Senin, 20 Desember 2010
Luk.1:26-38; “Aku hanyalah seorang hamba”

“Menyadari betapa besarnya cinta Sang Pencinta,
maka tidak ada yang bisa kita lakukan selain berkorban untuk
Dia yang lebih dulu mencintai kita.”

Cinta dari Sang pencinta telah membuat dia yang lemah merasakan kekuatan baru untuk mengatakan: “terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Ya, apa yang bisa dikatakan selain berkorban kepada sang tuan karena pengalaman si hamba yang dicintai tanpa batas oleh Sang Tuan; “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karuniah di hadapan Allah. Inilah pertemuan cinta antara Sang Pencipta dan Pencinta dengan yang dicinta sebagai makluk, yang akhirnya melahirkan keselamatan untuk dunia.

Bila kita jujur untuk merenungkan tetang peranan Maria dalam sejarah keselamatan manusia, maka sangat tidak mungkin keselamatan oleh Sang Putra dipisahkan dari peranan sang Bunda. Sayangnya, banyak orang mengakui Sang Putra sebagai Penyelamat, tetapi membenci si ibu yang melahirkan Penyelamat (walaupun ia bukan pencipta dan pembuat keselamatan).

Karena itu, Natal semakin dekat dan tentunya, 3 tokoh sentral dalam peristiwa Natal, yakni Yesus, Maria dan Josep, tak pernah dipisahkan satu dari yang lain. Keselamatan itu berpusat pada Yesus, sang bayi, namun sang bayi dikandung, dilahirkan dan dibesarkan oleh si ibu dan bapa-Nya.

Marilah kita dengan penuh syukur dan bijak mengatakan: “Bunda, doakanlah kami. Engkau bukan penyelamat tapi engkaulah bunda Sang Penyelamat.” Biarlah kami datang kepada Sang Penyelamat melalui engkau, bunda-Nya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong