa itu [nilainya] sama.” Ini karena banyak pihak yang beranggapan bahwa mencuri mangga Pak Raden sama berdosanya dengan membunuh ayah kandung sendiri. Beberapa orang bahkan akan mengacu pada Yak 2:10-11 dimana dalam surat tersebut St. Yakobus mengatakan bahwa siapapun yang mentaati seluruh hukum namun melanggar satu saja maka dia telah bersalah atas seluruh hukum.

Nanti kita akan kembali ke Yak 2:10-11, namun sementara apa yang diajarkan Gereja Katolik sendiri? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

1854 Dosa-dosa harus dinilai menurut beratnya. Pembedaan antara dosa berat dan dosa ringan, yang sudah terbukti di Kitab Suci (1Yoh 5:16-17), menjadi bagian dari tradisi Gereja. Pengalaman manusia menegaskannya.

1855 Dosa berat merusakkan kasih dalam hati manusia oleh suatu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiannya, dan menggantikanNya dengan sesuatu yang lebih rendah.

Dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, walaupun [dosa ringan tersebut] melanggarnya (kasih) dan melukainya (kasih).

Jadi Gereja mengajarkan adanya pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan. Yang cukup menarik Katekismus juga merujuk kepada 1Yoh 5:16-17. Dan sangat jelas di ayat tersebut bagaimana St. Yohanes mengajarkan ada dosa yang berat dan yang tidak. Ini berarti bahwa ajaran akan pembedaan dosa menjadi dosa berat dan dosa ringan memang ada di Kitab Suci.

Bila mengingat kembali Yak 2:10-11, apakah ini berarti ayat 1Yoh 5:16-17 tidak konsisten? Tentu saja tidak. Dalam suratnya St. Yakobus mengatakan bahwa salah satu inti dari hukum Taurat adalah, “kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Yak 2:8) [inti hukum Taurat yang paling utama adalah “cintailah Allahmu lebih dari segala sesuatu”]. Seumpama kita membunuh sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Seumpama kita berbuat cabul terhadap sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Seumpama kita berbohong kepada sesama, apakah ini berarti kita mengasihinya? Tentu tidak. Jadi memang tiap pelanggaran perintah apapun dari hukum Taurat berarti bahwa kita telah melanggar semuanya. Karena toh dengan melanggar satu saja perintah Taurat maka inti dari hukum Taurat, yaitu untuk mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri, telah kita langgar.

Tapi apakah pelanggaran tiap perintah tersebut sama nilainya? Tentu saja tidak. Menurut hukum Taurat sendiri pembunuh dan pencabul dihukum mati (Ul 24:17, 20:10) namun apakah seorang pencuri atau pembohong akan sama-sama dihukum mati karena mereka juga melanggar hukum Taurat? Tidak. Menurut Taurat sendiri pencuri hanya dihukum mati bila dia mencuri sesama orang Israel dan memperlakukannya sebagai budak miliknya (Kel 21:16; Ul 24:7). Tapi bila si pencuri hanya mencuri sapi atau domba maka dia harus mengganti lima kali lipat kalau sapi atau domba yang dicuri mati dan dua kali lipat kalau sapi atau domba yang dicuri masih bisa dikembalikan, tapi kalau dia tidak mampu maka dia bisa dijual sebagai budak (Ul 22:1-4). Sedangkan pembohong yang melakukan kebohongan di pengadilan akan dihukum sesuai dengan niatan jahat dari kebohongan orang itu (Ul 19:16-19), maksudnya kalau si pembohong melakukan kebohongan agar bisa memiliki sapi tetangganya, maka si pembohong harus dihukum menurut nilai dari sapi tersebut.

Mengingat adanya pembedaan nilai dari pelanggaran Hukum Taurat yang ditunjukkan dari perbedaan sanksi yang ditetapkan, maka jelas bahwa ketika St. Yakobus berkata “tetapi [barangsiapa] mengabaikan satu bagian daripadanya dia bersalah atas seluruhnya” di Yak 2:10 dia tidak bermaksud bahwa membunuh sama nilainya dengan berbohong. Yang dimaksudkan St. Yakobus adalah baik membunuh maupun berbohong sama-sama melanggar hukum Taurat, sama-sama melanggar inti dari hukum Taurat, sama-sama tidak mengasihi sesama. Amin.

*BERSYUKUR*

_Pasutri ME di jalan melihat perempuan paruh baya/janda, mereka bilang ;  *"terima kasih* *Tuhan kami masih punya pasangan"*_

_Seorang pria kaya melihat melalui jendela seorang laki² mengambil sesuatu dari Tong sampah, *Ia mengatakan, Terima kasih Tuhan karena aku tidak miskin.*_

_Orang Miskin memandang sekeliling dan melihat seorang pengemis telanjang dijalan. *Ia mengatakan, Terima kasih Tuhan aku miskin tetapi tidak menjadi pengemis.*_

_Pengemis memandang kedepan dan melihat ambulan yg membawa pasien. *Ia mengatakan, Terima kasih Tuhan saya tidak sakit.*_

_Kemudian orang sakit di rumah sakit melihat troli mengambil mayat ke kamar mayat. *Ia mengatakan, Terima kasih Tuhan aku tidak mati.*_

*Hanya orang mati yang tidak bisa berterima kasih serta bersyukur kepada Tuhan.*

_Mengapa kita tidak berterima kasih dan bersyukur karena hari ini Tuhan telah memberikan kesempatan untuk hidup sehari lagi ? *Untuk menghargai kehidupan yg lebih baik, pergilah ke 3 lokasi yaitu : Rumah Sakit, Penjara dan Kuburan.*_

_Di Rumah Sakit kita akan memahami bahwa tidak ada yg lebih indah daripada  KESEHATAN, Di Dalam Penjara kita akan melihat bahwa KEBEBASAN adalah hal yg paling berharga. *Dan Di Kuburan kita akan menyadari bahwa HIDUP ini tidak berarti apa², Karena Tanah yg kita pijak hari ini akan menjadi atap kita keesokan hari.*_

_Karena itu, marilah kita tetap rendah hati dan bersyukur untuk semua Anugerah, Hikmat dan Kasih Karunia Tuhan dalam hidup kita. *Selagi kita masih diberi waktu dan kesempatan perbanyaklah BERBUAT BAIK, jangan SUKA MENYAKITI, MENGHINA dan MERUGIKAN ORANG LAIN.*_

*BERSYUKURLAH SENANTIASA DALAM KEADAAN APAPUN, PERGUNAKAN WAKTU YG ADA MENURUT KEHENDAK ALLAH.*

Renungan Harian CAHAYA SABDA, 14 Juni 2017

Rabu Pekan Biasa X

Bacaan Pertama : 2Kor 3:4-11
Kami dijadikan pelayan suatu perjanjian baru, bukan yang terdiri dari hukum yang tertulis, melainkan dari Roh.

Mazmur : Mzm 99:5.6.7.8.9
Kuduslah Engkau, ya Tuhan Allah kami.

Bait Pengantar Injil : Mzm 25:4c.5a
Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.

Bacaan Injil : Mat 5:17-19
Aku datang untuk menggenapi hukum.

Renungan:
Dalam Injil hari ini Yesus berkata "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para Nabi, melainkan untuk menggenapinya".
Keunggulan hidup beriman bukan hanya aturan sebagaimana disabdakan oleh Yesus, tetapi penghayatan dan pelaksanaannya. Kita diajak menjadi pelaksana aneka aturan dan tatanan hidup daripada mendiskusikannya. Kita  mulai dulu dengan melaksanakan aturan sebagaimana tertulis di dalam aneka macam bentuk aturan hidup harian kita termasuk kemasan barang, makanan, minuman, obat dan lain-lain yang menjadi kebutuhan kita. Jika dalam hal-hal kecil dan sederhana kita dapat melaksanakan dengan baik, maka kita akan mampu dan lebih mudah melaksanakan aturan atau tatanan hidup lebih besar dan sulit. Misalnya di dunia pendidikan peserta didik dibiasakan untuk mentaati dan melaksanakan aturan sekolah dan tentu saja dengan teladan para pendidik, demikian juga anak-anak di dalam keluarga dengan teladan para orangtua.
       Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk memahami, menghayati, mengamalkan, serta mengajarkan hukum Tuhan dalan keutuhannya. Kita tidak boleh menikmati sabda-Nya hanya pada hal-hal yang menarik atau sekiranya sesuai dengan keadaan kita, misalnya karena sabda itu menghibur kita. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian dari sabda-Nya yang mengecam atau yang menuntut perubahan sikap hidup yang radikal dari pihak kita. Janganlah kita membawa prinsip suka tidak suka ketika kita mengecap sabda Allah. Menghayati dan mengamalkan cinta kasih dan pengorbanan merupakan bentuk nyata ikut ambil bagian dari misi  Yesus yang datang justru untuk menyempurnakan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Maka tugas kita adalah menggenapi hukum cinta kasih dalam hidup harian kita.

"Taat dan menghayati aturan"

Renungan Harian CAHAYA SABDA 13 JUNI 2017

Selasa Pekan Biasa X
PW S. Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja

Bacaan Pertama : 2Kor 1: 18-22
Pada Yesus bukanlah terdapat "ya" dan "tidak" melainkan hanya ada "ya".

Mazmur : Mzm 119:129.130.131.132.133.135
R:135a Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Mat 5:16
Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik,
dan memuji Bapamu di surga.

Bacaan Injil : Mat 5:13-16
Kalian ini cahaya dunia.

Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan:
Yesus waktu mengajar orang banyak suka menggunakan perumpamaan di sekitar kehidupan kita, maksudnya supaya mudah dipahami oleh para pendengarnya. Seperti dalam renungan hari ini tentang garam dan terang dunia. Ada orang lebih mudah belajar lewat membaca. Yang lain mungkin lewat mendengar. Dan banyak orang yang lebih mudah belajar dari melihat. Dalam istilah menjadi garam , bukan berarti kita adalah garam yang sesungguhnya yang dipakai di dapur. Kita tahu bahwa garam sangat dibutuhkan untuk menambah rasa dalam masakan. Tanpa garam sayuran/makanan yang dimasak akan terasa hambar atau tidak enak untuk dimakan, selain itu, garam pun sangat berfungsi untuk mengawetkan daging atau ikan, bila tidak ada kulkas supaya daging atau ikan tidak acepat membusuk dan masih banyak fungsi yang lainnya.
     Yesus menggambarkan bahwa dalam mengikut Dia haruslah menjadi garam, sesuai dengan fungsi
  dari garam itu sendiri, yaitu dapat memberi rasa kepada dunia yang tawar sehingga dunia ini tidak menjadi busuk oleh kejahatannya. Garam, bersedia untuk membaur dengan orang-orang dari berbagai kalangan, latar belakang, suku dan agama; tidak bersikap eksklusif.
     Kalau Yesus memerintahkan agar para pengikutnya menjadi garam dan terang dunia,  sama seperti diri Yesus sendiri adalah garam dan terang. Terang, memiliki sikap kepedulian, belas kasih dan ringan tangan dalam memberikan bantuan baik lewat pikiran, perkataan, harta, waktu dan perhatian untuk  menjangkau mereka yang terpuruk di dalam kegelapan dosa maupun yang tersesat di dalam lembah keputusasaan. Kiranya kehadiran kita dapat membangkitkan semangat dan harapan yang baru untuk melangkah menunju Sang Terang Sejati. Oleh karena itu, menjadi garam dan terang merupakan bagian utama dari hidup setiap orang percaya, kehidupan yang kita jalani haruslah bermakna dan bernilai, bagi diri kita sendiri maupun bagi orang di sekitar kita, maka jadilah garam dan terang dunia di mana saudara berada.

"Menjadi garam yang tidak tawar dan terang yang bercahaya dengan tepat."

Renungan Harian CAHAYA SABDA 12 Juni 2017

Senin Pekan Biasa X

Bacaan Pertama : 2Kor 1:1-7
Allah menghibur kita, sehingga kita sanggup menghibur semua orang yang berada dalam macam-macam penderitaan.

Mazmur : Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
R:9a Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Mat 5:12a
Bersukacita dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga.

Bacaan Injil : Mat 5:1-12
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.

Renungan:
Yesus mengatakan "Berbahagialah"... Suatu kebahagiaan yang tidak dipengaruhi  oleh keadaan dan kondisi apapun. Kebahagiaan yang diberikan oleh Yesus tidak lagi memandang materi atau hal-hal yang menyangkut kehidupan jasmani adalah menjadi urusan yang utama tetapi kebahagiaan sejati yg berasal dari Tuhan. Kita tidak akan lagi pusing atau bersungut-sungut apabila doa, pergumulan belum dijawab oleh Tuhan. Sayangnya "diberkati" atau "berbahagia" direduksi maknanya dalam kekristenan itu sendiri, memandang diberkati atau berbahagia itu adalah hanya bicara soal sehat, sejahtera, melimpah kekayaan atau materi, Tuhan menyembuhkan kita dari suatu penyakit yang sudah lama kita derita, atau berbagai banyak hal, mungkin yang telah lama kita pergumulkan.
Dalam renungan hari ini dalam konsep kebahagiaan atau berkat berbeda dengan yang dikejar oleh dunia. "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan surga", ini bukan soal materi tetapi bagaimana hubungan kita dengan Allah, apakah kita mengutamakan Allah atau hal-hal duniawi?, itulah artinya miskin dihadapan Allah. Tuhan juga berfirman carilah dulu kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Realitanya kita sering tidak  sejalan dengan sabda Allah, kita lebih mengutamakan pekerjaan, kita tidak berdoa sebelum memulai aktivitas kita. Inilah yang membuat kita kehilangan arah hidup, karena tidak menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, tetapi hanya sebagai pelarian saja ketika terbentur dengan masalah kehidupan saja. Berkat atau kebahagiaan fisik itu hanya sementara dan rapuh sekali sedangkan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus sifatnya kekal. Yesus berkata: Berbahagialah... menunjukkan suatu kualitas hidup yaitu kebahagiaan sejati yang berasal dari Allah.

"Orang yang berbahagia adalah orang yang selalu menggantungkan harapannya kepada Tuhan."

Renungan Harian "CAHAYA SABDA" 10 Juni 2017

Sabtu Pekan Biasa IX
St. Hendrikus Balzano

Bacaan Pertama  Tb 12:1.5-15.20

Mazmur : Tb 13:2.6.7.8
R;2a Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya

Bait Pengantar Injil : Mat 5:3
Berbahagialah yang bersemangat miskin, sebab bagi merekalah kerajaan Allah.

Bacaan Injil : Mrk 12:38-44

Renungan:
Dalam renungan hari ini, ditampilkan bagaimana Yesus lebih memuji janda miskin yang memberikan sedekah. Janda itu memberikan sedekah dari kekurangannya. Yesus tahu, bahwa wanita itu memiliki banyak kebutuhan, namun dengan ketulusan hati wanita memasukkan uang ke dalam peti persembahan itu. Bahkan dia tidak memikirkan diri sendiri dan problem hidupnya.
       Dalam kekurangannya, wanita itu ingin meringankan beban sesamanya. Janda miskin memiliki iman yang kuat dan murni, iman yang dikuasai oleh kerelaan, kegembiraan dan serta semangat dalam mencintai Tuhan dan sesama.
       Barangkali kita berpikir bahwa Tuhan menginginkan kita dari hal-hal yang luar biasa. Iblis sering menggodai kita untuk melakukan proyek-proyek raksasa, pekerjaan besar nan megah. Membuat kita terjerat dalam ilusi dan melupakan hal-hal yang kongkrit, kecil, mungkin terasa sepele. Padahal bantuan meski kecil sangat berarti bagi yang membutuhkannya dan justru itu jugalah yang dikehendaki Tuhan.
      Tuhan menginginkan kita berbagi, apapun keadaan kita. Karena dengan berbagi, kita telah menyalurkan rahmat dan kebaikan Tuhan. Tuhan itu mahamurah dan selalu memberi. Karena janda ini percaya bahwa dengan memberi segala yang ia miliki, Tuhan akan memberi lebih dari apa yang ia butuhkan. Kita perlu membangun rasa empati, semangat berbela rasa terus menerus dengan mereka tanpa membuat perhitungan untung dan rugi dan berbagi dengan sesama yang miskin dan papa.

"Miliki rasa belas kasih kepada sesama yang kurang beruntung dengan kita."

Asal Kitab Suci

Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai diantara saudara saudara yang lain, seorang yang paling menonjol , dari segi materi - biasanya adalah anak sulung. Boleh dikatakan memiliki karakter melayani saudara yang lain dan kehormat an ada dipundaknya .
Memang Kitab Suci Perjanjian Lama sering menunjuk bagaimana anak sulung malah sering menimbulkan masalah ; Kain dan Habel,  Esau dan Yakub. Yang adalah akibat dosa kejatuhan manusia Adam yang diperdaya oleh hawa karena bujukan ular.

Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; ( Kel 4:22).
Tapi , justru sering gagal memahami maksud Allah yang disampaikan oleh Nabi atau boleh dikatakan Nabi gagal menyampaikan pesan-Nya ? Yang selalu bertentangan dengan kebiasaan hidup dan pendapat umum yang sudah mendarah daging. Nasib itu yang utama juga merupakan nasib Yesus Kristus ; kehidupan-Nya berakhir di Salib.

Terima kasih kepada Gereja Katolik Roma  yang sampai saat ini tetap melestarikan dan menyimpan bukti bukti dan sejarah Kitab Suci dari jaman Paus Petrus sebagai Paus pertama sampai Paus Fransiskus .
Asal Kitab Suci dapat dibaca di link berikut :
Dari mana asalnya Kitab Suci? - katolisitas.org
http://www.katolisitas.org/dari-mana-asalnya-kitab-suci/
Di samping Kitab Suci, Wewenang mengajar Gereja adalah bentuk hierarkis Gereja, yang untuk perutusan, arah dan tujuan sebagai Kristus sendiri adalah pencetus jabatan di dalam Gereja. ( Menunjuk Petrus untuk menggembalakan domba domba-Nya).
"Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadanya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya ? Dan bagaimana mereka dapat memberitakannya , jika mereka tidak diutus?"( Rm 10:14-15).
Penerusan yang hidup ini berlangsung terus dengan bantuan Roh Kudus, yang dinamakan "tradisi suci".
" Demikianlah Gereja dalam ajaran , hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya"( dikutip dari KGK 78).

Salib-Nya sekarang bersinar dalam cahaya lain, justru menjadi jalan pertobatan sehingga Allah mengampuni dan membimbing ke dalam misteri Allah - ke cahaya yang tak tertahankan. Bukan menuju kepada Allah yang abstrak yang masuk dalam uji coba manusia - melainkan Allah yang bertindak dan masuk ke dalam sejarah dan kehidupan kita dan mau memegang tangan rapuh ini.
Amin.

*Doa Malam*

Doa malam (1)
Segala puji hormat dan syukur kami haturkan di hadiratmu ya AllahkuYesusku ...kupuji kusembah ... kumulyakan namamu..
. disetiap langkah hidupku hr ini...tentunya banyak hal yg Bapa tidak berkenan ...tutur kata perbuatan kami tingkah laku kami yg mendukakan hati  Bapa ..kiranya KasihMu  KemurahanMu untuk mengampuni kami terpujilah Namamu Bapa kekal selama lamanya ....Malam ini kami mau beistirahat merebahkan tubuh kami ...dekaplah kami dengan cinta kasihmu ya Bapa dan bangunkan kembali kami esok menemui hari baru lagi  ...beraktifitas melajutkan peziarahan kami ...untuk itu Bapa Kuatkanlah mampukanlah kami penuhi dengan kuasa roh kudusMu...sehingga berjalan sesuai dengan kehendakmu .... terimakasih Bapa ....Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami memohon  berdoa  mengucap syukur  amiin ....

Kemulyaan pada Bapa Putra & Roh Kudus...seperti pada permulakan sekarang selalu d sepanjang sgl masa

Terpujilah...nama Tuhan Yesus Bunda Maria dan Santo Yusuf untuk selama lamanya amiin👏🙏🏽👏🙏🏽👏💕🌸

Doa malam (2)
Tuhan, Allah kami, pd mlm ini kami mengucap syukur & ber terima kasih atas penyelenggaraan Mu. Ampuni kami bila pd pagi hari ini lupa akan Dikau dan kami jg telah melukai hati dng perkataan & perbuatan yg melanggar cinta kasih Mu, Tuhan berilah kami hati yg damai dan malam yg tenang, semoga esok hari kami bangun dng tenang semangat yg baru. Amin.

Renungan Harian CAHAYA SABDA 09 Juni 2017

Jumat Pekan Biasa IX
PF S. Efrem, Diakon dan Pujangga Gereja

Bacaan Pertama : Tb 11:5-14

Mazmur : Mzm 146:2abc.7.8-9a.9bc-10
R:2a Pujilah Tuhan, hai jiwaku.

Bait Pengantar Injil : Yoh 14:23
Barangsiapa mengasihi Aku, akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil : Mrk 12:35-37
Bagaimana mungkin Mesias itu anak Daud?

Renungan:
Dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak orang sering bingung dengan ajaran-ajaran Yesus. Meski demikian ke mana Yesus pergi, banyak orang yang datang kepada-Nya dan berbondong-bondong mengikuti-Nya. Kata-kata Yesus meskipun keras, namun menyejukkan dan banyak orang senang mendengar-Nya.
          Sabda Yesus adalah kekuatan kita. Namun dalam kehidupan kita sehari-hari, kalau kita jujur, sering kali kita kurang menaruh perhatian kepada-Nya. Bahkan tak jarang kita kurang konsentrasi mendengarkan sabda-Nya atau bahkan tidak pernah membuka atau membaca Kitab Suci. Kitab Suci menjadi barang yang tidak pernah tersentuh atau hanya menjadi pajangan di rumah kita. Bagi kita yang penting ialah percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, Mahakuasa, Mahabesar, mengetahui segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Dia.
         Yesus sungguh mengenal kita entah kita duduk atau berdiri namun itu belum cukup tetapi kita perlu menjalin suatu hubungan yang sungguh-sungguh pribadi dengan Dia dan menjadikan Dia titik pusat seluruh hidup kita, sehingga Ia dapat mengendalikan seluruh hidup kita; membiarkan Dia berkarya dalam seluruh hidup kita; menyerahkan hidup kita supaya Ia dapat membentuk, memperbaharui dan menjadikannya indah.

"Sabda  Tuhan merupakan sumber kekuatan kita."

Renungan Harian CAHAYA SABDA 8 Juni 2017.

Bacaan Liturgi 08 Juni 2017

Kamis Pekan Biasa IX

Bacaan Pertama Tb 6:10-11;7:1.6.8-13;8:1.5-9

Mazmur : Mzm 128:1-2.3.4-5
R:4 Orang yang takwa hidupnya akan diberkati Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Mzm 119:34
Berilah aku pengertian, maka aku akan mentaati hukum-Mu, aku akan menepatinya dengan segenap hati, ya Tuhan.

Bacaan Injil : Mrk 12:28b-34

Renungan:
Mengasihi Tuhan harus berada pada tingkat pertama di setiap saat sepanjang hidup kita. Namun dalam kenyataannya bahwa mengasihi Tuhan mungkin kadang kita buat berkelas-kelas atau tingkatan dalam hidup kita misalnya kelas VIP di saat kita sungguh membutuhkan pertolongan-Nya, kelas ekonomi di saat kita hidup kita biasa-biasa saja bahkan kelas bangku tempel bila perlu tergantung situasi atau kebutuhan hidup yang kita alami. Arus modernisasi dan teknologi yang cukup pesat sekarang ini menyebabkan manusia lebih menyembah dan mencintai teknologi daripada Tuhan. Contoh kongkrit orang bisa asyik sms-an buka FB, WA dan sebagainya saat itu sedang ibadah atau perayaan Ekaristi.
         Didalan dunia kita sering mencintai orang lain dengan syarat. Kita mencintai seseorang karena mencari keuntungan pribadi, kedudukan dan yang cocok dengan kita dan bisa Anda perpanjang sendiri. Tetapi yang diharapkan Yesus adalah mencintai sesama kita dengan mampu menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Mencintai tanpa syarat adalah seperti Yesus katakan "Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Jika kita memiliki kekurangan dan kelebihan, maka kita pun seharusnya mencintai orang lain lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Itulah salah satu cinta tanpa syarat.
          Sebuah ilustrasi tentang seorang anak kelas tiga SD yang cerdas bertanya kepada guru agamanya: bu guru, bahasa apakah yang dipakai Yesus ketika Ia datang ke dunia ini? Si bu guru yang tidak pernah belajar di sekolah Teologia agak bingung. Bahasa Ibranikah? Bahasa Yunanikah? Bahasa Inggris atau Bahasa Roh? Tanya muridnyadengan bijak. Dengan jujur bu gurua berkata bahwa dia juga agak ragu-ragu. Bu Gurupun berkata, akan memberi jawabannya untuk pelajaran agama berikutnya. Akhirnya si bu Guru menemukan jawabannya. Bahasa yang dipakai Yesus ketika datang ke dunia ini bahkan sampai sekarang adalah bahasa KASIH.

"Jadikanlah kasih sebagai jantung dalam hidup kita. Jantung yang dapat membuat hidup kita lebih baik. Kasih akan membuat hidup kita lebih baik, karena dengan menghadirkan cinta dalam hidup kita,  tidak ada lagi pintu yang terbuka bagi masuknya dendam dan kebencian."

Renungan harian "CAHAYA SABDA" 07 Juni 2017

Bacaan Liturgi 07 Juni 2017

Rabu Pekan Biasa IX

Bacaan Pertama  : Tb 3:1-11a.13.16-17
Permohonan Tobit dan Sara di hadapan kemuliaan Allah dikabulkan.

Mazmur : Mzm 25:2-4a.4b-5ab.6-7bc.8-9
R:1b Kepada-Mu, ya Tuhan, kuarahkan jiwaku.

Bait Pengantar Injil : Yoh 11:25a.26
Akulah kebangkitan dan kehidupan. Barangsiapa percaya kepada-Ku, tak akan mati.

Bacaan Injil : Mrk 12:18-27
Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.

Renungan:
Injil hari ini tentang perjamuan Yesus dengan kelompok Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan. Mereka mengemukakan sebuah kisah tentang seorang perempuan yang dikawini tujuh kakak beradik. Semuanya mati tanpa meninggalkan keturunan. Bagaimanakah posisi dan nasib mereka pada hari kebangkitan? Siapa yang pantas bersanding dengan si Perempuan itu di pelaminan Surgawi? Yesus menjawab mereka dengan memberikan pemahaman hal kebangkitan. Bahwa melalui kebangkitan orang mdngalami hidup baru bersama Allah. Manusia ada bersama Allah dalam sebuah realitas rohaniah-surgawi. Dalam kehidupan itu, Allah menjadi pusat kehidupan,  diaman orang hanya memandang dan bertemu muka dengan Allah keabadian. Keterpesonaan pada Yang Ilahi ini menghadirkan sebuah realitas hidup baru yang bersifat Ilahi. Ketika jiwa hanya berpusat pada Allah, orang tidak lagi dipengaruhi dan memikirkan realitas manusia-duniawi, termasuk persoalan kawin dan dikawinkan.
     Saat ini kita diajak untuk membuka diri pada Tuhan dan menyerahkan hidup kita pada penyelenggaraan-Nya. Bagi kita kebahagiaan bersama Allah melampaui kebahagiaan apa pun yang kita miliki di dunia. Apa maksud Yesus dengan berkata bahwa di surga tidak ada orang yang kawin dan dikawinkan?

"Kalau jiwa kita hanya berpusat pada Allah orang tidakmlagi dipengaruhi soal kawin dan dikawinkan".

Renungan Harian "CAHAYA SABDA" 05 Juni 2017

Senin Pekan Biasa IX
PW S. Bonifasius, Uskup dan Martir

Bacaan Pertama : Tb 1:1a.2a.3;2:1b-8
Tobit lebih takut kepada Tuhan daripada kepada Raja.

Mazmur : Mzm 112:1-2.3-4.5-6
R:1a Berbahagialah Orang yang takwa pada Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Why 1:5ab
Yesus Kristus, Engkaulah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari alam maut;
Engkau mengasihi kami dan mencuci dosa kami dengan darah-Mu.

Bacaan Injil : Mrk 12:1-12
Mereka menangkap dan membunuh putera kesayangan, dan melemparkannya ke luar kebun anggur.

Renungan:
Melalui perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur yang jahat. Yesus mau menunjukkan ketegaran hati orang-orang Yahudi. Sejak awal mula melalui para nabi Allah telah menyampaikan warta keselamatan-Nya kepada mereka. Tetapi bangsa itu menolak pewartaan para Nabi dan membunuh beberapa dari antara mereka. Bahkan ketika Allah mengutus Putra-Nya sendiri untuk menyampaikan warta keselamatan yang sama, mereka tidak segan-segan membunuh Yesus Putra-Nya.
          Berdasarkan iman akan Yesus Kristus dan melalui Sakramen Permandian, kita semua telah menjadi manusia baru, orang-orang yang diselamatkan. Kita bersyukur atas anugerah keselamatan itu sambil tetap berusaha agar menjaga keselamatan itu dengan berbuat baik secara tulus dan tekun melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita. Status kita sebagai orang-orang Kristen tidak otomatis menyelamatkan kita. Hanya dengan tekun berbuat baik, keselamatan yang berasal dari Allah itu akan sungguh-sungguh menjadi milik kita pribadi. Oleh sebab itu, janganlah jemu-jemu berbuat baik.

" Jangan takut berbuat baik"

Renungan Harian "CaHAYA SABDA" 06 Juni 2017

Selasa Pekan Biasa IX
PF S. Norbertus, Uskup

Bacaan Pertama : Tb 2:10-23
Semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku, karena bintik-bintik putih itu.

Mazmur : Mzm 112:1-2.7bc-8.9
R:7c Hati orang jujur teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Ef 1:17-18
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi mata budi kita
agar kita mengenal harapan panggilan kita.

Bacaan Injil : Mrk 12:13-17
Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.

Renungan :
Kritis dan bijaksana, itulah yang kita lihat pada sosok Yesus. Khususnya tatkala Ia menghacapi jeratan orang Farisi dan Herodian, untuk menjatuhkan Yesus termasuk imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi yang sakit hati terhadap Yesus (Lihat Mark 11:27-12:12). Mereka menjerat Yesus dengan satu pertanyaan jebakan, dibolehkan atau tidak membayar pajak kepada Kaisar? Jika Yesus menjawab boleh, maka orang-orang Farisi akan menyebarkan jawaban Yesus kepada orang banyak dan popularitas Yesus di hadapan umat Yahudi akan hancur. Jika Yesus menjawab tidak boleh, maka orang Herodian yang setia kepada Herodes dan Yesus akan segera ditangkap serta diadili.
       Dalam kehidupan kita mungkin ada banyak hal yang dapat menjebak kita, yang menjebloskan kita ke dalam kehidupan yang penuh persoalan. Sebelum mengambil sebuah keputusan, kumpulkan semua data yang diperlukan dan pertimbangkan masak-masak segala kemungkinan alternatif pemecahan masalah dan konsekuensinya yang mungkin muncul. Berdiam dirilah sejenak sambil berdoa memohon kebijaksanaan dan pilihan yang tepat kepada Tuhan sebelum membuat keputusan akhir.
      Maka manis jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dimuntahkan. Waspadalah terhadap ucapan atau perkataan seseorang. Jika itu sanjungan, jangan langsung disambut dengan antusias. Namun jika itu kritik pedas juga jangan langsung ditolak dengan tegas.

"Manis jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dimuntahkan karena selalu ada sisi positifnya."

Renungan harian "CAHAYA SABDA" Sabtu 03 Juni 2017

Renungan:

Setiap manusia adalah unik dengan kelebihan dan keterbatasan, karakter, talenta, latar belakang dan kebiasaan yang berbeda-beda pula. Tidak ada yang persis sama walaupun dilahirkan kembar, Dalam memperlakukan  perbedaan itu, Allah memiliki rencana dan kehendak tersendiri bagi setiap orang yang mengikuti-Nya, Dalam Alkitab, bagaimana Tuhan bersikap dan merespon tiap tokoh Alkitab. 
     Sebuah ilustrasi  tentang seorang  bapak yang sudah bertahun-tahun menabung karena ingin bertemu dengan Paus di Italia. Sebelum berangkat ke Italia, bapak ini mampir dulu ketukang cukur mau potong rambut supaya kelihatan lebih rapi dan terciptalah obrolan antara tukang cukur dan pelanggan barunya itu. Terjadilah percakapan yang menarik. "Oh jadi bapak mau ke Italia? Naik pesawat apa bapak ke Italia" Tanya si tukang cukur . "Saya naik Singapore airlines." Jawab si bapak, "Jangan! Jangan naik Singapore Airlines pelayanan mereka kurang memuaskan terhadap penumpang pak!  Anda pasti kurang menikmatinaik pesawat itu." Komentar si tukang cukur.  "Lalu mau apa rencana bapak ke Italia?" Lanjut bertanya. "Saya mau ketemu sama Paus." Jawab bapak itu singkat. "Hah mau ketemu sama Paus? Memang bapak ini siapa? Bapak kan bukan orang penting!"  Si tukang cukur kembali berkomentar. "Halo pak apa kabar? Gimana Italianya?" Tanya si tukang cukur yang mengenali pelanggannya itu. "Saya terbang ke Italia naik Singapore Airlines dan pelayanan mereka ternyata sangat memuaskan. lalu saya juga bertemu dan berjabat tangan dengan Paus... jawab si bapak. "Oh paus waktu itu melihat saya dan dan berkata kepada saya: Potongan rambut kamu jelek sekali, emangnya kamu potong rambut dimana?" Dalam bacaan injil hari ini, perkataan"Itu bukan urusan kamu" diucapkan oleh Yesus kepada Petrus. Tetapi engkau: Ikutlah Aku. "apakah mungkin saat ini Tuhan juga berkata kepada kita:"Itu bukan urusan kamu!" Sangat mungkin. setiap pribadi pasti diberikan kepercayaan sama Tuhan untuk berkarya bagi Dia di tempat di mana Tuhan menaruh kita saat ini. Satu kepercayaan yang sangat khusus untuk kita kerjakan dan urus. Dan kalau kita melalaikan panggilan khusus dari Tuhan, maka bisa jadi tidak akan ada orang lain yang bisa menggantikan diri kita dalam melaksanakan tugas panggilan yang Tuhan nyatakan dalam diri kita.

"Allah memiliki rencana dan kehendak tersendiri bagi setiap orang yang mengikuti-Nya".


Popular Posts Widget