Menjadi seorang sahabat

Jumat, 10 Desember 2010
Mat.11:16-19; “Menjadi seorang sahabat”

“Seorang sahabat sejati tidak pernah berpikir tentang resiko yang diterima
sebagai akibat dari sebuah persahabatan.”

          Pujian dan penghargaan pasti diterima oleh mereka yang mampu menjadi sahabat bagi  orang yang terpandang dan terhormat, yang namanya baik, punya jabatan dan kedudukan. Akan tetapi, keadaannya bisa berubah bila seseorang mau menjadi sahabat bagi yang miskin, lemah dan papa, apalagi mereka yang dicap sebagai penjahat dan pendosa. Komentar miring pun bisa diterima oleh mereka yang mengambil jalan seperti ini, namun hati yang jujur dalam persahabatan seperti itu akan mengubah pikiran dan penilain orang lain. Inilah yang kita lihat dalam diri orang-orang luar biasa seperti Muder Teresa dari Kalkuta dan Romo Mangunwijaya.

            Pada saat Yesus datang dan hidup di antara manusia, Ia pun memilih untuk menjadi seorang sahabat bagi yang miskin, lemah dan tertindas, bahkan penjahat dan pendosa. Kisah Matius, Zakheus, Maria Magdalena dan lain-lain menjadi contoh nyata yang menggambarkan keberpihakan Yesus kepada mereka. Tujuan Yesus menjadi sangat jelas bahwa orang-orang seperti merekalah yang  membutuhkan uluran tangan dan sebuah persahabatan jujur, yang nantinya mampu membawa pulang mereka kepada Allah. Matius menjadi jembatan bagi banyak pemungut cukai dan orang berdosa yang datang dan duduk makan bersama dengan Yesus; demikian pun Zakheus menjadi  alasan bagi semua anggota keluarganya untuk bertobat. Prinsipnya; Yesus menjadi teman bagi mereka agar membuka jalan baru kepada kesadaran bahwa di hati Allah ada tempat yang cukup untuk setiap orang, khususnya para pendosa, yang miskin dan papa.

            Bacaan hari ini mengajak kita untuk berpaling kepada yang miskin, papa, penjahat dan pendosa untuk memberi secercah harapan bahwa hidup itu tidak selamanya kelam dan tak berarti. Kadang mereka membutuhkan situasi sulit untuk mengubah nasib dan cara hidup mereka. Orang-orang seperti ini membutuhkan perhatian dan cinta jujur seorang sahabat/teman. Mereka membutuhkan cinta seorang sahabat yang mampu mengubah cara hidup mereka, seperti Yesus yang telah datang dan menjadi sahabat bagi para penjahat dan pendosa. Kendatipun Ia bergaul dengan mereka, namun Ia tidak pernah menjadi seperti mereka dalam sikap dan tingka laku mereka. Apa yang sebaliknya justru terjadi bahwa kehadiran-Nya menjadi cermin, menjadi pengubah gaya hidup mereka, sehingga perubahan dan pertobatan pun menjadi tujuan persahabatan mereka. “Segelap apapun gelap itu tapi pasti ia tidak bisa menjadi gelap bila ia berada di tempat yang terang. Sebaliknya, terang tidak bisa menjadi gelap bila ia berkunjung ke dalam rumah kegelapan, karena ia akan menerangi kegelapan itu sehingga yang gelap itu akan menjadi terang. Kita tidak perlu menjadi seorang pendosa dan penjahat untuk membebaskan dan mempertobatkan mereka. Yang mereka butuhkan adalah pertemanan jujur dari seorang sahabat sejati.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget