Jumat, 3 Desember 2010
Peringatan St. Fransiskus Xaverius
Mat.9:27-31; “Wartankanlah Kasih dan Masyurkanlah nama-Nya”

“Iman adalah syarat terjadinya mujizat.
Mujizat harus diwartakan.”

            Bila Anda pernah mendengar nama Sr. Briege dan Romo Kevin, dua biarawan/wati dari Irlandia yang telah berkeliling dunia untuk memberikan retreat, pendampingan dan doa kepada para imam, maka dari mulut mereka selalu keluar kata-kata bijak yang mengalir bagaikan aliran air yang tiada hentinya. Suatu kali Sr. Briege pernah bertutur bahwa dalam kunjungannya ke pedalaman Amerika Latin, ia bertemu dengan umat sederhana yang melaluinya romo parokinya yang sederhana, mereka begitu percaya akan kekuatan sakramen Ekaristi. Suatu waktu ada anak yang sakit. Sebelum misa, ibu anak itu menempatkan anaknya di bawa meja altar sementara romo paroki merayakan misa untuk umat. Setelah misa, Sr. Briege kaget bahwa anak itu sudah tidak ada di bawah altar. Ketika ia bertanya kepada ibu anak itu, jawabnya bahwa anak itu sudah sembuh sewaktu misa dirayakan dan kini sedang bermain bersama teman-temannya. Sr. Briege kemudian menyimpulkan bahwa bila kita memperhatikan peristiwa-peristiwa di dalam Kitab Suci, maka alasan dan dasar kesembuhan orang-orang bukan terletak pada air mata mereka, melainkan pada iman mereka yang luar biasa.

            Bacaan hari ini menjadi buktinya dimana iman kedua orang buta itu telah mendatangkan kesembuhan kepada mereka. Ketika mereka menjawab bahwa mereka percaya kepada kuasa Yesus untuk menyembuhkan mereka, maka kesembuhan pun didapatkannya. Iman menjadi dasar atau alasan terjadinya mujizat, tetapi mujizat juga harus menjadi dasar atau alasan mengapa nama Yesus harus diwartakan ke seluruh dunia. Kebaikan selalu membuat hati tidak tenang sebelum diwartakan kepada orang lain. Kebaikan atau mujizat adalah pemberiaan cuma-cuma dari Allah, maka dengan cuma-cuma juga mujizat harus diwartakan bukan agar kita semakin terkenal karena iman kita, melainkan Dia yang membuat mujizat semakin dikenal, dicintai dan diimani oleh semua manusia.

            Meskipun demikian bila kita renungkan dengan saksama maka banyak kali kita melakukan yang sebaliknya dalam relasi kita dengan sesama; kebaikan mereka, kita diamkan, tetapi kejelekan orang, kekurangan teman,  kelemahan saudara-saudari di sekitar kitalah yang selalu kita wartakan dan ceritakan kepada orang lain. Karena itu, kiranya Injil hari ini menjadi kekuatan sekaligus kritik atas sikap kita seperti ini, dan menjadi alasan bagi kita untuk membangun sebuah sikap pertobatan batin yang jujur di masa adven ini.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong