“Cinta yang Menyakitkan”

Mrk. 3:20-21; 
“Jika tidak ada cinta, maka tidak ada luka.”
Terluka dan melukai lahir dari cinta yang salah diekspresikan.”


          Pernah beragumen kontra dengan seorang suster tentang peranan keluarga dalam hidup seseorang khususnya dalam soal cinta. Baginya, persetujuan orang tua adalah faktor utama dalam pilihan seorang anak kepada siapakah ia harus menikah. Tidak ada persetujuan orang tua maka cinta pun kandas. Yang lain mengatakan, aku hanya bisa melanjutkan hubunganku dengan engkau bila papa dan mamaku menyetujui engkau berpacaran denganku. Ini pun kadang berlaku terhadap pilihan seseorang untuk menjadi apa di masa depannya. Keluarga menginginkanku menjadi seorang romo maka aku pun berjuang untuk menggapai cita-cita itu. Pokoknya, peranan keluarga sangat menonjol dalam hidup banyak orang sementara cuma sebagian kecil manusia yang betul-betul berani membuat pilihan sendiri dan keluarga musti mengikuti kemauan mereka. Apa pun dan bagaimana pun keluarga kita adanya, tapi itulah ekspresi cinta mereka, walaupun kadang cara mengungkapkannya terasa sakit bahkan konyol.

            Pengalaman sama dialami oleh Yesus seperti yang kita baca dalam Injil hari ini; Yesus yang sibuk mengajar dan menyembuhkan banyak orang bahkan sampai tidak ada waktu untuk makan, dianggap oleh sanak keluarganya sudah gila. Oleh karena itu, mereka ingin bertemu dan membawa-Nya pulang ke rumah. Inilah cinta yang menyakitkan bagi seorang Yesus ketika keluarga yang mencintai-Nya tidak mengerti akan apa yang menjadi prioritas-Nya dalam hidup. Beda orientasi hidup dan pilihan kadang membuat kita bertentangan dengan sanak-keluarga kita. Beda pilihan hidup kadang membuat cinta yang terekspresi itu kadang terasa menyakitkan. Meskipun demikian, keluarga adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidup seseorang. Kehadiran mereka dalam hidup seseorang, apa pun bentuk dan caranya, tapi itulah mereka. Kita harus menerima mereka apa adanya sambil memberi pengertian yang benar atas hidup dan pilihan kita dan peranan mereka dalam hidup kita.

            Bacaan Injil hari ini memberikan kesempatan kepada kita masing-masing untuk merenungkan kembali tentang relasi kita dengan keluarga dan sanak-saudara kita. Banyak orang memiliki hubungan yang erat dengan keluarga masing-masing, namun ada juga yang tidak memiliki relasi yang harmonis dengan mereka. Belajar dari Yesus, kita pun terdorong untuk menerima keluarga dan sanak-saudara kita seperti apa adanya mereka, walaupun kadang kita harus menerima kepahitan, salah dimengerti dan konflik akibat cara yang mereka gunakan untuk mengekspresikan cinta kepada kita. Seperti tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini, demikian pun yang terjadi dengan keluarga kita masing-masing. Marilah kita mengubah benci menjadi cinta dan berani menerima resiko bahwa kadang cinta itu harus menyakitkan dalam pengalaman nyata kita agar kita pun belajar untuk menerima orang lain apa adanya.

Sabtu, 22 Januari 2011

Selamat berakhir pekan para sahabat.


Salam dan doaku untukmu selalu,

Rinnong

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget