“Di Cintaimu Kutermangu”

Luk.21:1-4: “Di Cintaimu Kutermangu”

Maaf bila renungan pagi ini lebih sebagai sebuah sharing pribadi tapi semoga Anda masing-masing bisa merenungkan dan memaknainya dalam konteks pengalaman pribadimu.Dan, semoga isinya tidak jauh dari maksud dan tujuan Injil pagi ini.

Sudah sepuluh tahun aku menjadi imam, dan rasanya aku telah bekerja keras untuk Tuhan, melayani umat-Nya lewat beragam cara; merayakan misa bersama mereka, mendengarkan sharing dan pengakuan dosa, mendoakan mereka, mengunjungi dan beragam pelayanan lainnya. Pokoknya semuanya telah kukorbankan untuk dan demi Tuhan lewat pelayanan kepada umat-Nya.

Bacaan tentang janda miskin yang memberikan persembahan dari kekurangannya sungguh menghentakan jiwaku dari keterlenaan akan kebanggaan yang lebih condong pada sebuah kesombongan diri. Janda itu mempersembahkan dari kekurangannya dan itulah yang berkenan di hati Tuhan. Aku menyadari bahwa yang sebenarnya terjadi adalah umatlah yang melayaniku; mereka memberi penghormatan dan cinta kepadaku karena statusku sebagai seorang imam. Iman kalianlah yang membuatku terpesona dan memberi pelajaran bagiku selama ini. Kata-kata santo Yohanes Maria Vianey selalu mengiang di telinga dan hatiku;“Aku ditahbiskan bukan untuk diriku melainkan untuk umat.” Karena itu, jika aku tidak melayani dan ada untuk umat, apa artinya tahbisanku selain hanya menjadi sarana kesombongan dan keangkuhan diri?

Pagi ini aku membalas inbox dua orang ibu yang walaupun belum kukenal secara pribadi, tapi telah membuatku terkagum-kagum akan caranya mereka mencintai para imamnya; “Ibu, kalian telah membuatku merasa seperti seorang anak dalam pelukan mesra ibunya.”Ini balasanku kepada mereka karena mereka mempersilakan aku dan teman-teman romo untuk berkunjung ke rumah mereka pada suatu waktu nanti. Memang di cintaimu kutermangu. Dan, aku sungguh merasakan bahwa inilah cinta Tuhan yang luar biasa kepada kita masing-masing.

Inti pesannya; ketika Anda mau dan rela memberikan segalanya kepada Tuhan lewat pelayanan kepada sesamamu maka engkau tidak akan kekurangan sesuatupun dari diri dan milikmu untuk memberikan kepada orang lain. Kosongkanlah dirimu dari semua milikmu maka Tuhan akan dengan bebas mengisinya dengan rahmat dan berkat yang baru. Lebih baik menjadi saluran rahmat daripada menjadi gudangnya. Gudang bisa mengisi dan mengisi sehingga kemungkinan ada yang menjadi busuk bahkan tertindis, tapi sebuah saluran akan selalu menjadi segar karena segalanya tidak tertampung di dalamnya, selalu mengalir kepada orang lain yang membutuhkannya.


Teiring salam dan doa kecilku untukmu,

Rinnong

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget