Berjaga-jagalah

Minggu, 28 November, 2010
Minggu Pertama Advent
Mat.24:37-44: “Berjaga-jagalah”

“Hati tergetar menantikan kehadiran-Nya.
IA pasti datang tapi apakah ada tempat di hatimu bagi-Nya?”


      Kerinduan hati untuk menantikan seseorang atau menantikan sesuatu pastilah selalu menjadi pengalaman mendebarkan hati setiap orang yang sedang menanti. Hari ini kita memasuki Minggu Adven yang pertama; sebuah masa khusus yang ditentukan oleh bunda Gereja bagi putra-putrinya untuk mempersiapkan hati menyambut kedatangan Sang Penyelamat Jiwa, Anak Manusia seperti yang kita dengar dalam Injil hari ini.

        Rasanya setiap tahun peristiwa ini mendatangi kita sehingga telah menjadi sesuatu yang rutin, yang akan dilalui dengan perasaan biasa-biasa saja. Meskipun demikian, segala sesuatu yang datang dari luar diri, bermakna atau tidaknya bagi jiwa, bukan semata tergantung dari kualitas atau bentuk apa yang datang namun pada reaksi kita terhadapnya. Misalnya; kata orang roti bakar itu manis dan enak, tetapi karena saya tidak suka roti bakar maka ketika dihidangkan bagiku untuk menjadi santapan pagiku, saya pasti tidak akan menikmati keenakanya seperti menyatap nasi goreng, makanan kesayanganku. Contoh ini mau mengatakan bahwa masa Adven yang hadir setiap tahun memberikan kesan atau tidak, sangatlah tergantung pada reaksi kita untuk memaknai masa yang penuh rahmat itu.

    Injil hari ini berbicara tentang bagaimana caranya membuat masa itu menjadi masa berahmat bagi kita, yakni dengan sikap berjaga-jaga karena tidak seorang pun yang tahu akan saat kedatangan Anak Manusia. Banyak orang terlena dengan kenyataan ini; karena saatnya tidak diketahui maka hidup pun dijalani dengan biasa-biasa saja; makan pagi, siang dan malam menjadi sesuatu yang rutin tanpa makna; pergi ke kantor atau ke sekolah adalah sesuatu yang rutin, dan lain sebagainya. Banyak orang terlalu yakin bahwa mereka akan berada di hari esok, karena itu apa yang harus dipikirkan tentang hari ini demi memasuki hari esok? Tidak ada.

    Masa Advent mengajak kita untuk memberikan yang terbaik bukan pertama-tama untuk tubuh kita, melainkan untuk jiwa kita. Langkah terbaik untuk memasuki hari esok, yakni dengan melakukan yang terbaik di hari ini. Karena itu, berjaga-jagalah adalah kata yang mengandung makna bahwa persiapan hendaknya dilakukan demi sebuah perbaikan hidup. Pertobatan menjadi sebuah kesempatan untuk mempersiapkan hati menjadi tempat bagi Sang Penyelamat jiwa. Semoga kesempatan ini menjadi sebuah kesempatan berahmat bagi jiwa yang merindukan kehadiran Sang Penyelamatnya.


Selamat memasuki masa Adven,


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget