Strategi misioner Rm. Paul Janssen CM

Romo Paul Janssen CM (lagi)

Kali ini saya ingin menulis tentang strategi misioner Rm. Paul Janssen CM sepanjang saya mengerti.

Romo Paul Janssen CM menjadi lebih dikenal sebagai "Bapak" dari anak-anak berkebutuhan khusus daripada sebagai "misionaris" dalam arti teologis, "rasul" utusan Allah.

Hal ini bisa dimengerti karena kondisi keterbatasan anak-anak berkebutuhan khusus lebih menyentuh rasa belas kasih manusia. Ketersentuhan ini lah yang membimbing pikiran manusia untuk membuat penilaian: bahwa dia adalah "Bapak" anak-anak berkebutuhan khusus; "pahlawan kemanusiaan", dsb.

Saya mengenalnya secara berbeda. Pelayanan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus sebenarnya menjadi muara dari karya kerasulan yang lebih utama; bentuk pelayanan yang menjadi buah dari kerasulan yang utama. Apa itu?

Jawabannya bisa dilihat dari karya-karya apa yang lebih dahulu atau apa yang harus dilakukan. Ketika di Kediri, beliau membuka sekolah B-1; di Madiun beliau membuka Akademi Kataketik Widya Yuwana kemudian menjadi STKIP dan Universitas Widya Mandala. Fakultas yang dibuka pun adalah Keguruan dan Bimbingan Konseling. Beliau pun masih membuka Institut Pembangunan/ Pengembangan Masyarakat. Tujuan dari pembukaan sarana pendidikan ini adalah agar ada tenaga terampil dan kompeten yang bisa membentuk dan mengarahkan umat. Hal ini sejalan dengan salah satu langkah dari 10 langkah Pastoral yang ia turunlan dari langkah-langkan pendekatan dan pemberdayaan maayarakat.

Rm. Janssen CM menginginkan agar para lulusan ini dapat memasuki lini-lini kehidupan yang bersentuhan langsung dengan manusia. Untuk menjaga semangat ini, para awam itu dikumpulkan secara reguler, memotivasi dan menggelorakan spirit misioner pada diri mereka. Setahuku, inilah cikal bakal dari "Asosiasi Lembaga Misionaris Awam". Ini adalah Asosiasi Lembaga, karena mereka datang dari beberapa kelompok/lembaga.
Penyelenggaraan Ilahi memadukan antara kebutuhan masyarakat (dijumpainya anak-anak berkebutuhan khusus) dan "loyalitas misioner" perempuan-perempuan alumnae lembaga-lembaga pendidikan yang didirikannya (setahuku, Rm. Janssen CM mahir bagaimana berbicara dengan perempuan) dalam suatu karya pelayanan Bhakti Luhur, yang di mata Rm. Janssen CM menjadi peluang karya yang benar-benar Vinsensian.

Pada sisi lain, kita bisa melihat kalau Rm. Janssen CM berkotbah atau memberikan Konferensi Rohani. Ia mampu berbicara berjam-jam dan tidak membuat pendengarnya bosan dan mengantuk. Kata-katanya menggelorakan. Beberapa orang memberi kesaksian, kerika ia memasuki ruang konferensi atau kapel, aura wibawa sudah terasa begitu kuat.

Jadi, dari hal-hal di atas, kita dapat menangkap bahwa yang pertama-tama menjadi karya utama Romo Janssen CM adalah membentuk manusia yang terampil dan bersemangat misioner. Para katekis pasti ingat bagaimana Rm. Janssen CM menginginkan agar mereka tidak mengharapkan penghidupan dari Gereja atau dari pekerjaannya sebagai pekerja pastoral. Mereka harus bisa menghidupi diri mereka. Ini terasa tidak masuk akal dalam dunia sekarang ini, tetapi inilah salah satu pengertian dari awam yang digerakkan oleh semangat misioner dalam penghayatan Rm. Janssen CM.

Karena itu, harus dicamkan oleh kita yang bekerja di lembaga-lembaga yang didirikan Rm. Janssen CM bahwa kita pertama-tama bukan pekerja sosial, tetapi kita adalah rasul-rasul awam yang ditugasi di tempat-tempat itu. Maka mengusahakan energi misioner dari Sang Misionaris sejati, yaitu Kristus, adalah tugas utama kita. Dari kesatuan kita dengan Sang Misionaris sejati itulah mengalir pelayanan kita dalam pekerjaan-pekerjaan kita ini.

Romo Janssen CM, biarlah semangat misionermu menginspirasi kami untuk mengikuti pola strategi yang sama: mengajak, membentuk dan menyemangati orang-orang lain untuk melayani sesama, baik dalam karya kemanusiaan, karya sosial maupun dalam pekerjaan-pekerjaan kami.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts Widget