Sabtu, 13 November, 2010
Peringatan St. Fransiskus Xaverius Cabrini
Luk.18:1-8: “Imanmu adalah kuncinya”
“Banyak orang dapat berdoa dengan khusyuk
tapi hanya sedikit yang mampu menanti pertolongan Tuhan dengan sabar.”
Kalau Tuhan itu masih Ada; Kalau Ia mengerti penderitaanku saat ini; Kalau Ia tahu apa yang sungguh saya butuhkan; Kalau Ia sungguh-sungguh Allah Yang baik, maka niscaya Ia takan pernah berlambat untuk menjawabku ketika aku berteriak dengan air mata memohon pertolongan-Nya. Demikianlah keluhan banyak orang yang datang kepadaku dalam kamar pengakuan. Tidak ada yang salah dengan keluhan mereka, karena itulah kenyataan yang mereka alami bahwa Allah terlambat bahkan ada kesan, Ia membiarkan mereka yang setia kepada-Nya siang malam untuk mengalami penderitaan dan tidak tahu kapan berakhirnya derita mereka.
Menghadapi situasi seperti ini, tentunya sangat berat untuk memberikan nasehat kepada mereka dengan menguraikan kebaikan-kebaikan Allah, yang telah, sedang dan nantinya akan diterima bila mereka percaya. Apapun nasehatnya takan mampu mengubah pengalaman penderitaan mereka. Jawabanku hanya selalu begini; “Aku akan mendoakanmu, saudaraku. Tapi ingatlah akan satu hal ini; Jika akulah pemilik rahmat itu, maka aku takan menolak membantumu setelah mendengarkan kisahmu ini. Aku tidak tahu apa pertimbangan Tuhan untuk menunda memberikan bantuan-Nya ketika Anda sungguh-sungguh menderita, tapi apa yang aku punya hanya meminta dan meminta kepada-Nya. Aku hanyalah seorang peminta-minta di hadirat-Nya Yang Kudus; Tapi soal memberi atau tidaknya, adalah hak-nya Allah sendiri.”
Hari ini, lewat Injil, kita diyakinkan oleh Yesus bahwa Allah itu Allah Yang baik, Yang selalu mendengarkan dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya, bukan sesuai dengan kehendak peminta melainkan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Syarat yang dituntut Yesus adalah “imanmu.” Meminta setiap saat dengan linangan air mata, tentunya baik, tetapi meminta dengan penuh iman selalu menjadi masalah bagi banyak orang, apalagi menantikan apa yang diminta dengan sabar.” Dengan kata lain, kecenderungan untuk memerintahkan Tuhan mengabulkan doa kita sesuai dengan waktu kita, selalu menciptakan celah untuk terciptanya ketidak-sabaran dalam menantikan pertolongan Tuhan. Dalam konteks inilah, kepasrahan selalu dituntut dari si pendoa untuk menantikan yang terindah dari Tuhan. Tuhan mengertimu. Ia tahu deritamu dan Ia pasti akan datang kepadamu di saat engkau susah.
Selamat berakhir pekan.
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,
Rinnong
0 komentar:
Posting Komentar