Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji.

Ketika aku masih kecil, di waktu liburan sekolah, sering ke rumah kakek di desa, rumahnya besar, beliau memiliki beberapa sapi, waktu malam aku memperhatikan sapi-sapi yang berbaring sambil memamah biak ( mencocokkan pelajaran Ilmu Hayat, dasar anak sok usil & sok tahu ) . Apakah yang dimaksud dengan memamah biak itu? Dan mengapa mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengunyahnya?

Pertama-tama, sapi memenuhi perut mereka dengan rumput dan makanan lain. Lalu mereka bersantai dan mengunyah rumput sampai tuntas. Mereka mengeluarkan kembali makanan dari perut dan mengunyah lagi makanan yang telah mereka makan itu, menyerap gizi yang terkandung di dalamnya, dan mengubahnya menjadi susu. Apakah ini menghabiskan waktu? Ya. Apakah ini membuang waktu? Tidak, jika mereka ingin menghasilkan susu yang baik.

Frasa “memamah biak” digunakan untuk menjelaskan proses perenungan. ( Mazmur 1 : 2 ) Penulis Mazmur dengan jelas melakukan pengunyahan secara mental sewaktu ia membaca firman Allah. Tidak ada makanan cepat saji baginya! Jika kita mengikuti teladannya dalam membaca Alkitab secara hati-hati dan disertai doa, kita akan:
• dikuatkan melawan dosa
• menemukan kesukaan untuk belajar lebih banyak tentang Allah
• menemukan kebenaran rohani yang ajaib ; dan
• menemukan nasihat bijak untuk keseharian hidup

Perenungan itu lebih dari sekadar membaca Kitab Suci dan memercayainya. Merenungkan berarti menerapkan ayat-ayat Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji. Jangan tergesa-gesa menelan nya, melainkan mengunyahnya hingga tuntas

By: Sugeng Pramono

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget