APA YANG DIPERSATUKAN TUHAN, MANUSIA TIDAK BOLEH MEMISAHKAN
( Markus 10 : 2-16 )
Berita perceraian sering meramaikan program infotainment di televisi kita. Muncullah anggapan bahwa kaum selebritis doyan kawin cerai
Lebih konyol lagi, ada yang mengira perceraian merupakan kehendakNya
Sebenarnya perceraian bukan masalah di zaman modern saja. Pada zaman Musa pun sudah terjadi perceraian. Bahkan orang Farisi percaya bahwa PL mengizinkan pria untuk menceraikan istrinya dan kemudian menikah lagi ( Ul. 24:1-4)
Yesus membandingkan pandangan orang Farisi dengan pandangan Allah mengenai pernikahan. Allahlah yang membentuk pernikahan, yang merupakan kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita.
Pernikahan ini menghasilkan sebuah hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Hubungan itu lebih erat daripada hubungan orangtua-anak ( band. Kej. 2:24 )
Pernikahan bukan sebuah kontrak yang berlaku sementara waktu saja dan bukan kesatuan yang dapat dibubarkan begitu saja
Sebab itu salah, bila manusia memisahkan suatu kesatuan yang telah dipertautkan Allah
Maka dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian. Baik suami maupun istri tidak boleh menceraikan pasangan mereka dan kemudian menikah lagi dengan orang lain
Kebanyakan pasangan yang ingin bercerai selalu beralasan bahwa mereka tidak cocok lagi atau sudah beda prinsip
Mereka menganggap bahwa bercerai adalah hal terbaik yang dapat mereka lakukan, daripada mereka bertengkar terus, yang akan berakibat buruk pada anak-anak mereka.
Bagaimana solusi terhadap masalah demikian? Jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu solusi, meski situasinya buruk. Bila demikian, perceraian akan mudah sekali dilakukan.
Pertengkaran suami istri memang tidak baik dilihat anak-anak, tetapi perceraian juga akan berakibat buruk bagi mereka.
Sebab itu kembalilah pada Dia yang mempersatukan, agar Ia menolong terjadinya pemulihan
( Markus 10 : 2-16 )
Berita perceraian sering meramaikan program infotainment di televisi kita. Muncullah anggapan bahwa kaum selebritis doyan kawin cerai
Lebih konyol lagi, ada yang mengira perceraian merupakan kehendakNya
Sebenarnya perceraian bukan masalah di zaman modern saja. Pada zaman Musa pun sudah terjadi perceraian. Bahkan orang Farisi percaya bahwa PL mengizinkan pria untuk menceraikan istrinya dan kemudian menikah lagi ( Ul. 24:1-4)
Yesus membandingkan pandangan orang Farisi dengan pandangan Allah mengenai pernikahan. Allahlah yang membentuk pernikahan, yang merupakan kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita.
Pernikahan ini menghasilkan sebuah hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Hubungan itu lebih erat daripada hubungan orangtua-anak ( band. Kej. 2:24 )
Pernikahan bukan sebuah kontrak yang berlaku sementara waktu saja dan bukan kesatuan yang dapat dibubarkan begitu saja
Sebab itu salah, bila manusia memisahkan suatu kesatuan yang telah dipertautkan Allah
Maka dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian. Baik suami maupun istri tidak boleh menceraikan pasangan mereka dan kemudian menikah lagi dengan orang lain
Kebanyakan pasangan yang ingin bercerai selalu beralasan bahwa mereka tidak cocok lagi atau sudah beda prinsip
Mereka menganggap bahwa bercerai adalah hal terbaik yang dapat mereka lakukan, daripada mereka bertengkar terus, yang akan berakibat buruk pada anak-anak mereka.
Bagaimana solusi terhadap masalah demikian? Jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu solusi, meski situasinya buruk. Bila demikian, perceraian akan mudah sekali dilakukan.
Pertengkaran suami istri memang tidak baik dilihat anak-anak, tetapi perceraian juga akan berakibat buruk bagi mereka.
Sebab itu kembalilah pada Dia yang mempersatukan, agar Ia menolong terjadinya pemulihan