Berjaga-jagalah

Minggu, 28 November, 2010
Minggu Pertama Advent
Mat.24:37-44: “Berjaga-jagalah”

“Hati tergetar menantikan kehadiran-Nya.
IA pasti datang tapi apakah ada tempat di hatimu bagi-Nya?”


      Kerinduan hati untuk menantikan seseorang atau menantikan sesuatu pastilah selalu menjadi pengalaman mendebarkan hati setiap orang yang sedang menanti. Hari ini kita memasuki Minggu Adven yang pertama; sebuah masa khusus yang ditentukan oleh bunda Gereja bagi putra-putrinya untuk mempersiapkan hati menyambut kedatangan Sang Penyelamat Jiwa, Anak Manusia seperti yang kita dengar dalam Injil hari ini.

        Rasanya setiap tahun peristiwa ini mendatangi kita sehingga telah menjadi sesuatu yang rutin, yang akan dilalui dengan perasaan biasa-biasa saja. Meskipun demikian, segala sesuatu yang datang dari luar diri, bermakna atau tidaknya bagi jiwa, bukan semata tergantung dari kualitas atau bentuk apa yang datang namun pada reaksi kita terhadapnya. Misalnya; kata orang roti bakar itu manis dan enak, tetapi karena saya tidak suka roti bakar maka ketika dihidangkan bagiku untuk menjadi santapan pagiku, saya pasti tidak akan menikmati keenakanya seperti menyatap nasi goreng, makanan kesayanganku. Contoh ini mau mengatakan bahwa masa Adven yang hadir setiap tahun memberikan kesan atau tidak, sangatlah tergantung pada reaksi kita untuk memaknai masa yang penuh rahmat itu.

    Injil hari ini berbicara tentang bagaimana caranya membuat masa itu menjadi masa berahmat bagi kita, yakni dengan sikap berjaga-jaga karena tidak seorang pun yang tahu akan saat kedatangan Anak Manusia. Banyak orang terlena dengan kenyataan ini; karena saatnya tidak diketahui maka hidup pun dijalani dengan biasa-biasa saja; makan pagi, siang dan malam menjadi sesuatu yang rutin tanpa makna; pergi ke kantor atau ke sekolah adalah sesuatu yang rutin, dan lain sebagainya. Banyak orang terlalu yakin bahwa mereka akan berada di hari esok, karena itu apa yang harus dipikirkan tentang hari ini demi memasuki hari esok? Tidak ada.

    Masa Advent mengajak kita untuk memberikan yang terbaik bukan pertama-tama untuk tubuh kita, melainkan untuk jiwa kita. Langkah terbaik untuk memasuki hari esok, yakni dengan melakukan yang terbaik di hari ini. Karena itu, berjaga-jagalah adalah kata yang mengandung makna bahwa persiapan hendaknya dilakukan demi sebuah perbaikan hidup. Pertobatan menjadi sebuah kesempatan untuk mempersiapkan hati menjadi tempat bagi Sang Penyelamat jiwa. Semoga kesempatan ini menjadi sebuah kesempatan berahmat bagi jiwa yang merindukan kehadiran Sang Penyelamatnya.


Selamat memasuki masa Adven,


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Tebarkanlah jalamu

Selasa, 30 November, 2010
Peringatan St. Andreas
Mat.4:18-22: “Tebarkanlah jalamu”


“Membawa orang lain kepada Yesus adalah tugas setiap orang Kristen,
namun kadang kita tidak mampu meniru Yesus dalam
sikap dan tingka laku kita setiap hari.”

            Panggilan menjadi seorang romo dan suster itu kadang mendatangi seseorang dalam bentuk dan cara yang aneh; Ada yang sejak awal sudah merasa terpanggil; ada juga yang setelah bekerja sebagai karyawan atau pegawai dan menduduki puncak karier tapi akhirnya memilih meninggalkan semuanya dan menjadi seorang romo/suster; Yang lain karena pengalaman penderitaan tertentu merasa terpanggil untuk menjadi romo atau suster. Pokoknya, tanyakanlah kepada para suster dan romo maka mereka pasti akan bercerita tentang awal mula panggilannya dalam versi yang berbeda satu dengan yang lain.

