Motivasi Rohani
MEMBACA DAN MENULIS PUSTAKA
“Wong pinter kerep nemokake
wawasan anyar, wong bodho mung
nyebarake wae” – Orang pandai sering
menemukan wawasan baru, sedangkan orang
bodoh hanya menyebarkan saja (Peribahasa Jawa).
wawasan anyar, wong bodho mung
nyebarake wae” – Orang pandai sering
menemukan wawasan baru, sedangkan orang
bodoh hanya menyebarkan saja (Peribahasa Jawa).
:) Mungkin kita tidak bisa membayangkan, bagaimana jika tidak ada pustaka. “Pustaka” itu berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buku. Bahkan Voltaire (1694 – 1778) sastrawan Prancis, berkata bahwa semua budaya dituntun oleh pustaka.
:) Sebelum media sosial marak seperti saat ini, para penulis buku sungguh-sungguh “naik daun”. Mereka memiliki royalty yang tidak sedikit. Mereka terkenal sebagai penulis besar. Mereka menjadi “besar” karena memiliki pedoman hidup, “Nulla dies sine linea” – tiada hari yang tanpa goresan. Goresan-goresan pena yang membuat pikiran mereka menjadi “lantip”.
:) Karena itulah,kegiatan menulis atau aktivitas pustaka tetap menjadi pilihan sadar. Maka kadang saya bertanya dalam hati, “Bagaimana jadinya jika seorang guru atau pastor atau pendeta atau ustad yang tidak pernah bergaul akrab dengan pustaka?”
:) Ingatlah bahwa ada ungkapan Latin yang berbunyi, “Doctus cum libro” – menjadi pandai karena buku. Membaca dan menulis memang tidak terpisahkan,“Rahayu wong sing krungu, begya wong sing maca, lestari wong kang nulis” – Bergembiralah orang yang mendengar, berbahagialah orang yang membaca dan abadilah orang yang menulis.
:) Membaca pustaka atau belajar itu tidak mengenal umur, “Never too old study”. Atau dalam ungkapan Jawa ditulis, “Umurmu sadawane anggonmu sinau”.
:) Membaca pustaka memang penting, tetapi kita tidak boleh hanya membaca satu buku saja. Untuk itulah kita diberi ungkapan ini, “Cave ab homine unius libri” – awas dan berbahaya pada orang yang hanya punya satu pustaka.(y)
PERCIKAN HATI
Senin, 09 Januari 2017
Senin, 09 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar