Minggu, 19 Desember 2010
Minggu Advent ke-4
Mat.1:18-24; “Arti sebuah Pengorbanan”

“Berkorban untuk diri pasti semua orang bisa melakukannya dengan senang hati,
tapi berkorban untuk orang lain selalu menjadi sesuatu yang sulit
bila tidak ada cinta dan iman.”

Maria menanggung apa yang dia sendiri tidak pikirkan sebelumnya, yakni hamil tanpa sentuhan seorang laki-laki; Santo Joseph rela menerima tawaran Allah dengan mengambil Maria yang hamil tanpa perbuatannya sendiri sebagai istrinya; dan Yesus pun sendiri harus mengorbankan jiwa dan raga-Nya dengan mati di kayu salib demi tebusan bagi banyak orang. Ketiganya melakukan tindakan pengorbanan yang luar biasa, bukan karena pertama-tama mereka mencintai diri mereka, melainkan terdorong oleh cinta yang luar biasa kepada Tuhan dan sesama. Intinya, cinta akan Tuhan dan sesama menjadi dasar dalam tindakan pengorbanan mereka.

Bila kita membaca kisah-kisah luar biasa dari para kudus/santo/a dan martir maka jalan pengorbanan pun diambil sebagai tanda cinta mereka kepada Tuhan dan Gereja-Nya. Karena itu, bila hari ini kita renungkan tentang pengorbanan Bunda Maria dan St.Josep yang berani mengorbankan sesuatu demi kepentingan sesama manusia dan demi rencana Allah, maka kita pun bertanya diri dengan jujur; “Apa yang telah, sedang dan akan saya berikan kepada Tuhan, Gereja-Nya dan sesamaku?” Hanya mau mengingatkanmu bahwa “pengorbanan darah (jiwa) di zaman ini tidaklah sebanding dengan zaman-zaman awal Gereja.  Syukur kalau masih dituntut dalam beberapa tempat di belahan dunia ini, tetapi bila nyawa tidak menjadi taruhannya lagi untuk sebuah cinta, maka masih tersedia banyak kesempatan bagi kita untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada Tuhan dan sesama. Tuhan mengingatkan kita bahwa “segala sesuatu yang kita perbuat atau tidak perbuat kepada salah satu saudara kita yang hina ini, kita perbuat atau tidak perbuat bagi Tuhan.” Menjadi sebuah kebohongan bila cinta kepada Tuhan dipisahkan dari cinta akan sesama. Mencintai Tuhan harus diwujudkan dalam cinta kepada sesama. Demikian pun mencintai sesama adalah wujud nyata kesadaran akan cinta kepada Tuhan. Kesadaran akan cinta Tuhanlah yang selalu mendorong kita untuk mencintai orang lain tanpa batas dan tanpa syarat.

Karena itu, baiklah di sisa waktu menjelang pesta Natal ini, kita ambil waktu sejenak untuk melihat dan menilai segala sesuatu yang telah kita perbuat untuk Tuhan dan sesama kita, sehingga itu menjadi dasar bagi kita untuk memperbaikinya dalam rencana-rencana kita selanjutnya dalam hal mencintai dan berkorban.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong