“Mereka tidak pernah meminta pengakuan darimu, tapi mereka sunnguh membutuhkannya.”

Minggu, 20 Maret 2011 Hari Minggu Prapaskah II
Mat 17:1-9
 
      Bukankah air mata kebahagiaan istrimu menetes di pipinya atau setidak-tidaknya ia tersenyum bahagia ketika sebagai suami engkau memuji kecantikan atau keahliannya memasak di depan teman-temanmu yang datang menyantap makan malam di rumahmu? Tapi, sayang ada yang tidak pernah mendapatkan pujian karena memang tidak tahu masak...hehehe....Atau, pernahkah engkau melihat betapa suamimu merasa berarti dan berlipat ganda semangatnya ketika engkau memujinya di antara teman-temanmu? Atau bukankah hati anakmu berbunga-bunga ketika engkau memuji kecantikan atau ketampanannya? Ataukah, bukankah temanmu yang sedang menghadapi problem mengalami kelegaan dan meneteskan air mata ketika engkau datang mengatakan kepadanya; Kawan, engkau sungguh luar biasa karena tetap sabar dalam deritamu? Di balik contoh-contoh ini aku hanya mau mengatakan bahwa secara manusiawi; istri, suami, anak, orang tua, sahabat kenalan, walaupun mungkin mereka tidak mengatakan dengan kata-kata kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan pengakuan darimu, tapi sungguh mereka juga membutuhkannya.
     
Kisah transfigurasi Yesus di gunung yang disaksikan oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus atas salah satu cara mau mengatakan tentang hal yang disebutkan di atas. Coba renungkanlah kata-kata ini; “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Oke, kata-kata ini memang ditujukan kepada Yesus, akan tetapi, coba rasakanlah di dalam hatimu saat ini, jika setelah Anda melakukan sebuah pekerjaan berat, lalu Anda mendengarkan seseorang berkata kepadamu; “Inilah istriku, suamiku, orang tuaku, anakku, sahabatku tercinta yang aku kasihi.” Bukankah air mata kebahagiaan akan menetes di pipimu, atau, setidak-tidaknya hatimu berbunga-bunga mendengarkan pengakuan lewat kata-katanya? Sahabatku, mereka mungkin tidak memintanya tapi sungguh mereka sangat membutuhkan pengakuan darimu.
     
Oleh karena itu, jika bacaan Injil ini hadir sebagai bahan refleksi kita hari ini, maka aku hanya mau bertanya kepadamu; “Sudahkah Anda memberi pujian atau lebih tepatnya pengakuan kepada istri/suami/anak/orang tua/sahabatmu atas kerja keras dan pengorbanan mereka kepadamu?” Ataukah, kekeliruan, kesalahan bahkan dosa-dosa merekalah yang selalu menjadi perhatianmu setiap saat ketika engkau berhadapan dengan mereka? Sahabatku, aku tidak mengajakmu untuk mengabaikan kejelekan, kekurangan dan kesalahan mereka kepadamu. Kita tentu harus mengingatkan mereka agar tidak akan mengulanginya lagi. Akan tetapi, biarlah di hari ini, kita melupakan segala kekurangan dan kelemahan mereka yang kita jumpai, dan mengatakan sepata kata saja kepada mereka; “Istriku, suamiku, sahabatku, anakku, engkau sungguh berarti di dalam hidupku.” Biarlah aroma kebahagiaan dirasakan oleh mereka, walaupun cuma untuk hari ini saja bila engkau tidak mampu mengatakannya lagi kepada mereka untuk saat-saat yang akan datang. Biarlah cuma kata-kata indah yang menguatkan dan menyenangkan keluar dari mulutmu hari ini kepada mereka yang hidup di sekitarmu. Buatlah hari ini menjadi hari spesial yang takan pernah dilupakan oleh istri/suami/anak/orang tua/sahabat dan kenalanmu sepanjang hidup mereka. Ingat, luka teriris atau terpotong bisa sembuh dan tidak ada bekas di kulit, tetapi luka karena kata-kata sulit terlupakan sepanjang hidup seseorang. Demikian pun, kata-kata pengakuan yang keluar dari mulutmu hari ini akan terkenang sepanjang hidup bila engkau mau mengatakannya kepada seseorang hari ini. Sahabatku, inilah kesempatan bagimu untuk membuat hati orang lain merasakan kebahagiaan. Dan, sungguh, aku percaya bahwa Anda mampu melakukannya hari ini. Sahabatku, jangan menundanya untuk esok, karena jika hari ini Anda dapat melakukannya kepada mereka yang Anda jumpai maka inilah yang terjadi; Anda telah membawa pengalaman transfigurasi 2000 tahun lalu di atas gunung itu ke masa sekarang. Pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes sungguh dialami oleh mereka yang memandang wajahmu, mendengarkan kata-katamu dan mengalami kehadiranmu yang menyenangkan.


Salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Firman-Nya Abadi”

Mrk. 4:26-34;

“Manusia, hewan dan tumbuhan akan berlalu sesuai dengan waktu Tuhan, tetapi Firman-Nya tetap abadi selamanya.”

            Kita kagum akan buatan tangan manusia seperti kecanggihan sarana komunikasi internet (facebook) atau kita terheran-heran ketika melihat keindahan dan keunikan alam semesta. Meskipun demikian, baik kita yang menciptakan dan hasil ciptaan kita akan punah termakan waktu, tetapi DIA yang menjadi sumber penciptaan adalah kekal abadi untuk selamanya. Dialah Allah kita yang sungguh ajaib itu.
           
            Bacaan hari ini berbicara tentang hal Kerajaan Allah dan pertumbuhannya. Allah adalah Sumber yang memberi pertumbuhan, tetapi menjadi sesuatu yang indah dan membanggakan bahwa kita manusia diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertumbuhannya. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang sungguh membanggakan jika setiap dari kita mau dan rela memberi yang terbaik sesuai dengan talenta yang kita miliki. Inilah kepercayaan Allah, maka hendaknya kepercayaan ini digunakan secara tepat dan benar.

            Marilah kita berjuang, khususnya dalam tugas dan pengabdian kita di hari ini, agar kita pun mampu untuk membawa Kerajaan Allah itu kepada orang lain lewat tutur kata, sikap dan tingkah laku kita. Pastikan bahwa Allah tak pernah membiarkanmu sendirian ketika Anda mau berpartisipasi dalam menyebarkan Kerajaan-Nya.

 

Jumat, 28 Januari 2011

Salam dan doa kecilku untukmu selalu,
Rinnong

“Allah tak pernah Berhenti”

Mrk. 4:21-25;

“Ketika Anda memiliki cinta di dalam hatimu maka Anda akan selalu terdorong untuk mencintai orang lain. 
Cinta adalah gerakan jiwa yang tidak akan tenang sebelum mencinta.”


            Jika Anda mempunyai telinga, mendengarlah. Jika Anda mempunyai hati, mencintailah. Jika Anda mempunyai pikiran, mengertilah. Dan jika Ada alasan untuk menari maka menarilah selama itu tak dilarang.

            Bacaan hari ini menunjukkan sisi lain dari menjadikan diri sebagai berkat bagi orang lain. Cinta itu bagaikan seberkas cahaya yang siap menerangi mereka yang berada dalam kegelapan. Cinta selalu mendorong seseorang mengambil jalan ekstrim dalam hal yang tak lazim;
seorang dokter melepaskan kesempatan untuk bekerja di kota besar dan memutuskan untuk bekerja bagi masyarakat desa. Seorang  lulusan terbaik Universitas Harvard meninggalkan dunia yang menjamin posisi, harta dan kesejahteraan dan memutuskan untuk menjadi imam. Seorang yang rela menyerahkan nyawa bagi gereja dan Tuhan. Semua contoh di atas mau menunjukkan sisi misterius dari mereka yang memiliki cinta sejati di dalam dirinya, dan untuk hal seperti ini kadang kita orang luar tak mampu mengertinya selain orang yang menjalaninya.

            Oleh karena itu, jika Anda memiliki cinta maka hatimu akan selalu tertarik kepada situasi atau mereka yang membutuhkan uluran bantuanmu. Jiwamu tidak akan merasa tenang sebelum Anda membantu orang lain, menjadikan dirimu terang yang ditempatkan di atas kaki dian untuk menerangi jalan orang lain untuk bertemu dengan Allah. 

Kamis, 27 Januari 2011

Teriring salam dan doaku untukmu selalu,

Rinnong

“Allah tak pernah Berhenti”

Mrk. 4:1-20; 

“Satu hal yang pasti dari pihak Allah yakni Ia tak pernah berhenti mencintaimu, siapa pun Anda dan Apa pun yang Anda lakukan terhadap-Nya.”

             Saya selalu senang untuk mengatakan kepada para peniten yang datang mengaku dosa di kamar pengakuan bahwa “Allah itu sungguh Allah yang maha pengampun.” Apa yang dilakukan oleh Allah ketika seseorang berdosa adalah “Ia selalu mengambil jalan lain untuk mencintaimu jika Anda berdosa kepada-Nya. Dengan kata lain, pada saat yang sama ketika Anda berdosa, itulah saatnya bagi Allah untuk menawarkan cara lain dalam hal memberikan cinta-Nya kepadamu. Inilah yang sesungguhnya Allah perbuat kepadamu, yakni Ia lebih suka berpikir tentang keselamatanmu daripada dosa-dosamu, walaupun dosa-dosamu sendiri melukai hati-Nya yang penuh cinta.

            Bacaan hari menceritakan tentang sang penabur yang pergi penabur dalam waktu apa saja dan dalam kondisi tanah apa saja. Itulah sikap Allah yang tak pernah berhenti untuk mencintai walaupun Ia kadang ditolak oleh mereka yang dicintai-Nya; itulah sikap Allah yang selalu mengampuni walaupun luka karena dosa tetap dilakukan oleh manusia terhadap-Nya; Ia selalu menyediakan jalan keselamatan bagi manusia, walaupun manusia menolak jalan yang ditawarkan-Nya. Intinya, untuk segala sesuatu menyangkut keselamatan manusia, Allah akan selalu berkorban seperti yang dilakukan-Nya di kayu Salib agar manusia percaya akan cinta-Nya, percaya akan Diri-Nya sebagai Allah, Sang Penyelamat.

            Semoga saja dalam hidup kita pun, mencintai sampai terluka; mengampuni dengan tiada batas dan membantu tiada jenuh, selalu menjadi sikap dasar kita terhadap sesama kita. Jika Allah melakukannya dengan cuma-cuma kepada kita, maka hendaknya dengan cara yang sama kita pun melakukan kepada sesama kita.

 

Rabu, 26 Januari 2011

Salam dan doa kecil untukmu selalu,

Rinnong

“Adakah Ia menemukannya lagi?”

Mrk. 16:15-18; Pesta Bertobatnya St. Paulus,    Selasa, 25 Januari 2011

                   “Mereka mati dengan gagah berani tanpa meninggalkan iman mereka.
Inilah yang menggugah hati seorang Saulus.”


            Hari ini Gereja mengajak kita untuk merayakan sekaligus merenungkan peristiwa bertobatnya Santo Paulus yang sebelumnya disebut Saulus. Saulus diberi hak istimewa oleh para penatua bangsanya untuk membunuh semua yang mengaku diri sebagai Kristen. Sungguh inilah yang berkenan di hati seorang Saulus ketika mereka yang disiksa menerima siksaan dengan suka cita; mereka yang dibunuh rela mati dengan tersenyum; mereka yang diancam tak pernah meninggalkan iman mereka. Sungguh ini menjadi sebuah pengalaman yang merasuk kalbu seorang Saulus sampai akhirnya ia menjadi seorang Paulus, Rasul bagi bangsa-bangsa.

            Rasul Pauluslah yang menjalankan amanat Yesus dalam Injil hari ini dengan gemilang, “pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada semua makluk.” Paulus yang menyeberang ke suku bangsa lain untuk mewartakan Injil, membawa Yesus kepada mereka dan membawa orang-orang asing (diluar) Yahudi kepada Yesus, sungguh menjadi seorang rasul yang besar, bukan hanya karena keberhasilannya mewartakan Injil, melainkan karena derita-derita yang diterimanya dengan senang hati karena Nama Yesus. Semuanya telah kuanggap rugi karena pengenalan akan Yesus Kristus, demikian hasil permenungannya.

            Amanat yang sama seperti yang didengar oleh para Rasul dan dijalankan oleh Santo Paulus tetap menjadi tugas setiap anggota Gereja sampai dewasa ini. Seperti yang biasanya saya sebutkan bahwa kita dipanggil dengan misi untuk membawa Yesus kepada orang lain dan membawa saudara-saudari kita kepada Yesus, maka pengalaman Paulus sungguh menjadi cermin bagi kita untuk mengevaluasi diri, sejauh manakah saya menjadi contoh yang baik dalam mengikuti dan berkorban demi Yesus dan Injil-Nya seperti Paulus? Semoga saja lewat merenungkan semangat pewartaan dan pengorbanan Paulus demi Yesus dan Injil-Nya,  menyemangati setiap dari kita untuk memberikan yang terbaik kepada Yesus. Kiranya kata-kata Paulus ini tetap menjadi dorongan bagi kita untuk mewartakan sabda Tuhan, “upahku adalah bekerja tanpa upah.” Paulus percaya bahwa upah besar telah disediakan oleh Yesus Yang memanggilnya di surge kelak.


Salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Penyakit Menuduh”

Mrk. 3:22-30; 

 “Melemparkan kesalahan adalah kelegaan sesaat
tapi tetap menjadi hantu sepanjang hayat.”
           
            Menuduh orang lain terhadap sebuah kesalahan bahkan dosa kiranya menjadi pengalaman banyak orang. Orang lebih cenderung berbangga jika tuduhannya membuat yang tertuduh tersudut dan malu atas sebuah kesalahan atau dosa. Di lain pihak, yang dituduh, jika benar ia tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya maka perlu membuat tindakan pembelaan; perbersihan nama atas tuduhan yang dilimpahkan kepadanya.

            Setelah mengajar dan menyembuhkan banyak orang, maka timbullah kecemburuan dalam diri beberapa orang yang menuduh bahwa Yesus menggunakan kuasa penghulu setan dalam tindakan penyembuhannya. Dalam tradisi Yahudi, setan selalu identik dengan kejahatan atau roh yang  bertentangan dengan Allah, kendatipun setan memiliki kuasa yang melebihi manusia. Terhadap tuduhan seperti ini, Yesus mencoba membela diri dengan menjelaskan tentang perbedaan Dirinya dan setan; tidak mungkin ia menggunakan kuasa setan untuk melawan setan. Karena itu, jika Ia mengusir setan dari banyak orang, berarti kuasa mengusir dan yang diusir pasti saling bertentangan satu dengan yang lain.

            Injil hari ini memperingatkan kita akan kecenderungan untuk menuduh orang lain tanpa ada alasan atau bukti yang jelas. Lebih indah melakukan kebaikan daripada menyibukkan diri dengan kecenderungan untuk menuduh orang lain atas sesuatu yang mungkin mereka sendiri tidak pernah lakukan. Karena itu, gunakanlah semua yang Tuhan berikan kepadamu sebagai talentamu untuk melayani Tuhan daripada untuk mempermalukan orang lain atas tuduhan-tuduhan yang tak berasalan.

Senin, 24 Januari 2011

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Penyakit Menuduh

Mrk. 3:22-30; “Penyakit Menuduh”



“Melemparkan kesalahan adalah kelegaan sesaat
tapi tetap menjadi hantu sepanjang hayat.”

           
            Menuduh orang lain terhadap sebuah kesalahan bahkan dosa kiranya menjadi pengalaman banyak orang. Orang lebih cenderung berbangga jika tuduhannya membuat yang tertuduh tersudut dan malu atas sebuah kesalahan atau dosa. Di lain pihak, yang dituduh, jika benar ia tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya maka perlu membuat tindakan pembelaan; perbersihan nama atas tuduhan yang dilimpahkan kepadanya.

            Setelah mengajar dan menyembuhkan banyak orang, maka timbullah kecemburuan dalam diri beberapa orang yang menuduh bahwa Yesus menggunakan kuasa penghulu setan dalam tindakan penyembuhannya. Dalam tradisi Yahudi, setan selalu identik dengan kejahatan atau roh yang  bertentangan dengan Allah, kendatipun setan memiliki kuasa yang melebihi manusia. Terhadap tuduhan seperti ini, Yesus mencoba membela diri dengan menjelaskan tentang perbedaan Dirinya dan setan; tidak mungkin ia menggunakan kuasa setan untuk melawan setan. Karena itu, jika Ia mengusir setan dari banyak orang, berarti kuasa mengusir dan yang diusir pasti saling bertentangan satu dengan yang lain.

            Injil hari ini memperingatkan kita akan kecenderungan untuk menuduh orang lain tanpa ada alasan atau bukti yang jelas. Lebih indah melakukan kebaikan daripada menyibukkan diri dengan kecenderungan untuk menuduh orang lain atas sesuatu yang mungkin mereka sendiri tidak pernah lakukan. Karena itu, gunakanlah semua yang Tuhan berikan kepadamu sebagai talentamu untuk melayani Tuhan daripada untuk mempermalukan orang lain atas tuduhan-tuduhan yang tak berasalan.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong, 

“Bawalah Terang ke Dunia.”

Bacaan I               : Yes 8:23-9:3
Bacaan II              : 1 Kor 1:10-13,17
Injil                            : Mat. 4:12-23;


“Dipanggil mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia adalah bagaikan membawa lilin di tengah kegelapan.”


          Bacaan pertama dari kitab nabi Yesaya mewartakan sebuah harapan kepada kita tentang terang bagi mereka yang hidup dalam kegelapan dunia dan dosa. Yesaya mengajak umat untuk percaya bahwa terang telah datang dan mereka yang hidup dalam kegelapan dosa akan melihat terang yang sesungguhnya.

            Bacaan Injil menceritakan tentang panggilan murid-murid yang pertama dari seorang penjala ikan yang akan dijadikan Yesus sebagai penjala manusia. Yesus sendiri menujukkan diri-Nya sebagai seorang penjalan manusia yang handal lewat pengajaran dan penyembuhan yang diberikan-Nya. Dengan ini, Yesus menjadikan Diri-Nya pemebuhan dari apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya bahwa sebuah terang telah datang ke dunia, dan betapa Dia mengharapkan para murid-Nya menerima cahaya-Nya itu dan kemudian membawanya untuk menerangi hidup orang lain, yang masih hidup dalam kegelapan dosa. Lewat pengajaran dan penyembuhan yang diberikan oleh-Nya, Ia mewartakan sebuah harapan akan kesembuhan dan pengampunan dosa kepada umat. Ia meyakinkan umat bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha pengampun yang akan memberikan tempat di hati-Nya untuk orang-orang berdosa yang bertobat.

            Dalam buku baru dari Paus Benediktus XVI, sebagai hasil wawancara wartawan Jerman Peter Seewald, Paus menekankan banyak hal seperti tentang penggunaan kondom, tentang dialog, tentang rahasia kepemimpinannya, dan berbagai hal lain. Menyimak dari semuanya itu, Peter Seewald merangkumnya dalam sebuah judul yang indah dan penuh inspirasi, yakni “Light of the World.” Intinya, kita dipanggil untuk membawa terang kepada dunia dan kita seharusnya menjadikan diri kita terang itu lewat kata dan perbuatan kita setiap hari. Semoga saja Injil hari ini memberikan dorongan yang lebih kepada kita sekalian untuk menjadi terang dan membawa terang kepada orang lain.


Selamat berhari minggu.                     Minggu, 23 Januari 2011

Salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Cinta yang Menyakitkan”

Mrk. 3:20-21; 
“Jika tidak ada cinta, maka tidak ada luka.”
Terluka dan melukai lahir dari cinta yang salah diekspresikan.”


          Pernah beragumen kontra dengan seorang suster tentang peranan keluarga dalam hidup seseorang khususnya dalam soal cinta. Baginya, persetujuan orang tua adalah faktor utama dalam pilihan seorang anak kepada siapakah ia harus menikah. Tidak ada persetujuan orang tua maka cinta pun kandas. Yang lain mengatakan, aku hanya bisa melanjutkan hubunganku dengan engkau bila papa dan mamaku menyetujui engkau berpacaran denganku. Ini pun kadang berlaku terhadap pilihan seseorang untuk menjadi apa di masa depannya. Keluarga menginginkanku menjadi seorang romo maka aku pun berjuang untuk menggapai cita-cita itu. Pokoknya, peranan keluarga sangat menonjol dalam hidup banyak orang sementara cuma sebagian kecil manusia yang betul-betul berani membuat pilihan sendiri dan keluarga musti mengikuti kemauan mereka. Apa pun dan bagaimana pun keluarga kita adanya, tapi itulah ekspresi cinta mereka, walaupun kadang cara mengungkapkannya terasa sakit bahkan konyol.

            Pengalaman sama dialami oleh Yesus seperti yang kita baca dalam Injil hari ini; Yesus yang sibuk mengajar dan menyembuhkan banyak orang bahkan sampai tidak ada waktu untuk makan, dianggap oleh sanak keluarganya sudah gila. Oleh karena itu, mereka ingin bertemu dan membawa-Nya pulang ke rumah. Inilah cinta yang menyakitkan bagi seorang Yesus ketika keluarga yang mencintai-Nya tidak mengerti akan apa yang menjadi prioritas-Nya dalam hidup. Beda orientasi hidup dan pilihan kadang membuat kita bertentangan dengan sanak-keluarga kita. Beda pilihan hidup kadang membuat cinta yang terekspresi itu kadang terasa menyakitkan. Meskipun demikian, keluarga adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidup seseorang. Kehadiran mereka dalam hidup seseorang, apa pun bentuk dan caranya, tapi itulah mereka. Kita harus menerima mereka apa adanya sambil memberi pengertian yang benar atas hidup dan pilihan kita dan peranan mereka dalam hidup kita.

            Bacaan Injil hari ini memberikan kesempatan kepada kita masing-masing untuk merenungkan kembali tentang relasi kita dengan keluarga dan sanak-saudara kita. Banyak orang memiliki hubungan yang erat dengan keluarga masing-masing, namun ada juga yang tidak memiliki relasi yang harmonis dengan mereka. Belajar dari Yesus, kita pun terdorong untuk menerima keluarga dan sanak-saudara kita seperti apa adanya mereka, walaupun kadang kita harus menerima kepahitan, salah dimengerti dan konflik akibat cara yang mereka gunakan untuk mengekspresikan cinta kepada kita. Seperti tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini, demikian pun yang terjadi dengan keluarga kita masing-masing. Marilah kita mengubah benci menjadi cinta dan berani menerima resiko bahwa kadang cinta itu harus menyakitkan dalam pengalaman nyata kita agar kita pun belajar untuk menerima orang lain apa adanya.

Sabtu, 22 Januari 2011

Selamat berakhir pekan para sahabat.


Salam dan doaku untukmu selalu,

Rinnong

“Hanya Yesus”

Mrk. 3:13-19; 

“Banyak pewarta dewasa ini membuat diri mereka lebih terkenal dari Dia yang mengutus mereka untuk mewartakan Sabda.”

Dalam sebuah renungan sebelumnya saya telah menyebutkan bahwa “setiap manusia lahir dengan sebuah tujuan, dan ketika kita dipanggil menjadi Kristen, kita dipanggil dengan sebuah misi.” Bacaan hari ini tentang perutusan para rasul dengan jelas mengatakan misi apa yang seharusnya kita emban sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Pergilah dan wartakanlah Injil dan ada kuasa untuk mengusir roh-roh jahat.

Bila kita melihat kembali realitas dunia dewasa ini, maka muncul banyak pewarta dan penyembuh yang datang atas nama Tuhan Yesus. Sungguh menjadi sebuah kebanggaan bahwa mereka bertindak dan menyembuhkan dalam Nama Yesus. Meskipun demikian, banyak yang salah menggunakan kesempatan ini untuk semakin terkenal. Mereka membuat diri mereka lebih terkenal dari Dia yang mengutus mereka untuk mewarta dan memberikan karunia khusus kepada mereka.

Membaca dan merenungkan Injil hari ini kiranya membuat kita bermenung sejenak untuk melihat dan mengevaluasi kembali karya pewartaaan kita sebagai murid-murid Tuhan. Sejauh manakah Tuhan yang mengutus kita menjadi terkenal dan lebih dari itu diimani sebagai Penyelamat daripada kita sendiri sebagai seorang pewarta? Ingatlah bahwa Dialah yang mengutus kita untuk bekerja atas Nama-Nya, maka sepantasnyalah jika Dia semakin besar dan aku semakin kecil seperti kata-kata Yohanes Pembaptis. Semoga Tuhan memberkati dan melipat gandakan apa yang telah kau tanam dalam pewartaanmu.


Salam dan doa kecilku untumu selalu,


Rinnong

“Aku ini anak siapa?”

Mrk. 3:7-12; 
 “Ia melakukan semua yang diperintahkan Allah sehingga Ia disebut Anak Allah.
Masakan kita ngotot disebut anak Allah tapi enggan melakukan
kehendak Allah?”


            Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita disebut anak Allah ketika menerima sakramen pembaptisan. Ini adalah sebuah tanda resmi. Mengapa? Karena apa pun yang terjadi, di satu pihak, Gereja mengajarkan bahwa setiap anak lahir sebagai rencana Allah, namun di lain pihak terbelenggu oleh ikatan dosa asal. Dengan penerimaan sakramen pembaptisan maka dosa asal pun terlepas dan sang bayi memasuki tahap di mana ia disebut sebagai anak Allah dan dengan resmi menjadi anggota Gereja yang didirikan oleh putra-Nya sendiri, Yesus Kristus.

            Meskipun demikian, dalam pertumbuhan seorang anak, ketika ia bisa menggunakan kehendak bebasnya, maka ia diperhadapkan pada pilihan-pilihan entahkan berbuat baik ataukah jahat. Kehendak bebas yang salah digunakan oleh seseorang dalam hidupnya telah membawanya umat melakukan dosa yang bertentangan dengan kehendak Allah seperti yang termaktub dalam Kitab Suci dan yang diajarkan oleh Gereja turun temurun. Dalam keadaan berdosa seperti inilah, kita sendiri ngotot untuk disebut sebagai putra-putri Allah di satu pihak, sementara tidak melakukan kehendak Allah, yang kita sebut sebagai Bapa di lain pihak.

            Injil hari ini memberikan sebuah pencerahan baru bagi kita, mengapa seseorang disebut sebagai Anak Allah. Yesus, setelah menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir roh jahat, pengakuan pun diberikan kepada-Nya, “Engkau adalah Anak Allah.” Alasannya sangat sederhana karena memang Yesus melakukan kehendak Allah, yang disapa-Nya sebagai Bapa.

            Dengan demikian, kita bisa bertanya diri sendiri; “Layakkah aku disebut anak Allah?” Kalau memang aku adalah anak Allah, apakah kata dan perbuatanku setiap hari mencerminkan kehendak Allah? Semoga saja, kita mampu berkata dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup kita, terutama di hari ini.



Salam dan doa kecilku untukmu selalu,


Rinnong

“Cinta yang berwujud”

Mrk. 3:1-6; 
“Cinta bukanlah sebuah teori
melainkan harus berwujud dalam tindakan nyata.”

           
            Inilah salah satu kutipan yang melukiskan tentang ekspresi kemarahan Yesus, selain kita juga bisa temukan dalam cerita tentang bagaimana Yesus marah dan mengusir para pedagang dari Bait Allah. Kemarahan Yesus bukanlah ungkapan kesombongan diri melainkan selalu dikaitkan dengan kepentingan dan pertumbuhan iman orang lain, dan ini jelas dalam Injil hari ini ketika Ia marah karena kedegilan hati orang-orang farisi yang lebih mementingkan aturan daripada berbuat baik. Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat? Membunuh atau menyelamatkan orang? Demikian pertanyaan Yesus kepada para Farisi.

            Bagi Yesus, apa pun aturan yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan keteraturan hidup tidaklah harus membatasi manusia itu sendiri untuk berbuat baik ketika ada tuntutan untuk membantu dan menyelamatkan orang lain. Aturan adalah sarana untuk melayani manusia. Karena itu, Yesus tetap menghormati aturan dalam kehidupan bersama, tetapi tuntutan untuk membantu dan menyelamatkan manusia hendaklah menjadi prioritas dalam hidup manusia ketika menjalankan aturan dan hukum dalam hidup.

            Hari ini, kita diingatkan akan pentingnya manusia di mata Yesus. Manusia diciptakan untuk saling mencintai, dan cinta itu harus menjadi nyata dalam perbuatan harian kita ketika kita mampu saling membantu. Cinta bukanlah sebuah teori melainkan sesuatu yang harus berwujud dalam tindakan nyata setiap saat.

Rabu, 19 Januari 2011


Salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Lihatlah Kebaikannya”

Mrk. 2:23-28; 
 “Kritik tentunya baik, tetapi bila tidak disadari maka kebiasaan mengeritik
akan menutup mata dan hati kita untuk melihat dan merasakan
kebaikan Tuhan dalam diri sesama.”


            Apa jadinya dengan mereka yang hidupnya selalu mengeritik orang lain dan mengeluh terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya? Memang, kritik adalah kemampuan seseorang untuk melihat apa yang kurang dalam diri orang lain; entahkah lewat kata maupun tindakannya, namun ketika hidup seseorang hanya diisi dengan kritik dan keluhan maka ia sendiri menutup mata dan hatinya untuk melihat kebaikan dalam diri orang lain dan kesekitarannya dan menikmati hidupnya sebagai sebuah anugerah berharga dari Allah.

            Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang kebiasaan orang-orang Farisi yang mengeritik Yesus dan para murid-Nya. Mereka tidak pernah melihat kebaikan-kebaikan yang ada dalam Diri Yesus, tetapi selalu mencari celah untuk mengeritik apa yang dianggapnya salah menurut Kitab Suci dan adat kebiasaan mereka.

            Bacaan Injil hari ini memberi peringatan bagi kita untuk melihat kembali cara dan gaya hidup kita selama ini. Bila hidup kita pun diliputi dengan kritik dan keluhan, maka kiranya hari ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mengubahnya. Mengeritik dan mengeluh pasti tidak dilarang, tetapi lebih bijak bila bersyukur dan berterima kasih atas segala yang terjadi dalam hidup kita sebagai anugerah. Kita memang mengalami penderitaan dan pengalaman pahit, tapi itu tak seimbang dengan rahmat dan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita setiap saat. Aku selalu yakin bahwa doa ucapan syukur adalah doa yang paling mujarab untuk mendatangkan rahmat dan berkat yang berikutnya dari Tuhan. Marilah kita bersyukur daripada mengeluh, agar hidup kita pun menjadi berkat bagi orang lain.

Selasa, 18 Januari 2011

Teriring salam dan doaku untukmu selalu,

Rinnong

“Menyesuaikan Diri”

Mrk. 2:18-22; 

“Kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru bukanlah proses peleburan diri
dan identitas, melainkan sebuah kebijaksanaan hidup.”


            Banyak orang merasa kesulitan di tempat baru karena mereka terlalu mempertahankan apa yang mereka miliki dan tidak menerima adat istiadat atau kebiasaan di tempat yang baru. Misalnya; di Manila, ada beberapa romo yang menolak sama sekali cara orang Filipina berbicara bahasa Ingris karena ucapannya yang tidak sesuai dengan apa yang kita pelajari dalam tata bahasa Ingris. Resikonya, ketika mereka mengucapkan sebuah kata Ingris dengan benar menurut tata cara bahasa Ingris justru tidak dimengerti oleh orang Filipina. Mereka hanya bisa mengerti ketika kita mampu berbicara dalam cara mereka (Contoh: Vitamin : Orang Filipina mengucapnya: “Baitamin.” Banyak orang kecil/tidak berpendidikan tinggi mengucapkan seperti itu karena mereka tidak bisa mengucapkan huruf “V”. Bunyi yang keluar adalah “B”).

            Hari ini Yesus memberikan sebuah ajaran yang sedikit sulit untuk ditafsirkan ”tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada  kain yang sudah tua,” atau “mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong yang lama,” karena keruskan akan menjadi hasilnya jika tindakan seperti itu dibuat. Artinya, kemampuan dan kerendahan hati untuk menyesuaikan diri adalah tuntutan mutlak dalam hidup kita sebagai orang Kristen di mana saja kita berada. Kemampuan dan kerelaan untuk menyesuaikan diri bukan berarti melebur diri dan identitas melainkan sebuah kebijaksaan hidup, dan inilah “kerendahan hati.”

            Apa yang bisa kita perbuat dalam proses penyesuaikan diri adalah kemampuan dan kerelaan untuk memasuki hidup dan dunia orang lain dengan cara mereka dan kemudian menuntun mereka keluar lewat jalan kebenaran. Misalnya; Anda hanya bisa berhasil menjadi bagian dalam dunia anak-anak bila Anda mampu menari dan bermain bersama mereka; Anda hanya bisa diterima oleh orang-orang muda jika Anda mampu memasuki dunia mereka dengan cara melalui pintu mereka dan tidak menggiring mereka untuk masuk lewat pintu Anda. Dengan kata lain, Anda hanya bisa mengubah orang lain, bila mereka mau menerima kehadiran Anda sebagai bagian dari hidup dan perjuangan hidup mereka.

            Semoga saja kemampuan dan kerelaan hati untuk menjadi bagian dalam hidup orang lain; belajar dari orang lain, sungguh membuka jalan bagimu untuk mengubah orang lain sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah tugas kita sebagai orang Kristen, yakni menjadi terang bagi dunia. Terang yang tidak padam ketika ada tiupan angin dan badai, melainkan terang yang mampu memberi seberkas cahaya bagi orang lain untuk kembali kepada Sang Khalik, yakni Tuhan sendiri.

Senin, 17 Januari 2011

Teriring salam dan doa kecilku untukmu,
Rinnong

“Menjadi Saksi”

Yoh. 1:29-34; 
               
"Apakah tujuan hidup kita?
Untuk apa dan untuk siapa anda hidup?

Jika Anda seorang utusan yang dikirim oleh pimpinanmu di kantor atau komunitas di mana Anda menjadi seorang anggota, dan pergi ke tempat lain, maka Anda harus menyadari bahwa Anda hanya seorang utusan, yang bertindak dan berbicara atas nama pemimpin atau komunitas atau kelompok  Anda. Oleh karena itu, satu hal yang harus diperhatikan adalah Anda harus menjaga nama baik komunitas Anda, perusahaan atau kantor Anda, sebab orang lain dapat mengetahui siapa Anda, atau komunitas Anda dari apa Anda bicarakan dan tindakan Anda selama Anda bertindakan sebagai seorang utusan.


Hari ini, Bunda Gereja menyajikan kita sebuah cerita tentang Yohanes Pembaptis yang bersaksi tentang siapa Yesus. Ketika ia melihat Yesus, ia berkata: "Lihatlah, Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes Pembaptis adalah tanda kerendahan hati. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai pusat ajarannya. Segala yang ia miliki, ia serahkan kepada Allah, dan seumur hidupnya Yohanes bersaksi tentang Yesus. Seluruh pelayanan-Nya menunjuk kepada Yesus. Itu semua tentang Yesus, bukan tentang dia. Ini  semua tentang rahmat Tuhan, bukan tentang ketenaran namanya. Ini  semua tentang  Roh Tuhan dan bukan tentang baptisan yang ia berikan


Semua dari kita telah dibaptis sebagai seorang Katolik dan sekarang kita hidup sebagai orang Katolik di negara Katolik, nomor satu di Asia dalam soal jumlah. Pertanyaan yang dotawarkan untuk semua kita semua hari ini untuk direnungkan adalah "apa tujuan hidup Anda? Untuk apa dan untuk siapa Anda hidup? Hanya ingat bahwa kita dilahirkan dengan sebuah tujuan, dan ketika Tuhan memanggil kita seorang Katolik, kita dipanggil dengan sebuah misi. Dan misi kita  sangat jelas dalam Injil, yakni: "Pergilah dan jadikanlah semua bagnsa murid-Ku." Dengan kata lain, misi kita adalah membawa orang lain kepada Yesus dan membawa Yesus kepada orang lain "Apakah Anda telah melakukan misi Anda?

Minggu, 16 Januari 2011


Selamat berhari minggu...


Salam dan doaku untukmu selalu,


Rinnong

“Menjadi seorang Perantara”

Mrk. 2:13-17; 

“Orang berdosa bertobat adalah sebuah peristiwa dan kesaksian hidup, dan itu lebih mujarab dari seorang tak berdosa yang berbicara tentang pertobatan dengan kata-kata manis.”


            Fungsi sebuah jembatan selalu menghubungkan tepi yang satu dengan tepi yang lain. Demikian pun di atas jembatan itulah orang bisa berjalan dari tepi yang satu ke tepi yang lain untuk menggapai tujuannya. Inilah yang diperbuat oleh Levi (Matius) dalam Injil yang kita dengar hari ini. Panggilan Yesus ditanggapinya dengan berani meninggalkan pekerjaan lamanya (dunia lamanya yang penuh dosa) dan memulai hidup baru dalam Yesus. Apa yang terjadi berikutnya, yakni pesta yang dibuatnya sungguh menjadi sebuah berkat bagi orang berdosa lainnya, yang selama ini cuma mendengar nama Yesus sebagai seorang Utusan Allah untuk datang dan duduk makan bersama dengan-Nya dalam satu meja. Wow, Matius sungguh menjadi jembatan perantara yang indah dan kokoh, yang di atasnya banyak orang berdosa datang dan tinggal bersama dengan Yesus.

            Atas berbagai cara kita pun dipanggil oleh Yesus untuk menjadi muridNya, dan seperti saya katakana dalam renungan beberapa hari sebelumnya bahwa “panggilan selalu disertai dengan sebuah misi/tugas perutusan” Matius telah membuktikan bahwa setelah ia dipanggil oleh Yesus lewat perubahan dan pertobatan, ia langsung beraksi dengan misinya, yakni membawa banyak orang berdosa kepada Yesus. Kiranya ini menjadi titik permenungan kita di hari ini, sejauh manakah lewat tutur kata, perbuatan dan kesaksian hidupku, orang lain telah datang dan mengimani Yesus sebagai penyelamat? Ataukah karena aku, banyak orang telah meninggalkan Yesus dan Gereja-Nya?

            Sungguh menjadi sebuah cerita pilu dikala banyak orang berbicara tentang pertobatan hanya sebatas sebuah teori dan dari pengetahuannya lebih daripada mereka yang mengalaminya. Matius membawa orang berdosa kepada Yesus bukan karena kata-katanya, melainkan karena kesaksian hidupnya. Ia, yang dulu berdosa, telah dipanggil oleh Yesus, dibebaskan dari dosa-dosanya, dan sebagai imbalannya ia membawa teman-teman berdosa lainnya untuk merasakan kehangatan cinta dari Sang Guru cinta yakni Yesus sendiri. Semoga saja hari ini dan seterusnya jala kita pun cukup kuat dan efektif dalam menjaring jiwa-jiwa untuk percaya akan Yesus dan Gereja-Nya.

Sabtu, 15 Januari 2011

Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Popular Posts Widget