📖 Mazmur 24:1
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
KESAKSIAN SEORANG PETANI SAAT BADAI COVID
KISAH NYATA
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya.
Oleh: Pastor Agustinus Malo, CSsRl
Seorang petani di Cipanas, mengurus lahan pertaniannya yang ditanami sayuran kangkung, bayam, caisim, dan sawi putih.
Selama berbulan-bulan, ia menggarap lahan, menyemai bibit, dan memupuk serta merawatnya hingga waktu mau panen.
Telah diperhitungkannya waktu panen saat menjelang lebaran, karena biasanya pengalaman tahun-tahun sebelumnya harga sayuran dihargai lebih tinggi.
Ternyata terjadi pandemi...hati petani ini resah, setiap hari mencari informasi tentang perkembangan kondisi dan ternyata berhembus kabar bahwa pemerintah melakukan PSBB.
Petani ini salah satu suplier sayuran ke pasar induk di Jakarta, namun dengan adanya PSBB ia tidak bisa lagi menjualnya ke sana.
Hatinya gundah, terbayang panen kali ini tidak bisa dijual sesuai harapan.
Tengkulak berdatangan menawarkan solusi dengan membeli semua panenan namun dengan harga yang sangat murah.
"Kami cuma mau bantu saja, sebenarnya belum tau juga mau jual ke mana, orang tidak boleh ke mana-mana ya.
Itu sih terserah kalau mau ya silahkan, kalau tidak mau ya gapapa. Kita hanya kasian saja sayuran tidak dipanen kan sayang."
Demikian bujuk tengkulak untuk menekan harga serendah-rendahnya dari semua petani saat itu.
Petani ini sempat bimbang, harga beli tengkulak tidak masuk akal, seandainya setara dengan modalpun sudah rugi tenaga dan waktu, apalagi ini di bawah modal, ruginya akan banyak sekali. Teman-teman petani ini banyak juga yang akhirnya menjual panenannya ke tengkulak.
"Tuh si Acep juga jualnya ke saya, daripada sudah dipetik dibawa ke Jakarta di jalan nanti disuruh puter balik, rugi ongkos, rugi tenaga, mau dikemanain nanti sayurannya?", ujar tengkulak.
Petani yang ini memilih tetap bersabar dan tidak reaktif.
"Nanti saya diskusi dulu sama orang rumah ya", petani ini berdiplomasi.
"Ya, terserah jangan lama-lama ya, nanti keburu kehabisan uang saya sama yang lain", tengkulak pakai jurus pamungkas.
"Ditunggu sampai seminggu sebelum lebaran saja pak siapa tau ada perubahan peraturan", nasihat istrinya.
Tiba sepekan sebelum hari raya, keadaan tidak kunjung membaik, sedangkan harga sayuran sudah jungkir balik.
Betapa sedihnya petani ini.
Pagi-pagi, ia pergi ke kebun.
Sepanjang jalan ia terus berdoa.
Tiba di kebun, ia lepaskan pandangan ke hamparan sayur yang subur, segar dan menghijau.
Butiran airmata menetes membasahi pipinya, disentuhnya daun-daun sawi itu lembut seraya, ia berdoa: "Ya Tuhan...berikanlah hamba petunjuk-Mu agar kami tak salah langkah, beri hamba kekuatan dan ketenangan menghadapi ini semua.
Hamba percaya tak ada yang sia-sia atas segala ciptaan-Mu."
Doa petani pagi itu diantara pohon-pohon sayurannya.
Didengarnya berita tentang betapa banyak orang yang tidak punya meski hanya untuk sekedar makan, karena mereka tidak mampu lagi membeli lauk atau sayur.
Akhirnya petani ini memiliki keyakinan untuk menjual semua sayuran itu hari ini, namun ia menjual semua sayurnya bukan kepada manusia, melainkan kepada pemilik rezeki yaitu kepada Pencipta manusia.
Dengan mantap ia berkata: "Aku akan jual semua sayuran ini kepada-Mu Tuhan, jika semua pasar tak mampu membeli dengan harga yang pantas, maka aku yakin hanya Engkaulah yang sanggup membayar dengan harga terbaik, akan aku panen semua sayuran ini dan aku akan antarkan pada makhluk ciptaan-Mu yang membutuhkannya", seru petani ini sambil berderai airmata.
Matahari belum terlalu tinggi, tanggl 26 Mei waktu itu diantarnya segerobak penuh sayur ke pesantren dan panti jompo di sekitar tempat tinggal petani itu.
"Ambillah, semua sayuran ini sudah dibayar, saya hanya diminta mengantarkannya ke sini", jawab petani ini ketika ditanya berapa harga semua sayur tersebut.
Selanjutnya diantar ke RS, puskesmas, biara, mesjid, kampung pemulung, tetangga-tetangga sekitar rumahnya dan bahkan terakhir dia antar sampai ke balai desa.
Selepas membagikan itu semua, badan petani terasa amat kelelahan, kakinya pegal-pegal, sakit semua.
Namun entah bagaimana hatinya bahagia, tak ada sedih, tak ada khawatir, tak ada penyesalan atas kekonyolan yang ia kerjakan bersama keluarganya seharian ini.
Ia ingat ayat yang pernah ia baca:
Kisah Para Rasul 20:35
Dalam segala sesuatu telah Kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: "Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima."
Tak ada serupiahpun yang ia bawa meski seluruh dagangannya habis hari ini.
Keesokan harinya tiba-tiba seseorang menghubunginya via WA, dari nomor yang tak ia kenal.
"Pak Ade, saya seorang teman.
Kita belum pernah jumpa tapi saya mendengar tentang bapak dari Pak Kades, bahwa bapak panen sayur lalu dibagikan gratis ke warga, kalau boleh saya ingin menitipkan berkat, mungkin tidak banyak, namun semoga bermanfaat untuk membeli benih dan pupuk agar bapak bisa tetap bertani setelah ini.
Apakah bisa saya minta nomor rekening Bapak?"
Demikian isi pesan di WA yang diterima petani ini.
Jika ditaksir tengkulak seluruh kebun dihargai 1,5 juta.
Padahal modalnya 3,5 juta rupiah, panen kali ini diharapkan petani tersebut akan mendapat 5 juta rupiah.
Namun karena dijual kepada Tuhan maka harganya diberi harga terbaik.
Dibayar-Nya dua kali lipat yaitu menjadi 10 juta rupiah.
Itulah angka yang dia terima di rekeningnya keesokan harinya.
Mari kita belajar dari sikap petani ini, melalui beberapa ayat di bawah ini:
Amsal 19:17
Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.
Ibarat petani tersebut, sebenarnya kita semua juga bisa memiliki peluang yang sama, namun jangan punya motif hendak berdagang dengan Tuhan, ibarat mau berjudi dengan Tuhan karena segala yang di bumi ini adalah kepunyaan-Nya.
📖 Mazmur 24:1
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
Sungguh Tuhan tak akan pernah lupa akan segala kebaikan yang kita lakukan bagi Dia. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang.
Selamat siang teman" .. 🕊
Tuhan Memberkati .. 🙏🏻🙏🏻
0 komentar:
Posting Komentar