Senin, 6 Desember 2010
Peringatan St. Nikolaus, Uskup
Luk 5:17-26 ; “Sesaat ketika Engkau Bangga terhadap Imanmu”


“Iman bukan hanya semata soal saya dapat berpikir tentang Allah,
melainkan terlebih bagaimana saya mau menyerahkan diri secara total kepada-Nya.
Lebih dari itu, imanmu bisa mendatangkan mujizat bagi orang lain.”

         
          Bila Anda seorang yang pernah mengajukan proposal dengan permintaan sejumlah uang kepada pihak donatur, maka Anda akan mengerti bahwa terkabulnya permintaanmu bukan tergantung pada Anda melainkan pada pihak donatur. Para donatur pasti menilai atau memiliki kriteria yang jelas, yang harus dipenuhi oleh mereka yang meminta jika ingin mendapatkan bantuan mereka. Resikonya; ada permintaan yang dikabulkan, tetapi ada juga yang ditolak. Kita yang meminta tetapi merekalah (para donaturlah) yang menentukan apakah sebuah proposal layak untuk dikabulkan/dibantu atau tidak.

Demikian pun terkabulnya sebuah doa atau tidak atas salah satu cara boleh dimengerti dalam contoh di atas. Kita  meminta sesuatu kepada Allah untuk kebutuhan kita, atau pun kebutuhan orang lain, namun hal pengabulan doa bukan tergantung pada kita yang meminta melainkan Dia yang memberi. Banyak orang awam menolak untuk mendoakan orang lain hanya karena mereka merasa bahwa mereka tak layak meminta sesuatu kepada Tuhan. Sebaliknya, banyak biarawan/wati yang kepadanya umat memohon didoakan kadang berkecil hati karena permintaan mereka belum bahkan tidak dikabulkan oleh Tuhan. Misalnya; ada umat meminta si romo atau suster untuk mendoakn sanak keluarga mereka yang sakit. Apa yang terjadi? Orang itu seketika meninggal. Apakah doa tidak dikabulkan? Apa yang salah dalam doa permohonan dalam kenyataan kematian seperti ini? Kekeliruan dan kesalahan pandangan tentang doa terjadi karena “yang meminta ingin agar Dia yang kepadanya permintaan diberikan harus mengabulkan doa seperti yang diinginkannya.”  Orang lupa aspek lain dari kebebasan dari pihak yang kepadanya permintaan diberikan, yakni dia bebas memenuhi atau tidak apa yang diminta oleh si peminta. Bukankah Aku bebas memberikan apa yang Aku miliki? Demikianlah kata sang tuan ketika ia memberikan gaji yang sama kepada pekerja yang bekerja di kebun anggurnya.

Yesus memuji iman orang-orang yang berjuang dengan berbagai cara untuk membawa teman mereka yang sakit kepada-Nya agar disembuhkan. Hal yang luar biasa yang dilukiskan oleh penulis Lukas bahwa mereka naik ke bubungan rumah itu, mengeluarkan atapnya dan menurunkan teman mereka di hadapan Yesus. Wow...ini bukan hanya soal usaha manusia melainkan lebih dari itu adalah soal iman. Karena iman maka mereka berjuang dengan berbagai cara untuk menyembuhkan teman mereka. Mereka telah menurunkan teman yang sakit, tetapi mendapatkan kesembuhan atau tidak, bukannya tergantung pada mereka melainkan pada Dia yang kepadanya mereka percayai. Ketika Yesus melihat iman mereka, Ia berkata kepada si sakit; Dosamu telah diampuni. Segera kesembuhan didapatkannya.

Lihatlah, cerita ini dengan jelas mengatakan bahwa iman kita pun bisa mendatangkan mujizat bagi mereka yang memintakan kita untuk berdoa. Kita bukanlah yang menyembuhkan, tetapi iman kita adalah kunci pengabulan doa. Membantu orang lain secara materi pasti tidak dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi hal berdoa untuk orang lain, pasti bisa dilakukan oleh semua orang. Ini sangat tergantung soal kerelaan dan kepercayaan dari kita masing-masing. Semoga bacaan hari ini memberikan secercah harapan bahwa iman yang luar biasa pasti bisa mendatangkan mujizat bagi hidup orang lain, pun dalam hidup kita masing-masing.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong