MARIA BUNDA GEREJA
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)
Sesi ketiga Konsili Vatikan II ditutup pada tanggal 21 November 1964.
Dalam sesi ketiga tersebut para Bapa Konsili memberi persetujuan atas “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja” yang terdiri dari delapan bab.
Bab terakhir berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA yang terdiri dari 18 butir (butir 52 s/d 69).
Ketika menutup sesi ketiga Konsili ini, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah!
Santo Paus Paulus VI [1897-1978; masa pontifikat 21 Juni 1963 – 6 Agustus 1978 – dikanonisir menjadi santo oleh Paus Fransiskus pada tanggal 14 Oktober 2018.]
Gelar Bunda Gereja (Latin: Mater Ecclesiae) untuk pertama kalinya digunakan pada abad ke-4 oleh S. Ambrosius dari Milan (c.337-340 – 397).
Tokoh-tokoh Gereja lainnya yang datang kemudian adalah Paus Benediktus XIV pada tahun 1748 dan Paus Leo XIII pada tahun 1885.
Ada juga seorang teolog yang bernama Hugo Rahner pada tahun 1944.
Pada masa pasca Paus Paulus VI kita melihat nama-nama seperti Paus Yohanes Paulus II yang terkenal devosinya kepada Bunda Maria, dan juga Paus Benediktus XVI.
Sehubungan dengan Tahun Maria yang dimulai pada Hari Raya Pentakosta tanggal 7 Juni 1987 dan diakhiri pada tanggal Perayaan Pesta (sekarang: Hari Raya) SP Maria Diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus 1988, maka pada tanggal 25 Maret 1987 Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Ensiklik Redemptoris Mater (Ibunda Sang Penebus) mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah.
Saya cuplik sedikit saja dari surat ensiklik ini (terjemahan/terbitan KWI):
“Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, dan pada saat itu juga sebagai Ibu yang dalam misteri Penebusan, diberikan oleh Kristus, kepada umat manusia dalam pribadi Rasul Yohanes. Maka dengan keibuan baru dalam Roh, Maria memeluk setiap orang sendiri-sendiri dan bersama-sama di dalam dan melalui Gereja. Seperti Paulus VI harapkan dan minta, Gereja perlu mendapatkan “dari Perawan Bunda Allah bentuk paling otentik dalam hal mengikuti jejak Kristus yang sempurna” (Redemptoris Mater, 47).
Pada tanggal 11 Februari 2018 (peringatan 160 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes) Paus Fransiskus menandatangani dekrit yang menetapkan peringatan “SP Maria, Bunda Gereja” setiap hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta.
Dekrit itu sendiri diterbitkan pada tanggal 3 Maret 2018.
Walaupun jauh dari lengkap dan sempurna, yang ditulis di atas semoga dapat menjadi pegangan perihal latar belakang Peringatan Wajib MARIA BUNDA GEREJA.
Marilah sekarang kita menyoroti bacaan Injil di atas dengan mengacu kepada tulisan seorang imam Dominikan yang bernama Joseph-Marie Perrin,OP yang berjudul “MARY – Mother of Christ and of Christians” (Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990, hal. 144-145).
Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh Yesus secara istimewa.
Kita dapat meyimpulkan bahwa sang murid memang dekat dengan Bunda Maria.
Hubungan antara keduanya menjadi lebih dekat lagi ketika Bunda Maria dipercayakan kepadanya oleh Yesus menjelang kematian-Nya pada kayu salib.
Injilnya mencatat: “Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:27b).
Namun di sisi lain kita melihat bahwa Yohanes adalah penulis Injil yang paling sedikit berbicara tentang Bunda Maria.
Hanya dua kali, yaitu “Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-11) dan ketika “Yesus disalibkan” (Yoh 19:25-30).
Seandainya Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil, maka kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang Bunda Maria kecuali dua perikop yang disebutkan di atas.
Kita tidak akan mengetahui fakta mengenai keperawanannya, tentang perkawinannya dengan Yusuf dan kehidupannya di Nazaret, bahkan namanya pun tidak kita ketahui karena Yohanes menyebutnya sebagai “ibu Yesus”.
Kita tidak akan mengetahui mengenai peristiwa “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” (Luk 1:26-38).
Kita juga tidak akan merasakan indahnya “Kidung Maria” (Magnificat) pada waktu membaca dan merenungkan peristiwa “Maria mengunjungi Elisabet” (Luk 1:39-56). Dlsb. dst.
Seperti disebut di atas, Yohanes menyebut Bunda Maria secara sederhana sebagai “ibu Yesus”.
Yohanes memang banyak diam tentang Bunda Maria, namun di sisi lain Yohanes-lah yang mengungkapkan peranan Bunda Maria dalam kehidupan Gereja secara paling jelas.
Dalam peristiwa perkawinan di Kana, Yohanes menulis singkat: “ibu Yesus ada di situ” (Yoh 2:1). Mukjizat (Yohanes menyebutnya sebagai “tanda”) air menjadi anggur merupakan yang pertama dibuat oleh Yesus, dan ini dilakukan-Nya karena permintaan penuh iman dari Bunda Maria.
Dalam peristiwa ini, Bunda Maria memberikan “petunjuk abadi” yang berlaku dalam kehidupan Gereja sepanjang segala masa: “Apa yang dikatakan-Nya (Yesus) kepadamu, lakukanlah itu!” (Yoh 2:5).
Jadi dalam peristiwa di Kana ini, Yesus memanifestasikan kemuliaan-Nya melalui pegantaraan Bunda-Nya, dan para murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (lihat Yoh 2:11).
Selanjutnya di bagian dekat-akhir Injilnya, Yohanes menulis: “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya ……” (Yoh 19:25). Bunda Maria dipersatukan dengan Puteranya dalam misteri penyelamatan lewat Salib. Sekarang Bunda Maria adalah “Hawa yang baru” yang menerima segalanya dari “Adam yang baru” yang sekarang menjadi kepala dari umat manusia yang telah ditebus, dan Bunda Maria pun diikutsertakan bersama Yesus dalam karya penebusan-Nya.
Dari Kisah para Rasul (Bacaan Pertama alternatif), kita tahu bahwa Bunda Maria ada bersama para rasul dll. dalam ruang atas dalam menantikan pencurahan Roh Kudus (lihat Kis 1:14). Di sini Bunda Maria membuktikan rasa prihatinnya sebagai seorang ibu terhadap Gereja sejak awal. Novena yang mereka lakukan bersama di ruang atas itu adalah tanggapan terhadap perintah Yesus (Kis 1:4-5). Bunda Maria dengan serius melakukan doa syafaat untuk pencurahan Roh Kudus atas Gereja awal pada waktu itu. Sampai sekarang pun Bunda Maria masih mendoakan Gereja dan kita masing-masing para anggota Gereja.
Bunda Maria telah mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidupnya.
Dia menyaksikan kuat-kuasa transformatif dari Roh Kudus atas diri para rasul dan mereka pun pergi menyebarkan Kabar Baik Yesus Kristus ke seluruh dunia.
DOA:
Bapa surgawi, sepanjang sejarahnya, Gereja senantiasa memelihara hubungan dengan Bunda Putera-Mu terkasih. Hubungan istimewa tersebut dalam misteri penyelamatan merangkum masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Kami percaya akan adanya kehadiran khusus Bunda Maria dalam misteri Kristus dan misteri Gereja-Nya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar