Akhirnya ( Kej 15:6 ), Abram percaya. Tetapi, awalnya tidak demikian. Dalam Kejadian 12, Tuhan berjanji, keturunan Abram akan menjadi bangsa yang besar. Bagi Abram-kala itu berusia 75 namun belum punya anak-janji itu membuatnya amat sangat berharap. Namun, setelah lama dinanti, janji itu tak kunjung digenapi
Maka, ketika Tuhan berkata, "upahmu akan sangat besar" ( Kej 15:1 ), Abram menjawab, "Ya, Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak" ( Kej 15:2 ).
Seakan Abram berkata, "Sudahlah, Tuhan, jangan berjanji lagi. Seorang anak pun nyatanya aku tak punya". Betapa getir jawaban itu! Jawaban itu dengan sangat jelas menunjukkan bahwa Abram sangat kecewa. Abram tawar hati, hatinya dingin, perasaannya kepada Tuhan pun hambar.
Kitapun bisa jatuh ke dalam sikap serupa. Karena sesuatu, kita kecewa pada Tuhan. Perasaan kita kepada Tuhan hambar, dan dingin. Tiada kehangatan. Sentuhan-Nya tak terasa, kehadiran-Nya tak menyemangati. Janji-Nya tak lagi mengisi hati
Alangkah pahit relasi seperti itu. Alangkah berat jika hidup dijalani dengan hati demikian. Hari-hari dilewati seakan sendirian, tanpa siapa pun diyakini menyertai. Betapa mustahil perjuangan ditempuh tanpa Tuhan menjadi andalan
Akan kita biarkankah hati kita hambar dan dingin terhadap Tuhan? Semoga itu bukan pilihan kita
0 komentar:
Posting Komentar