By. Jennifer Benson Schuldt
Hakim-Hakim 7:1-8
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau. —Yesaya 41:10
Para prajurit Babel kuno terkenal karena kekejaman mereka. Selain kejam, mereka juga tangguh, ganas, dan menyerang bangsa-bangsa lain bagaikan seekor rajawali mencaplok mangsanya. Tidak hanya kuat, mereka juga sangat sombong. Mereka mengagung-agungkan kemampuan tempur mereka. Alkitab bahkan menyebut bahwa mereka “mendewakan kekuatannya sendiri” (Hab. 1:11 BIS).
Allah tidak ingin sikap bergantung pada diri sendiri itu menular pada pasukan Israel yang sedang bersiap-siap untuk berperang melawan bangsa Midian. Maka Dia berkata kepada Gideon, komandan pasukan Israel, “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku” (Hak. 7:2). Oleh karena itu, Gideon memulangkan setiap orang yang merasa gentar. Ada 22.000 orang yang kembali ke rumahnya, sementara 10.000 orang tetap tinggal. Allah terus mengurangi jumlah pasukan itu hingga hanya tertinggal 300 orang (ay.3-7).
Dengan pasukan yang dikurangi, jumlah prajurit Israel kalah jauh dibandingkan musuh mereka, yang memenuhi lembah itu “seperti belalang banyaknya” (ay.12). Meskipun demikian, Allah memberikan kemenangan bagi pasukan Gideon.
Adakalanya Allah membiarkan sumber daya kita menyusut begitu rupa, sehingga kita hanya akan mengandalkan kekuatan-Nya untuk terus maju. Kebutuhan kita menunjukkan kuasa-Nya yang dahsyat, tetapi Dia sendiri yang berkata, “Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku” (Yes. 41:10).
Ya Allah, aku bersyukur atas kekuatan-Mu. Engkau mengangkatku saat aku lemah. Tolong aku untuk memuji-Mu atas setiap kemenangan di hidupku.
Allah ingin agar kita mengandalkan kekuatan-Nya, bukan kekuatan kita sendiri.
Kehidupan Gideon dengan jelas menggambarkan kekuatan Allah dan kerapuhan manusia. Allah memakai Gideon untuk meraih kemenangan militer yang gemilang, dan melalui Gideon, Israel mengalami kedamaian selama 40 tahun (Hak. 6–7). Namun, kisah itu juga mengajar kita tentang bahaya kesombongan. Situasi yang melingkupi kemenangan Israel atas Midian dengan jelas menunjukkan bahwa Allah saja yang membawa kesuksesan bagi Israel, bukan Gideon. Namun kesombongan Gideon menyebabkan ia bersedia menerima emas dan mendirikan monumen untuk menghormati dirinya—sesuatu yang kemudian menjadi objek penyembahan dan jerat bagi Gideon dan keluarganya (8:22-27).
Hakim-Hakim 7–8 ; Lukas 5:1-6
0 komentar:
Posting Komentar