"KISAH SI BOCAH CILIK DENGAN AMPLOP KOSONG."

Perjalanan ke tempat perayaan Ekaristi membutuhkan waktu hampir sejam. Menumpang kereta api ke pusat pertokoan Cubao - Quezon City, Manila, lalu melanjutkan dengan angkot umum, yang lazimnya disebut; "Jeepney" (bentuknya seperti mobil tentara Amerika dalam perang dunia II). Sesampainya di sebuah lampu merah, seorang bocah, berumur sekitar 6/7 tahun naik ke dalam jeepney sambil membagikan amplop kosong kepada setiap penumpang. Setelah melihat-lihat amplop kosong itu, aku membaca sederet kata yang diuntai menjadi sebuah kalimat, namun tidak kumengerti isi seluruhnya. Hanya beberapa kata yang bisa kumengerti karena tulisannya dalam bahasa Tagalog, bahasa Nasional Filipina. Aku mengerti bahwa bocah ini sedang mengais rezeki dari para penumpang yang bermurah hati. Karena aku mempunyai uang 20peso = Rp.4000.- dan setengahnya telah kupakai untuk membayar harga angkot maka yang ada padaku hanya sejumlah 9peso=Rp.1.800..- Kumasukan kembali uang logam itu ke dalam amplop kosong itu sambil menunggu saatnya si bocah kembali mengambil amplop kosongnya. Pada perhentian angkot karena lampu merah berikutnya, sang bocah berjalan di dalam angkot itu sambil mengambil kembali amplop2 kosong yang telah dibagikannya; ada yang berisi, tapi ada juga yang tetap kosong. Tanpa komentar, si bocah mengambil kembali amplop2 itu dengan tanda syukur.

Beberap menit telah berlalu dan aku terus dibayangi dengan pengalaman kecil yang barusan kualami. Tiba-tiba selembar amplop kosong tertiup angin dan mendekat ke tempat dudukku. Tanpa merasa malu aku memungut lagi amplop kosong ini sambil berpikir pasti si bocah itu sedang mencari 1 buah amplopnya yang hilang. Kasihan...bila bos si bocah memarahinya hanya karena 1 buah amplop yang hilang itu. Aku membawa amplop itu ke kapel kecil di mana saya akan merayakan misa sore bersama beberapa umat di situ. Sebelum misa, kuminta kostor kapel itu untuk menterjemahkan tulisan itu untukku. Isinya demikian; "KAKA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, AKU HANYA SEORANG BOCAH. SAAT INI KUDATANG MEMINTAH SEDEKAH DARIMU UNTUK MAKAN MALAMKU HARI INI." TERIMA KASIH BANYAK DAN TUHAN MEMBERKATIMU."

Misa pun dimulai dan apa yang terjadi selanjutnya adalah kotbah yang telah kusiapkan dari rumah kubatalkan dan menggantinya dengan "KISAH SI BOCAH CILIK DENGAN AMPLOP KOSONGNYA." Bukankah bacaan Injil hari ini juga bercerita tentang pengalaman yang sama? Pada hari penghakiman, Yesus berkata: "SESUNGGUHNYA SEGALA SESUATU YANG KAMU LAKUKAN UNTUK SALAH SATU SAUDARAKU YANG PALING HINA INI, KAMU TELAH MELAKUKANNYA UNTUK-KU." Sebaliknya, APAPUN YANG KAMU TIDAK LAKUKAN UNTUK MEREKA, KAMU TIDAK LAKUKAN UNTUK-KU (Mat 25:40-45). Sungguh, ketika kita mampu melihat wajah Yesus dalam wajah si bocah itu, ketika kita mampu merasakan penderitaan Yesus lewat derita si bocah itu, maka kita tentunya tidak punya alasan untuk menolak atau menundah membantunya.

Apa yang kurenungkan lebih jauh tentang kisah ini adalah "SEKECIL APAPUN BANTUAN KITA TAPI ITU AKAN MEMPERPANJANG HIDUP ORANG LAIN, MUNGKIN UNTUK SEJAM, SEHARI, SEBULAN ATAUPUN SETAHUN. Sebaliknya, menolak memberikan sesuatu kepada orang lain adalah TINDAKAN MENGURANGI HARI HIDUP ORANG LAIN. Ya, pasti uang 9peso itu tidak ada artinya bagiku, tapi PASTI TIDAKLAH DEMIKIAN UNTUK SI BOCAH CILIK ITU. Aku tergoda untuk menyangsikan dan berpikir bahwa BISA SAJA SI BOCAH ITU HANYALAH SEORANG SURUHAN DARI ORANG TUANYA YANG MALAS ATAU KETUA GENG DI DAERAH ITU. Tapi sungguh, CINTA TIDAK PERLU DIRUMITKAN DALAM HAL SEPERTI ITU. CINTA TIDAK PERLU SEBUAH KOMANDA STRUKTURAL. Apa yang terjadi kelak, biarlah itu menjadi tanggung jawab orang lain terhadap si bocah cilik itu, tapi ketika ia berada di hadapanku dan meminta sedekah maka AKU HARUS MEMBERI TANPA BERTANYA KEMANA UANG ITU AKAN DIBERIKAN ATAU UNTUK APA UANG ITU.

Kisah ini hanya sbuah peristiwa yang terlintas sepanjang perjalanan hidup kita. Saya percaya bahwa teman-teman pun memiliki pengalaman serupa bahkan lebih seru lagi. Aku hanya berpesan pada jiwa; KADANG KITA MENGANGGAP REMEH ATAU BERPIKIR BAHWA ITU HANYALAH SEBUAH PENGALAMAN KECIL DALAM HIDUP KITA, SEHINGGA MATA DAN HATI KITA TERTUTUP AKAN KEHADIRAN TUHAN DALAM SETIAP PERISTIWA HIDUP KITA. Karena pandangan sedemikian maka banyak peristiwa berlalu dalam hidup kita tanpa makna atau tanpa memaknainya. Aku hanya berharap dari jiwamu, semoga pengalaman sore ini yang sedang kukisahkan kepadamu ini menggugah hatimu untuk selalu terbuka terhadap setiap peristiwa hidup yang Anda temui. TEMUKANLAH DI SANA DI MANA TUHAN BERADA. IA SEDANG MENANTIMU DALAM SETIAP MOMENT DALAM HIDUPMU.


Teriring salam persahabatan,

Romo Inno