Renungan Harian, CAHAYA SABDA, 30 Juni 2017, Mat 8:1-4

Jumat Pekan Biasa XII
PF Para Martir Pertama Umat di Roma
St. Betrandus; St. Theobaldus; Sta. GiacintaMarescoti; B. Raymundus Lullus

Bacaan Pertama : Kej 17:1.9-10.15-22
Setiap laki-laki di antaramu harus disunat sebagai tanda perjanjian. Sara akan melahirkan bagimu seorang putera.

Mazmur : Mzm 128:1-2.3.4-5
R:4 Orang yang takwa hidupnya akan diberkati Tuhan.

Bait Pengantar Injil : Mat 8:17
Yesus memikul kelemahan kita  dan menanggung penyakit kita.

Bacaan Injil : Mat 8:1-4
Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku.

Setelah Yesus turun dari bukit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia.Maka datanglah kepada-Nya seorang yang sakit kusta. Ia sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir!" Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya,
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka."

Renungan:
Dalam renungan kita hari ini kita mau belajar dari orang yang berpenyakit Kusta dengan pengharapan dan punya keyakinan teguh kepada Yesus Sang penyembuh sejati. Kita tahu betapa sedih dan menderitanya orang yang mengalami penyakit kusta tersebut, dia pastilah diasingkan oleh masyarakat karena takut menular. Oleh karena itu tidak ada seorang pun yang mau brteman dengan dia. Tetapi dia punya keyakinan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan oleh Yesus. Dia berjuang untuk menemui Yesus dan mempunyai harapan bahwa Yesus dapat menyembuhkan penyakitnya. Dan akhirnya apa yang diharapkan terbukti dia sembuh dari penyakitnya.
       Sikap seorang kusta itu barangkali hendaknya menjadi contoh datang dengan keyakinan teguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan penyakitnya. Dia  datang dengan kerendahan hati dan penuh penghormatan dengan bersujud seraya memohon untuk kesembuhan. Atas dasar sikap tersebut Yesus jatuh kasihan kepadanya dan diapun mengalami kesembuhan.
       Doa kita hendaknya didasarkan pada iman yang teguh akan kebaikan Allah dan disampaikan dalam semangat kerendahan hati dan denga sikap penuh hormat kepada Tuhan. Isi doa kita pun hendaknya tidak memaksa Allah. Seandainya Tuhan berkenan, Tuhan bisa mengabulkan keinginanku, Di dalam doa, kita boleh menyatakan keinginan kita kepada Tuhan tetapi soal pengabulannya berada di dalam tangan Allah. Kita harus mempunyai harapan dan tak pernah merasa putus asa oleh persoalan apapun baik sakit fisik maupun tantangan tantangan hidup yang kita hadapi. Yesus adalah tempat kita berpegang teguh dan hanya kepada Dia kita berharap.

"Pengharapan dan keyakinan teguh merupakan modal utama untuk mendapatkan kesembuhan dari Sang Penyembuh sejati yaitu Yesus sendiri."

https://salutemmagnum.blogspot.co.id/2017/06/renungan-harian-cahaya-sabda-29-juni.html

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget