Sabtu, 18 Desember 2010

Mat.1:18-25; “Kebodohan Manusia adalah Kebijaksanaan Allah”


Menurut manusia; Maria itu bodoh karena ia mau hamil tanpa seorang suami sehingga menjadi buah bibir dan cemoohan teman-teman sedesanya; Apalagi Josep? Pasti dicap sebagai seorang laki-laki bodoh karena mau menerima dan menanggung resiko dari apa yang tak pernah diperbuatnya, yakni menerima Maria sebagai istrinya kendatipun ia tidak menghamilinya. Sungguh sebuah kebodohan; Karena ayah dan ibunya telah memilih jalan kebodohan maka anak mereka pun rela disiksa, digantung dan dibunuh bukan demi dirinya sendirinya, bukan karena dosa dan salahnya, tetapi semua pengorbanan itu diterima demi manusia. Manusia yang berdosa, tapi koq Dia yang harus mati. Ini pun sungguh sebuah kebodohan. Kesimpulannya; Keluarga Narareth adalah sebuah keluarga aneh dan bodoh karena mereka rela menerima resiko dari apa yang mereka sendiri tidak perbuat, bahkan juga bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Lalu, bagaimana bila kebodohan keluarga Narareth ini dilihat dari sisi Allah? Ternyata semua kebodohan itu bermuara pada suatu rencana besar dari Allah, yakni untuk menyelamatkan manusia yang telah berdosa dan memutuskan hubungan dengan Allah. Kalau sampai di sini kita mengerti mengapa Maria, Joseph dan Yesus harus menjadi bodoh, maka apakah kita masih bertahan pada kesimpulan bahwa mereka bodoh? Tentunya  mereka yang mengerti dan memahami bahwa semua pengorbanan di atas demi kita manusia, maka kesimpulan kita akan seperti ini; Wow, sungguh mereka telah berkorban untuk orang lain, untuk manusia, untuk mereka, dia, kau dan aku, maka kebodohan mereka adalah kebijaksaan hidup dan justru inilah yang berkenan kepada Allah.

Pertanyaan lanjut yang kiranya hendak direnungkan yakni; “Mengapa mereka harus memilih jalan kebodohan dengan sebuah pengorbanan diri yang luar biasa? Jawabanya karena mereka memiliki cinta Ilahi dan cinta kepada Yang Ilahi. Cinta yang tidak lagi berpusat pada diri mereka sendiri melainkan pada kepentingan dan keselamatan orang lain. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa Maria, Joseph dan Yesus menderita dan berkorban karena sebuah cinta yang tak bersyarat. Karena itu, saya selalu suka untuk mengatakan bahwa mungkin setiap orang bisa mengklaim diri sebagai seorang pencinta, tetapi ketika cinta menuntut korban maka tidak semua orang akan bertahan dalam hal mencintai. Mencinta, boleh dan bisa, tapi berkorban, tunggu dulu.

Dengan demikian, untuk benar-benar menjadi seorang pencinta yang mampu berkorban maka kita membutuhkan sebuah kekuatan Ilahi. Rahmat dari Yang Ilahi akan membuat seseorang merasakan bahwa biarpun dia akan disebut sebagai yang bodoh tapi yang dia cari bukan penilain manusia, melainkan menjadi bijak dan berarti di mata Allah. Karena itu, benarlah kata-kata Kitab Suci; “Yang bodoh dalam pandangan manusia, akan menjadi berarti di mata Allah.” Kebodohan manusia adalah kebijaksaan Allah.


Teriring salam dan doa kecilku untuk selalu,

Rinnong