Membayar Mahal

(*) Motivasi Rohani

Membayar Mahal

:) Tidak jarang saya menemukan seorang ibu yang mati-matian bekerja demi orang-orang yang disayangi, yakni anak-anaknya. Bahkan kalau boleh, ibu ini berani mati untuk mereka yang disayang. Ini dapat kita renungkan dari  “Kisah Burung Pelikan” yang disebut juga sebagai lambang pengorbanan pada abad pertengahan. Yang lagunya kira-kira demikian, “Pelikan yang kudus, Yesus Tuhanku”.
 
:) Dalam kisah “Ramayana”  demi membebaskan Shinta, Rama berani membayar mahal dengan mengorbankan bala tentara kera yang tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Di belahan kisah yang lain, kita kenal Perang Troya yang  terjadi karena “Helena” istri Menelaus yang diculik oleh Paris. Perang ini pun mengerahkan seribu kapal dan seratus ribu prajurit. Ya, harus membayar mahal.
:) Sebuah hasil karya besar dan “masterpiece” tidak dikerjakan semudah membalik tangan, tetapi harus diperjuangkan hingga berdarah-darah. Demikian pula kita yang memunyai cita-cita tinggi harus memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh, yang oleh Sejarawan kondang Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo (1921 – 2007) disebut dengan istilah “mesu budi” atau  “askese intelektual”.  Ya, harus membayar mahal.
:) Karena itu “Illiad” dan “Odysseus”, epos yang konon digubah oleh Homerus (± 850 seb. M) tidak hanya bercerita tentang penaklukan dan penjelajahan, tetapi juga tentang pengorbanan. Tokoh Achilles  –  misalnya – turun ke medan perang dengan sadar bahwa ia akan mati muda. Tetapi ia ingin membalas kematian orang yang dikasihinya yakni Patroclus.  Dengan kata lain, ia – berbeda dengan tokoh Gilgamesh dalam epos tua dari Sumeria – tidak mengutamakan kekekalan hidup.

:) Masing-masing kita memiliki tujuan hidup. Dan tujuan itu harus dibayar dengan mahal. Dan pada akhirnya kita bisa bersyukur dengan berkata, “Finis coronat opus” – mahkota sebuah tugas adalah ketika tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik. (y)

PERCIKAN HATI<3
Kamis, 02 Februari 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget