Renungan Pagi:
Kita cari dan kita temukan, siapa saja yang merasa "ditinggalkan" dan "hilang".
"... like sheep without a shepherd" (Matthew 9:36). Tanpa digembalakan, setiap domba tidak bisa berjalan sendiri. Jikapun dia bisa berjalan, tidak akan bertahan lama. Sebab, setiap domba membutuhkan tuntunan.
Sebaliknya, tanpa menggembalakan, setiap gembala tidak bisa berjalan sendiri. Jikapun dia bisa berjalan, tidak bisa bertahan lama, karena tugas dari seorang gembala adalah memberikan tuntunan.
Persoalan yang sering muncul adalah komunikasi pengembalaan antara gembala dan domba-dombanya. Persoalan sering diawali dengan hal-hal ini:
1. Belum saling mengenal.
2. Tidak komunikatif.
3. Masing-masing egois.
4. Faktor "suka" dan "tidak suka".
Jika ke-empat hal di atas muncul, maka penggembalaan akan menjadi ...
1. Saling menjelekkan.
2. Tidak bersemangat.
3. Pindah sementara ke tempat lain.
4. Komunitas Gereja "seperti mall". Suka-suka.
Padahal, penggembalaan itu adalah peziarahan yang membentuk karakter dari setiap pribadi yang digembalakan menjadi matang, dewasa, kuat, setia, dan loyal kepada iman dan Gerejanya.
Jika semangatnya masih sering berubah karena ...
1. Siapa gembalanya.
2. Suka dimana?
3. Berubah-berubah tempatnya.
4. Tidak mengerti isi baptisan katoliknya.
Maka, rasionalisasi yang muncul. Pembenaran-pembenaran diri. Dan ini sebenarnya menjadi titik lemah dari komunitas gereja kita. Lalu, semua merasa menjadi penting, padahal tanpa disadari tidak jelas lagi siapa gembala yang menggembalakan dan siapa domba yang digembalakan.
Tidak mudah ya untuk menjadi gembala yang menggembalakan dan domba yang digembalakan?
Baik, domba dan gembala harus ada pembaharuan dan transformasi. Banyak membaca pesan dari Injil Matius 9:32-38 ini. Sampai seorang gembala mempunyai hati yang penuh belaskasih. Juga sebaliknya, para domba mempunyai kerendahan hati untuk digembalakan.
Gereja kita bukan "mall", Gereja kita adalah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Ini bukan soal suka atau tidak suka, tetapi soal kamu itu mengerti atau tidak mengerti. Ini soal kedewasaan iman untuk bisa bertahan dan bersaksi sebagai seorang Katolik. Dan inti dari pengakuan iman kita ada dalam Doa Aku Percaya. Lengkap di sana dan menuntun hidupmu mau dibawa kemana, bukan hanya fokus pada hal-hal "yang senang" saat ini saja.
Jika gembala dan domba tidak berubah, maka "Kebun Anggur Tuhan" ditelantarkan. Tidak indah. Tidak menarik. Tidak hidup. Mati.
Hong Kong, 07 Juli 2020
Rm. Petrus Santoso SCJ
0 komentar:
Posting Komentar