“Dasar Hukum adalah Cinta”


Luk.13:10-17; 

“Menghukum seseorang dengan cinta tidak akan menyakitkan melainkan membangkitan harapan untuk membangun sebuah pertobatan dan perubahan hidup.”

            Setiap kali membaca kutipan atau bacaan yang berhubungan dengan hukum, ingatanku selalu kembali pada bulan Maret 2009 yang lalu sesaat ketika saya hendak pergi mengikuti test masuk pada fakultas “Hukum Gereja” (Canon Law) Universitas Santo Tomas – Manila. Seorang teman suster dari Korea yang sama-sama mengikuti kursus “On going formotion” selama 8 bulan di sebuah kota di pinggiran Manila mengingatkan saya, katanya; “Saya berdoa semoga Anda lulus dalam test masuk itu, namun ingatlah bahwa “hukum tanpa cinta kasih adalah sebuah kesia-siaan.” Kalimat pendek itu selalu terngiang di benakku sampai saat ini.

            Hari ini Yesus berhadapan dengan seorang wanita yang telah 18 tahun menderita sakit. Walaupun hari itu adalah Sabat, hari Suci orang Yahudi, tetapi Yesus menggunakannya untuk menyembuhkan si wanita malang itu, katanya; “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Kepala rumah ibadat sebagai yang dipercayakan untuk memegang teguh aturan penghormatan terhadap hari suci Sabat mengkritik Yesus dengan mengatakan kepada mereka yang datang untuk disembuhkan agar datang saja pada 6 hari lain dan bukan pada hari Sabat. Menanggapi kritikan ini, Yesus mengingatkan bahwa “cinta kasih kepada mereka yang susah lebih tinggi kedudukannya daripada ketaatan kaku terhadap hukum. Hukum dibuat demi keteraturan, tetapi cinta dan belas kasih karena penderitaan sesama harus diutamakan. Menegakan hukum itu baik, tetapi hendaknya tidak menutup kemungkinan di mana cinta harus dipraktekan.”

            Hal lain yang mau ditonjolkan lewat bacaan Injil hari ini yakni “kehadiran Yesus Yang bukan hanya sebagai seorang Penyelamatan, tetapi juga seorang Penyembuh/Tabib atau Dokter.” Kemarin kepada seorang teman di wall  facebook saya mengatakan bahwa “beda antara para dokter dan Yesus adalah pada cara pengobatan mereka. Hanya dengan Sabda dan sentuhan seseorang dapat disembuhkan, dan itu dilakukan tanpa obat atau ramuan khusus. Itulah kuat kuasa dari Yesus.

            Akhirnya, semoga dalam hidup, kita tidak terpaku saja pada aturan bila memang penderitaan atau situasi sesama menuntut reaksi spontan dan cepat demi menolong. Aturan atau hukum tidak akan mati atau terhapus hanya karena kita menolong atau membantu orang lain. Justru hukum akan dijunjung tinggi dalam tindakan cinta yang kita lakukan sebagai seseorang yang taat hukum. Sekali lagi, hukum tanpa cinta kasih adalah sebuah kesia-siaan. Menghukumlah orang lain dengan cinta, maka lihatlah bahwa dalam sekejap orang yang terhukum akan bertobat, berubah dan bertumbuh dan berkembang melebihin apa yang dapat Anda bayangkan sebelumnya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong
Senin, 25 Oktober, 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget