Jumat, 12 November, 2010
Peringatan St. Josefat, Uskup dan Martir
Luk.17:26-37: “Imbalan”

“Berkorban demi seseorang yang kita cintai selalu mengagumkan, tetapi ketika
Anda berkorban demi Yesus, maka imbalannya adalah keselamatan jiwamu.”

            Saya percaya bahwa ketika kita mendengar atau membaca bacaan hari ini, maka pikiran kita langsung mengingat bencana-bencan alam yang akhir-akhir ini terjadi di tanah air kita yang tercinta. Gambaran tentang air bah di zaman Nuh dan turunnya api dari surga dan membakar-hanguskan Sodom dan Gomora, tak jauh berbeda dengan banjir, tsunami dan keluarnya lahar dan belerang panas dari dalam gunung berapi yang membakar dan membunuh baik, hewan, tumbuhan maupun manusia. Menyaksikan semuanya itu dan membacakan bacaan hari rasanya tanda-tanda itu sangat dekat dengan gambaran Yesus tentang hari kedatangn Anak Manusi. Kita bertanya; “Apakah inilah saat kedatangan Anak Manusia itu?” Kenapa Indonesia yang terpilih menjadi tempat terlaksananya semua musibah ini? Apakah kita lebih berdosa dari bangsa lain? Dan banyak lagi pertanyaan yang muncul dari dalam benak kita tentang semuanya ini. Mungkin syair lagu ini memberikan penghiburan kepada kita: “Ini bukan hukuman tapi hanya satu isyarat bahwa kita musti banyak berbenah.”

          Semirip apapun gejala-gejala yang kita alami saat ini dengan apa yang telah terungkap dalam Kitab Suci dua ribuan tahun lalu tak pernah mengatakan dengan jelas tentang hari kiamat itu. Apa yang kita bisa renungkan adalah mereka yang menjadi korban bukanlah para pendosa yang hendak dibinasakan, sebaliknya, kita yang tidak mengalami adalah orang yang terpilih untuk diselamatkan. Tidak seorang pun tahu maksud di balik semua bencana alama itu. Apa yang bisa kita perbuat adalah inilah kesempatan untuk saling mendoakan dan menunjukkan sikap solider dan saling membantu satu dengan yang lain di antara kita.

            Apa yang pasti bahwa setiap orang akan beranjak dari dunia ini, namun tidak seorang pun tahu dengan cara apapkah ia akan pergi; Apakah kematian karena sakit? Karena kecelakaan? Korban banjir, tsunami atau gunung berapi? Lagi, tidak ada seorang pun bisa memastikan dengan cara apakah ia akan beranjak dari dunia ini. Oleh karena itu, bersiap selalu setiap saat dengan melakukan perbuatan baik dan pertobatan hidup menjadi tuntutan bagi kita setiap saat. Aku ingin mengatakan kembali nasehat lamaku; “Jika hidup masih terberi untukmu, maka lihatlah sebagai kemurahan Allah untuk memperpanjang hidupmu sehingga pertobatan terjadi dalam hidupmu. Allah selalu rindu melihat saat pertobatan itu terjadi dalam hidupmu.”

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong