Bacaan Liturgi 15 Juli 2019 dan Renungan Mat 10:34-11:1

Bacaan Liturgi 15 Juli 2019

Hari Biasa, Pekan Biasa XV

PW S. Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Pertama
Kel 1:8-14.22
Marilah kita bertindak terhadap orang Israel dengan bijaksana,
agar mereka jangan semakin bertambah banyak.
Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Pada waktu itu tanah Mesir diperintah oleh raja baru yang tidak mengenal Yusuf.
Berkatalah raja itu kepada rakyatnya,
"Lihat, bangsa Israel itu sangat banyak,
dan jumlahnya lebih besar daripada kita.
Marilah kita bertindak terhadap mereka dengan bijaksana,
agar mereka jangan semakin bertambah banyak, Jangan-jangan, jika terjadi peperangan,
mereka bersekutu dengan musuh kita dan memerangi kita,
lalu pergi dari sini."
Maka pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas orang-orang Israel,
untuk menindas mereka dengan kerja paksa.
Mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan,
yakni Pitom dan Raamses.
Tetapi makin ditindas,
makin bertambah banyak dan berkembanglah mereka,
sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
Maka dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat.
Mereka dipaksa mengerjakan tanah liat dan membuat batu bata.
Juga berbagai-bagai pekerjaan di padang,
ya segala macam pekerjaan
dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya,
"Setiap anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani lemparkanlah ke dalam sungai Nil.
Tetapi anak-anak perempuan biarkanlah hidup."

Demikianlah sabda Tuhan!

Bacaan Injil
Mat  10:34-11:1
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus bersabda kepada keduabelas murid-Nya,
"Jangan kalian menyangka,
bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi.
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya,
anak perempuan dari ibunya,
menantu perempuan dari ibu mertuanya,
dan musuh orang ialah seisi rumahnya.
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku,
ia tidak layak bagi-Ku.
Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku,
ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku,
ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku,
ia akan memperolehnya kembali.
Barangsiapa menyambut kalian, ia menyambut Aku,
dan barangsiapa menyambut Aku,
ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi,
ia akan menerima upah nabi,
dan barangsiapa menyambut seorang yang benar
sebagai orang benar,
ia akan menerima upah orang benar.
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja
kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku,
Aku berkata kepadamu, sungguh ia takkan kehilangan upahnya."
Setelah Yesus selesai mengajar keduabelas rasul-Nya,
pergilah Ia dari sana
untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

Demikianlah Injil Tuhan!

RENUNGAN SINGKAT:
"LAKUKAN SEGALA PEKERJAAN HANYA UNTUK KEMULIAAN ALLAH."

Ya, kita diajak dan diundang untuk selalu melakukan segala sesuatu hanya demi kemuliaan Allah semata. Karena dengan demikian maka: kita pasti akan siap untuk memanggul salib kita, segala penderitaan karena Injil kita siap menerimanya; kita tidak pernah akan takut akan pengurbanan; kita pasti akan selalu menyambut kebenaran dan membela kebenaran itu; dan pasti kita akan menjalankan hukum kasih dengan penuh sukacita. Itu semua karena fokus kita hanyalah untuk Kemuliaan Allah. Dan itu juga tujuan pewartaan kita bahwa Allah semakin dipermuliakan.
Saudara dan saudariku, selalulah ingat bahwa setiap kita diberi oleh Tuhan Allah misi untuk mewartakan dan memuliakanNya.
Biarkanlah Tuhan menuntun kita dalam tugas pewartaan. Semoga.
Roh Kudus menguatkan dan memampukan kita. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.


DOA:
Tuhan Yesus terima kasih atas segala karuniaMu dan penyertaanMu. Terima Kasih atas Hidup. Ampunilah segala dosa dan salah kami. Bantulah kami agar sungguh menjadi murid muridMu yang setia, yang sungguh sungguh. Amin.


Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua (Dan Keluarga) dan seluruh hari kita
🙏🙏🙏✝✝✝🛐🛐🛐

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus,

RP. Lukas Gewa Tiala (Adi), SVD.

_________________________________________________________________________________

SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    Senin, 15 Juli 2019                                                                                                                              RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kristus Adalah Penyelamat Kita Dan Dalam Dia Tidak Ada Yang Hilang!
                                                                                                    Matius 10: 34 – 11:1

Saudara-saudari... Sebelum masuk seminari, Markus - bukan nama aslinya- bekerja sebagai guru. Dia mengajar di SMP. Kerinduannya untuk menjadi imam sesungguhnya sudah muncul semasih di Sekolah Dasar. Sesudah tamat SMP, dia mendekati orangtuanya dan sampaikan kerinduannya untuk menjadi imam. Tetapi tanggapan orangtua sangat negatip. Kemudian Markus masuk SMA. Selagi di SMA, ia kembali sampaikan niatnya untuk menjadi imam, tetapi Bapanya berkata: “Kalau engkau nekad mau menjadi imam, engkau masuk Sekolah Guru dulu kemudian mengajar beberapa tahun dan dari gajimu engkau harus buat satu rumah untuk keluarga sebagai balas jasa orangtua.”  Mendengar persyaratan itu, Markus berjuang selesaikan SMAnya, kemudian melamar kuliah di Sekolah Pendidikan Guru. Sesudah dua tahun di Sekolah Pendidikan Guru, Markus diwisuda. Tahun berikutnya ia ditempatkan di salah satu SMP  di wilayahnya. Markus bekerja selama 4 tahun. Selagi mengajar di SMP, Markus tetap mengadakan koresponden dengan Direktur Panggilan SVD. Selama 4 tahun, Ia juga berjuang mendirikan satu rumah semi permanen untuk orangtuanya. Begitu rumah selesai didirikan, Markus katakan kepada orangtuanya: “Tahun depan saya masuk Postulansi SVD. Saya sudah mendapat surat penerimaan dari SVD.” Mendengar berita itu, kedua orangtuanya kaget. Awalnya mereka sangat tidak setuju. Tetapi Markus tetap ngotot. Katanya: “Permintaan Bapa Mama sudah saya layani, kini sudah tiba waktunya saya ikuti panggilan Tuhan.” Keputusan Markus sungguh tidak menyenangkan keluarga, tetapi Markus percaya, bahwa dia akan tetap selamat selama dia ada bersama Kristus. Kini Markus duduk di tingkat dua Teologi di salah satu negara di Eropa. Dua tahun lagi dia akan ditahbiskan jadi imam.

Saudara-saudari... Hari ini Yesus dengan tegas katakan: “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya...”  Memisahkan orang dari orangtuanya bukan bermaksud buruk, tetapi untuk menjalankan tugas keselamatan, mewartakan kerajaan Allah. Dari pengalaman, ada keluarga yang tidak setuju anaknya masuk biara atau seminari, tetapi karena anaknya tetap berjuang untuk masuk dan tekun mengikuti pembinaan dalam seminari atau biara, maka pertentangan yang terjadi di tahun-tahun awal akan pelan-pelan berubah menjadi baik. Orangtua yang  awalnya begitu keras, pelan-pelan berubah menjadi lembut dan turut mendukung anaknya. Hal itu bisa terjadi karena Tuhan selalu turut campur tangan dalam urusan keluarga. Doa dari mereka yang tekun dalam iman selalu dikabulkan Tuhan. Tuhan yang adalah penyelamat kita selalu berjuang dengan caranya untuk membawa perdamaian ke dalam keluarga, di mana salah satu anggota keluarganya menjadi pekerja Tuhan. Bersama Tuhan, segala sesuatu selalu mungkin terjadi. Dan dalam Kristus tidak ada yang hilang.

Marilah saudara-saudari bersama Maria kita berdoa: Tuhan bantulah kami agar kami selalu ada bersama-Mu dan Kehendak-Mu selalu menjadi prioritas kami. Dalam nama Kristus kami berdoa. Amen!
_________________________________________________________________________________

PERTOLONGAN YANG DAHSYAT!
🥙🍒🥙🍒🥙🍒🥙🍒
Senin 15 Jul 2019

`Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi` (Mzm 124:8)


Sr. Briege McKenna pernah mendoakan seorang penderita sakit ginjal yang kondisinya sangat parah: satu ginjalnya sudah diangkat dan yang satunya lagi bermasalah. Saat itu teman Sr. Briege, yaitu dokter yang menangani si sakit tersebut, menelpon Sr. Briege dan meminta dia datang ke rumah sakit untuk mendoakan, tetapi karena sesuatu hal ia tidak bisa datang dan hanya mendoakan via telpon. Singkat cerita, si sakit itu sembuh, tidak jadi dioperasi, dan ketika dicek ternyata ` ginjalnya ada dua dan utuh/sehat!

Ketika saya mendengar kisah nyata itu, saya kagum dan terheran-heran, `Bagaimana mungkin?` Keheranan saya sebetulnya mengungkapkan kecilnya iman saya: saya tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan adalah Dia yang menjadikan langit dan bumi. Dia juga yang menjadikan kita! Apa susahnya buat Dia untuk membuat ginjal baru? Saya pun tersenyum, apalagi jika saya ingat bahwa bahan untuk membuat kita hanyalah debu tanah (bdk. Kis 2:7). Apa susahnya buat Dia?

Sebelum itu, saya merasa bahwa saya telah percaya bahwa Tuhanlah Sang Pencipta. Yah, ternyata level iman saya masih sangat dangkal, tidak sampai ke kedalaman hati dan budi saya. Ketika iman saya itu dihadapkan ke sesuatu yang konkrit (misalnya: parahnya kondisi si sakit itu), iman saya tak mampu menembusnya, tak mampu menerangi dan mengusir kegelapan yang ada. Jika kita sungguh percaya bahwa Penolong kita adalah Dia yang menjadikan langit dan bumi, takut apa?

Sr. M. Andrea, P.Karm
_________________________________________________________________________________

KONSEKWENSI MURID YESUS
( MATIUS 10 : 34-11 : 1 )


Mengikut Yesus pasti ada konsekuensinya. Beberapa orang mengalami penolakan ketika mereka memutuskan untuk percaya Yesus, orang tua menjadi penentang nomor satu. Mereka harus memilih, diakui sebagai anak dan menyangkal Yesus atau sebaliknya. Bukan pilihan mudah


Yesus tidak mengajar kita untuk memusuhi keluarga atau orang di sekeliling kita untuk disebut layak mengikut Dia. Ajaran salah dan ekstrim, yang menimbulkan kesalahpahaman bahwa kekristenan mengajarkan seseorang tidak menghormati orang tuanya


Yesus mengajarkan bahwa kita harus menempatkan Allah sebagai yang nomor satu dalam hidup kita. Semua yang lain, baik orang tua, istri/suami, keluarga, atau sahabat harus ditempatkan sesudah Dia.

Yesus juga mengajarkan bahwa setiap orang harus mengambil keputusan secara pribadi. Keputusan percaya Yesus tidak bisa kolektif


Maka dalam satu keluarga bisa terjadi perpecahan antara yang percaya dan yang menolak. Ingat pengajaran Yesus ini menyangkut situasi darurat ketika penganiayaan terhadap Kristen menjadi-jadi


Orang yang bimbang dan mendua hati atau menghitung untung rugi, tidak layak di hadapan Allah . Hanya orang yang berani menyerahkan hidup pada Allah yang akan beroleh hidup!


Puji syukur, ada penghiburan buat para murid. Ada orang-orang yang akan merespons positif terhadap pekabaran Injil. Pasti juga salah satunya ada di dalam keluarga mereka


Kita tahu bahwa semasa hidup Yesus di bumi ini,saudara-saudara Nya menolak Dia. Namun setelah kebangkitan-Nya, paling sedikit Yakobus dan Yudas percaya dan menjadi pengikut-Nya yang setia, dan kesaksian mereka dicatat dalam Surat Yakobus dan Surat Yudas


Ada konsekuensi mengikut Yesus, yaitu penolakan dari dunia ini, bahkan dari orang-orang terdekat

Namun kesaksian kita betapa pun sederhananya, akan membuahkan hasil yaitu orang-orang yang bertobat. Itulah upah kita, yaitu pertobatan

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget