MENGAPA ORANG SUKA MENGABADIKAN KEKUASAANNYA?

(*)  Motivasi Rohani

MENGAPA ORANG SUKA MENGABADIKAN KEKUASAANNYA?

:)  Dalam minggu-minggu ini, kita disuguhi  _dagelan_ di layar kaca: yang kadang menggelikan, menjengkelkan, menggemaskan.  Dan ujung-ujungnya adalah uang dan kekuasaan. Dan tanpa sadar kita pun berguman, _“Id genus omne”_ – itulah umat manusia.

:)  Dan manusia kalau sudah duduk di _“dampar kencana”_ – kursi emas, tidak mau turun. Ingatlah kembali   Raja Prancis Louis XIV (1638 – 1715) yang mengatakan, _“L’Etat c’est moi”_ – negara adalah saya. Pernyataan Louis XIV itu menggambarkan absolutisitas kekuasaannya. Karena dengan mengatakan itu, ia tidak terikat pada hukum dan aturan, serta kekuasaannya tak ada batasnya. Yang mencanangkan kekuasaan tanpa batas ini lupa kata-kata Petrinius, _“Homines sumus non dei”_ – kita ini hanya manusia biasa, bukan Allah.

:)  Tetapi untuk mengabadikan kekuasaannya, ada penguasa (raja atau kaisar) yang menyebut dirinya Tuhan. Misalnya kaisar Romawi Kuno. Kaisar itu disebut _Sebastos_ atau _Augustus_ yang artinya: “yang dimuliakan”, padahal yang dimuliakan seharusnya hanya Allah. Kaisar adalah _divus_ atau _theios,_ yang pertama berasal dari bahasa Latin yang kedua dari bahasa Yunani artinya, “yang ilahi”. Banyak kaisar disebut _sōtēr,_ penyelamat. Memang, zaman itu Roma disebut sebagai “kota yang haus darah” atau Cicero  menyebutnya sebagai, _“Vi et armis”_ dengan kekerasan dan senjata.

:) Masing-masing kita – tentu – diberi “kekuasaan” entah kecil maupun besar. Paling tidak jangan suka mengabadikan kekuasaan itu. Kalau seandainya diminta mutasi, langsung saja pindah dan membuat laporan pertanggungjawaban.  Tidak usah banyak alasan.

PERCIKAN HATI <3
Minggu, 26 November 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget