*Menjadi duta Injil selalu berisiko. Arena penginjilan adalah tempat di mana ancaman nyawa taruhannya*
*Duta Injil kerap kali menghadapi "serigala", yaitu masyarakt yang agresif kepada penginjil, menjadi terdakwa di pengadilan, penghianatan oleh keluarga sendiri sampai dibunuh, dibenci*
*Sejarah gereja sejak _zaman old sampai zaman now_ bahkan sampai kedatangan Kristus kedua kali menyaksikan hal ini*
Tak jarang kita tidak diterima oleh orang lain karena iman kita kepada Yesus. Namun, Sabda Tuhan hari ini meneguhkan dan menguatkan iman kita.
*Kita seperti domba di tengah serigala. Kita harus cerdik dan tulus. Kita juga tidak perlu takut dan khawatir. Roh Kudus akan menyertai dan menginspirasi kita*
Walau dibenci dan dicaci karena iman kita, kita harus tetap bertahan supaya selamat (lih. Mat 10:22). Kita juga perlu untuk selalu bertobat. Kita tetap harus hidup benar di jalan Tuhan
Peringatan yang diberikan Tuhan Yesus ini bukan alasan untuk mundur dari panggilan kita. Kita dipanggil untuk tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular.
*Cerdik seperti ular berarti waspada dan tidak lengah. Memang kita tidak dipanggil untuk memakai kekuatan fisik ataupun senjata militer untuk menghadapi penolakan dan serangan dari penguasa-penguasa dunia*
*Kita dipanggil untuk memakai senjata Ilahi, yaitu tuntunan Roh Kudus. Raja kerajaan surga akan memberikan kata-kata hikmat untuk menjawab serangan atau tuduhan*
*Kita yakin bahwa anak-anak-Nya yang sedang melayani ada dalam penyertaan-Nya yang sempurna*
*Tulus seperti merpati berarti dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh bertujuan yang salah apalagi mengkompromikan isi beritanya*
*Dengan berani kita mengakui Yesus adalah Raja kerajaan surga di hadapan semua manusia Maka Yesus pun akan mengakui kita di hadapan Allah Bapa*
*Penganiayaan dalam berbagai bentuk sudah, sedang dan akan dialami anak-anak Tuhan. Marilah kita "cerdik seperti ular", yaitu mengandalkan Roh Kudus, bukan hikmat dan kuasa sendiri*
*Marilah "tulus seperti merpati", tetap setia dengan berita Injil yang benar dan utuh*
0 komentar:
Posting Komentar