( Yakobus 2 ; 14-26 )
Di suatu malam yang dingin, Pram dan temannya ke angkringan memesan teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, teman Pram berkata, "Pram, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini rasanya hambar padahal saya memesan teh manis". Pram menyeruput teh di depannya, "Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya.
Minuman kita tidak tertukar". Setelah diamati, minuman mereka memang tidak tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi satu centimeter. Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya terasa hambar. Setelah gula itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.
Kehidupan orang kristen juga seringkali demikian, sukar dibedakan dari yang bukan kristen. Banyak orang non kristen juga percaya kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul Yakobus bahkan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18).
*Perbedaan baru dapat dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22). Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu "diaduk" sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari*
*_Proses "diaduk" menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi "rasa" apa-apa. Mari memeriksa diri_*
*Apakah yang saya yakini tentang Allah dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya, orang bisa mengenali iman saya kepada Allah?*
0 komentar:
Posting Komentar