            Kisah Andreas yang pestanya kita peringati hari ini dan teman-temannya juga terjadi atas cara yang sederhana dan aneh. Masakan ketika Yesus melewati tempat mereka melabuhkan perahu dan jala mereka, dan hanya dengan sepenggal kata pendek; “Ikutlah Aku dan kamu akan kujadikan penjala manusia,” serentak mereka meninggalkan semuanya dan mengikuti-Nya. Tapi itulah kenyataannya. Kadang aneh, kadang lucu, tapi itulah rahasia panggilan.
            Menjadi sebuah permenungan bagi kita di hari ini untuk untuk menyadari kenapa kita terpanggil dan untuk apa panggilan itu. Yesus mengatakan kepada Andreas dan teman-teman; “Ikutilah Aku dan kamu akan kujadikan penjala manusi.” Sebuah ajakan untuk menjadi jala dan penjala yang mampu membawa orang lain kepada Yesus dan membawa Yesus kepada orang-orang di sekitar kita. Mungkin menjadi sangat gampang untuk membawa orang lain kepada Yesus, tetapi hal membawa Yesus kepada orang lain tidaklah semudah yang kita bayangkan. Meskipun kedua hal ini sangat erat kaitannya, tetapi ketika Anda renungkan lebih mendalam maka Anda akan menemukan bedanya pada hal ini; Bisa saja mewartakan dan meyakinkan orang lain bahwa Yesus adalah penyelamat dengan gampang akan mempengaruhi orang lain, namun hal menjadi seperti Yesus dalam sikap hidup, tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu, mengapa Yesus mengeritik para Farisi dengan berkata; “Kamu meletakkan beban di atas pundak orang tapi kamu sendiri tidak menyentuhnya.” Demikian pun kepada orang-orang yang mendengarkan pengajaran para Farisi, Yesus ingatkan; “Dengarlah apa yang mereka katakana tapi jangan ikuti apa yang mereka perbuat.”

            Semoga saja masa advent ini menjadi kesempatan bagi saudara dan saya untuk menjadi seorang penjala yang baik dan bijaksana, yang bukan hanya menangkap dan membawa orang lain dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan kita setiap hari. Hanya sekedar mengingatkan bahwa “kesaksian hidup adalah bentuk pewartaan yang paling jitu di zaman ini.” Di tengah kriris keteladan, masyarakat (umat) membutuhkan figur pemimpin dan teman yang bisa tampil sebagai seorang pembenar, yang mampu menyesuaikan kata-kata dan perbuatannya setiap saat.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Hiasilah Jiwamu, kawan


Sabtu, 27 November, 2010
Luk.21:34-36: “Hiasilah Jiwamu, kawan.”


“Dewasa ini banyak orang berjuang merias diri/tubuh menjadi cantik dan tanpan,
namun hanya sedikit yang menghiasi jiwanya menjadi tempat yang indah
bagi Sang Penyelamat.”


            Mendatangi pusat pertokoan di mana saja, Anda akan melihat kenyataan ini; sebagian besar tempat disediakan khusus untuk peralatan yang berfungsi untuk merias tubuh/badan, seperti; parfum, sabun, sampo, dan lain sebagainya dalam beragam merek dan kualitas. Hal yang lebih mengasyikan bahwa banyak orang, terutama kaum perempuan pergi ke sana, menghabiskan banyak waktu dan uang untuk membeli alat-alat itu. Untuk apa? Ya, untuk merias tubuh/badan mereka agar tetap kelihatan cantik dan tampan. Bahkan di pasar ikan pun kita menemukan mereka yang sementara membersihkan kuku kaki mereka dengan bayaran yang lumayan. Lagi, semuanya demi ketampanan dan kecantikan. Rasanya tidak ada yang salah dengan semuanya itu. Tapi...

            Injil hari ini mengingatkan jika akan betapa pentingnya merawat dan merias jiwa agar menjadi tempat tinggal-Nya Sang penyelamat. “Jagalah jiwa agar tidak terjerat oleh kemabukan dan hal-hal duniawi.” Apa yang sering dilupakan yakni sebagian besar dari kita lupa untuk merias jiwa kita menjadi tempat yang suci. Di satu pihak, ketika banyak waktu dan uang dihabiskan demi merias badan/tubuh, sementara di lain pihak, orang mengabaikan perintah Tuhan untuk menjaga jiwa mereka. Seandainya jiwa itu bagaikan tangan, mata, hidung atau alat tubuh lainnya maka pasti mendapatkan perawatan yang cukup, namun jiwa adalah roh dan kehendak yang tidak nampak tapi tetap ada sangat berpengaruh. Ia selalu dilupakan karena ia tak pernah terlihat oleh cermin kecantikan, melainkan oleh kesucian hati itu sendiri.

            Semoga hari ini, kita memberikan sebuah kesempatan untuk merias jiwa kita menjadi tempat yang indah bagi Sang Pencipta, Sang Penyelamat.


Selamat berakhir pekan.
Salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Milikilah Hidup yang akan datang?”

Rabu, 24 November, 2010
Peringatan St. Andreas Dung Lac, Imam dan teman-temannya
Luk.21:12-19: “Milikilah Hidup yang akan datang?”


“Rambut adalah sebuah organ tubuh yang tidak memberi hidup bagi seseorang,
tetapi menambah keindahan tubuh.”

            Kata orang: “rambut adalah mahkota para wanita.” Aku tidak tahu bagaimana seorang wanita mengamini kata-kata ini, tapi aku punya pengalaman nyata dengan seseorang teman beberapa tahun lalu. Ia pergi ke salon dan menggunting rambutnya di sana. Karena tidak memperhatikan dengan saksama maka hasilnya, ia tampil layaknya seorang laki-laki dengan potongan rambut seperti itu. Ia menangis tersedu-sedu dan rasanya tidak ada seorang pun yang bisa menghiburnya selama beberapa hari atas pengalamannya itu.

            Hari ini Yesus menegaskan sesuatu yang indah di akhir wejangannya tentang akhir zaman, ketika Ia berkata: “Tetapi tidak sehelai rambut kepalamu akan hilang.” Rambut bukanlah organ vital dalam tubuh seseorang, walaupun itu tetap penting. Ada atau tidak adanya rambut tidak membuat seseorang hidup atau mati. Rambut hanyalah sesuatu yang menambah keindahn penampilan lahiriah seseorang. Meskipun demikian, sesuatu yang kurang penting dari tubuh itu, kini mendapatkan apresiasi yang tinggi dari seorang Yesus. Kita bisa menyimpulkan sesuatu dari kata-kata Yesus di atas bahwa “walaupun rambut hanya sesuatu yang sekunder dalam tubuh, tetapi sangat dihargai oleh Yesus, bagaimana dengan jiwamu? Bukankah ia menjadi lebih penting untuk sebuah kehidupan di akhirat nanti?

            Jika hari ini Yesus  menekankan betapa berartinya rambutmu sehingga tak sehelai pun akan hilang atau dihancurkan, maka pikiran kita hendaknya ditujukan pada betapa berartinya jiwa kita kelak bila kita mengikuti dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Ia berkata: “jangan cari harta duniawi yang dapat binasa tetapi carilah harta surgawi yang tak dapat dimakan ngengat.” Yesus memberikan jaminan kepada kita bahwa ada kehidupan setelah kematian badan/tubuh. Tubuh akan hancur dan kembali ke tempat dari mana ia terbuat, tetapi jiwa akan mendapatkan tempat peristirahatan yang kekal bersama Allah Sang Penciptanya. Jika rambut yang tak membuat kita hidup saja diperhitungkan Tuhan, maka pasti jiwamu akan mendapatkan tempat yang istimewa di mata Allah. Moga hari ini kita pun diinspirasikan oleh bacaan ini untuk tetap berjuang menghargai setiap anggota tubuh kita, baik yang menjadi miliki kita sendiri maupun milik orang lain. Jika tubuh diperhatikan maka apa yang hendak Anda perbuat untuk jiwamu? Ingat...hanyalah jiwalah yang akan kembali ke pangkuan Bapa, Sang Pencipta dan bukan tubuhmu.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Sabtu, 30 Oktober, 2010
Luk.14:1.7-11; “Syarat masuk Kerajaan Allah”

“Surga diperuntukkan bagi mereka yang merendahkan hati.”

            Dunia Timur Tengah, terutama bangsa Yahudi mengenal dan menghidupi apa yang disebut sebagai “budaya rasa hormat dan rasa malu.”  Kedua hal ini didapatkan oleh seseorang sangatlah tergantung pada kata dan perbuatannya dalam masyarakat. Kata dan perbuatan baik mendatangkan rasa hormat bagi seseorang, tetapi kebalikan sikap dan tingka laku akan menyebabkan rasa malu.

            Yesus mengenal dengan baik budaya yang dihidupi oleh masyarakat-Nya ini, sehingga makan bersama yang diadakan oleh seorang Farisi bagi-Nya, digunakan untuk menerangkan tentang pentingnya Kerajaan Allah dari latar belakang budaya “rasa hormat dan malu” yang telah disebutkan di atas. Meskipun demikian, Yesus tidak sedikit pun memaksudkan pembicaraan tentang soal mencari tempat duduk dalam pesta berhubungan dengan masalah sikap dan tingka laku yang pantas ketika seseorang mengundangmu dalam sebuah pesta, melainkan lebih menyangkut soal “sikap dan tingka laku yang dituntut oleh seseorang demi mendapatkan Kerajaan Allah,” dengan berkata, “Barangsiapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.”

          Kerendahan hati  hendaknya menjadi faktor utama dalam kehidupan seorang murid Yesus. “Kerendahan hati dituntut bukan pertama-tama untuk mendapatkan penghormatan dalam dan selama hidup seseorang di dunia ini, melainkan lebih demi keselamatan jiwa dalam Kerajaan Allah kelak.” Di titik inilah kita semua diundang oleh Yesus hari ini untuk mengoreksi diri karena terkadang “soal kerendahan hati” sulit untuk kita temukan, apalagi dalam diri kita yang berpangkat, bergelar dan berstatus dalam masyarakat.” Semua orang beriman tapi tidak semua bisa memiliki sikap rendah hati dalam dirinya, terutama  dalam relasinya dengan orang lain. Banyak orang terluka karena mereka tidak dihormati dalam relasinya dengan orang lain, namun yang benar hendaklah tunjukanlah sikap rendah hatimu maka penghormatan akan datang dengan sendirinya, bahkan sikap seperti inilah yang menjadi syarat untuk mendapatkan “Kerajaan Allah ”kelak.

Karena itu, jadikanlah kerendahan hati sebagai sikap dasarmu, sebagai hartamu yang tak bernilai bukan semata-mata untuk mendapatkan rasa hormat, melainkan karena imbalan yang akan disediakan oleh Allah sendiri kepada mereka yang memiliki sikap rendah hati.

Selamat berakhir pekan untuk para sahabat.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Panggilan kepada Pertobatan”

Sabtu, 23 Oktober, 2010
Luk.13:1-9: “Panggilan kepada Pertobatan”

“Jika hidupmu masih berlangsung sampai saat ini maka sadarlah bahwa itu adalah anugrah Tuhan Yesus untuk sebuah pertobatan.”

Perumpamaan Yesus hari ini dengan jelas merujuk pada pentingnya sebuah pertobatan. Kata tuan itu; “Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon itu; Untuk apa ia hidup?” Ini bukan tanda bahwa ”kesabaran itu ada batasnya” dari pihak Allah, melainkan penghakiman itu adalah sesuatu yang pasti dalam akhir hidup manusia. Tetapi apa yang indah dari Yesus, ialah Ia selalu memperjuangkan nasib dan keselamatan kita di hadapan Bapa-Nya dengan memohon “Tuan, biarkanlah ia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.” Lihatlah! Betapa Yesus memperhatikan keselamatan kita sehingga Ia selalu memohon kemurahan Bapa-Nya agar kita diberi kesempatan untuk membangun sebuah pertobatan dengan perpanjangan hidup. Jika hidup itu masih terberi sampai saat ini, maka tujuannya hanya satu, yakni “Pertobatan.”

Dengan demikian, apa yang kita bisa renungkan tentang inti hidup kita sampai saat ini, yakni tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah kesempatan tambahan yang dimohonkan oleh Yesus kepada Allah, Bapa-Nya untuk sebuah pertobatan. Banyak orang mengabaikan panggilan pertobatan ini sehingga kadang mereka berlalu dari dunia ini tanpa merasakan indahnya sebuah kematian. Kematian itu menjadi indah jika dilalui dengan sebuah pertobatan batin. Banyak orang mencoba menyanggah pernyataan ini dengan mengatakan bahwa “saat mati kan kita tidak merasakan apa-apa lagi?” Benar! Jika Anda berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Namun jika Yesus mengajarkan sesuatu tentang kehidupan di akhirat bersama Bapa, berarti jiwa akan kembali ke haribaan-Nya bersama Allah, dan disitulah penyesalanmu akan menjadi sesuatu yang sangat terlambat.

                Karena itu, semoga di akhir pekan ini sebuah kesadaran baru muncul bahwa “pertobatan hendaknya dilaksanakan dengan segera bila kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini.” Jika Yesus saja sangat mencintai kita dan menghendaki keselamatan dengan meminta kemurahan hati Allah Bapa-Nya agar perpanjangan hidup dianugerahkan kepada kita, maka hendaklah ini menyadarkan kita untuk membangun sebuah pertobatan batin.



Selamat berakhir pekan para sahabat.



Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu.


Rinnong

“Kerinduan sebuah Hati”

Selasa, 16 November, 2010
Peringatan Sta. Margareta dari Skotlandia dan Sta. Getruda, perawan
Luk.19:1-10: “Kerinduan sebuah Hati”

“Pertemuan adalah obat kerinduan,
tapi keselamatan adalah mahkotanya kerinduan.”

“Turunlah Zahkheus, karena hari ini aku akan menumpang di rumahmu.” Kata-kata ini membuat jiwa melonjak kegirangan, air mata kegembiraan menetes di pipi sambil memandang haru kepada Dia yang bersabda. Maka segeralah rasa malu karena kedapatan oleh banyak orang sedang duduk di atas pohon pun tak dihiraukannya. Ia pun turun dan menemani Dia yang bersabda ke rumahnya. Makanan terbaik pun dihidangkan kepada-Nya sebagai tanda ucapan syukur, tapi janji untuk bertobat menjadi gerbang keselamatan. Kemudian, Ia bersabda lagi: “Hari ini keselamatan telah datang kepada penghuni rumah ini karena engkau menunjukkan sebuah bentuk pertobatan yang indah.” Wow...air mata kegembiraan itu kembali deras mengucur dan jiwa pun bersorak gembira karena sekarang jiwa mendapatkan jaminan keselamatan dari Sang Penyelamat sendiri. Demikianlah kisah Zakheus, sang perindu yang mendapatkan obat kerinduan lewat pertemuan dengan sosok yang dirindukan, dan Yang dirindukan memahkotai pertemuan mereka dengan janji keselamatan. Jadilah semuanya indah karena kehadiran Sang Penyelamat, bukan hanya di rumah tubuh tapi terlebih di ruang jiwa yang merana mencari tempat peraduan kekal.

Cerita Zakheus selalu menjadi contoh terindah betapa sebuah kerinduan akan kehadiran Yesus menjadi jalan bagi kita untuk bertemu dengan Dia. Pengalaman Zakheus, syukurlah bila dialami secara fisik, tetapi rasanya pengalaman batin akan ditemukan oleh setiap perindu kehadiran Yesus dalam hidup dan hati mereka. Karena itu, bila kita enggan untuk membersihkan rumah jiwa kita, maka kerinduan akan membuat Tuhan sendirilah yang berinisiatif untuk mengunjungi jiwa kita, bahkan lebih indah lagi karena Ia sendirilah yang membersihkan jiwa kita menjadi tempat tinggal-Nya untuk selamanya.

Marilah kita mengobarkan kerinduan untuk bertemu dengan Yesus itu setiap saat, sehingga jiwa tetap mempersiapkan tempat yang layak bagi Yang dirindukan. Karena benarlah penegasan di atas, “pertemuan adalah obatnya kerinduan, tetapi hanya keselamatanlah yang menjadi mahkota abadinya.” Moga hari ini dan setiap saat, jiwa kita tetap mendengar bisikan Yesus ini; “Sobat, bukalah pintu jiwamu karena Aku ingin masuk dan tinggal di dalamnya.” Jika Ia mau tinggal di sana, maka alangkah indahnya saat-saat itu kita lalui bersama-Nya.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

“Lahir untuk Diutus”

Senin, 18 Oktober, 2010
Pesta St. Lukas, Pengarang Injil
Luk.10:1-9: “Lahir untuk Diutus”


“Kelahiran menjadi saatnya seseorang memulai kehidupan di luar rahim ibunya,
dan kehidupan menandakan saat seseorang mulai menjalankan misi yang
diberikan oleh Sang Pencipta.”


Panggilan dan perutusan tak pernah dipisahkan dari kehidupan kita sebagai orang Kristen. Setiap orang lahir dengan misinya sendiri, tapi sayangnya tidak setiap orang bisa menemukan misinya, apalagi untuk menjalankannya.

Injil hari ini menceritakan secara detail tentang tugas perutusan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, bahkan apa yang hendak dibawa pun apa dan apa yang perlu dibuat dalam misi mereka disebutkan secara detail oleh-Nya. Yang paling penting dari semua aturan yang ditetapkan oleh Yesus adalah “kepasrahan dan penyerahan total kepada penyelenggaraan Ilahi bila Tuhan memanggil dan mengutusmu.” Jangan membawa ini atau itu, diutus bagaikan anak domba ke tengah serigala, adalah ungkapan, bukan hanya soal kepasrahan, melainkan keyakinan bahwa Dia yang mengutusmu tahu apa yang Anda butuhkan dalam tugas perutusanmu. Ia takan pernah mengutus dan membiarkan engkau menderita dalam tugas perutusanmu. Segalanya yang menyangkut hidupmu berada dalam kuat kuasa dan penyelenggaraan Ilahi-Nya. Hal yang paling penting adalah apa yang ditekankan oleh Yesus dalam bagian lain dari Injil yakni “Cari dulu Kerajaan Allah dan yang lain akan ditambahkan kepadamu.”

Zaman ini menjadi kesempatan di mana kita ditantang untuk menjadi seorang murid Tuhan. Ketika banyak orang mengandalkan harta benda mereka, ketika banyak orang mencari jabatan dan kedudukan dengan cara yang tidak adil, bahkan kasar dan tak beradab, ketika banyak orang mulai meninggalkan Tuhan (penyangkalan akan keberadaan dan campur tangan Tuhan dalam hidup mereka), maka setiap orang Kristen dipanggil untuk membuktikan imannya. Ya, bagaikan anak domba yang diutus ke tengah kawanan serigala, demikianlah misi dan tugas kita sebagai orang Kristen zaman ini. Tantangan dan cobaan pasti akan menyertai kita sepanjang tugas perutusan kita, tapi hendaklah kepercayaan bahwa Tuhan yang mengutus tak pernah meninggalkan kita, tetap menjadi kekuatan bagi kita dalam setiap derita dan tantangan hidup.

Karena itu, tantangan hendaknya tidak membuat surut imanmu melainkan semakin menantangmu untuk membuktikan diri bahwa imanmu lebih besar dari apapun derita yang Anda alami. Jika derita adalah sebuah batu kerikil yang hendak diinjaki sewaktu berjalan demi mencapai tujuan, maka rasa sakitnya akan menjadi kesukaan, karena hanya dengan melewati dan merasakan sakitnya ketika tertusuk, kebahagiaan dan kedamaian hidup menjadi milikmu. Di atas semua itu, keyakinan bahwa Tuhan tak pernah meninggalkanmu hendaknya menjadi kekuatan bagimu setiap saat dalam menjalankan tugas perutusanmu.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Inikah Akhir Dunia?”

Minggu, 14 November, 2010
Luk.21:5-19: “Inikah Akhir Dunia?”

“Tak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Wow...bukankah ini sebuah janji untuk berharap?
Lebih dari itu, sadarlah bahwa Anda sungguh berarti di mata Allah.”


          Beragam peristiwa sedih terjadi di berbagai belahan dunia dewasa ini; perang antara Israel dan Palestina sepertinya tak ada waktu berhentinya; permusuhan yang terjadi antara pasukan pemerintah dan Al-Quaeda di Afganistan berkobar setiap hari; Masalah Irak pun masih belum mendapatkan titik temu perdamaian. Di negara kita Indonesia sendiri, peristiwa pilu seperti tsunami, banjir dan letusan gunung berapi masih membekas di ingatan kita. Semuanya menjadi tanda nyata betapa hidup ini terasa tak gampang.

            Membaca apa yang tertulis dalam Injil hari ini tentang tanda-tanda yang disebutkan oleh Yesus sebagai pendahuluan dari kedatangan-Nya, seakan-akan tidak bisa dilepaskan dengan beragam peristiwa sedih yang telah disebutkan di atas. Ketakutan pun mulai melanda setiap jiwa dan bertanya; “Apakah ini tanda-tanda akhir zaman?” Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan jawaban pasti terhadap pertanyaan ini. Pikiran manusia terlalu kerdil untuk mengerti dan memahami apakah dunia yang besar ini harus hancur dalam seketika seperti yang tergambar dalam film 2012 yang menghebohkan dan menggetarkan hati beberapa bulan yang lalu.
            Bila tak seorang pun tahu akan hari kiamat ini, dan apa yang nyata adalah hidup masih terberikan kepada kita sebagai anugerah, maka sekali lagi cara terindah untuk menghadapi semuanya itu, yakni pertobatan. Pertobatan hendaknya selalu menjadi prioritas dalam hidup dan  perbuatan baik disebarkan sesering mungkin. Yesus sendiri menawarkan Diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup bagi para pengikut-Nya. Atas cara yang sama, kita mau mengatakan bahwa Yesus adalah harapan kita di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Percaya kepada Yesus dan melakukan perbuatan baik adalah dua hal yang saling kait mengait dan menjadi jaminan bagi kita untuk selamat. Yesus sendiri menguatkan kita dengan Sabda-Nya; “Engkau akan dikhianati, engkau akan di bawa ke pengadilan, engkau akan dibunuh, tapi percayalah; “Rambutmu tak sehelaipun akan hilang.” Jika kematian kita menjadi alasan untuk tidak percaya akan sabda ini, maka tentunya Yesus memberi jaminan kepada mereka yang percaya seperti apa yang telah dikatakan kepada penjahat yang bertobat di tiang gantungan itu, “Hari ini pun engkau bersama-Ku di Firdaus.” Inilah janji Tuhan, dan janji ini akan terlaksana atau tidaknya sangat tergantung pada iman kita.


Selamat berhari minggu.
Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

“Bukalah mata hatiku juga”

Senin, 15 November, 2010
Luk.18:35-43: “Bukalah mata hatiku juga”

“Menjadi sebuah pengalaman buruk bila kita berada di dalam kegelapan,
dan pasti menjadi sebuah penderitaan bila kita mengalami kebutaan mata.
Namun, akan selalu menjadi skandal jika orang sengaja
membutakan hati mereka.”

            Menjadi sebuah pengalaman yang menakjubkan bila setiap saat mengunjungi pasar “Farmers” Cubao lantai 4. Di sana berkumpullah sejumlah orang buta dan hampir semuanya menggunakan kaca mata hitam untuk menutupi mata mereka sambil melayani orang-orang yang membutuhkan pijitan badan. (Aneh ya, soalnya sementara mereka tidak dapat melihat bagaimana bentuk mata mereka tapi memakai kaca mata hitam) Akan tetapi itulah sisi lain dari kemanusiaan manusia di mana “kita kadang malu terhadap apa yang seharusnya tidak perlu, namun sebaliknya tidak tahu malu terhadap sikap dan perbuatan kita yang memalukan.” Apapun yang terjadi, keuletan mereka bekerja untuk mendapatkan uang dengan keterbatasan fisik mereka patut mendapatkan acungan jempol. Saya membayangkan bila suatu waktu ada teriakan di lantai pertama bahwa ada orang yang mampu membuat mujizat penyembuhan, pasti orang-orang buta itu dengan kerinduan mereka untuk dapat melihat menempuh berbagai cara untuk sampai ke lantai 1, tapi  mungkin kah? Itulah keterbatasan karena kebutaan mata/fisik yang dialami oleh seseorang. Sungguh, hidup mereka sangat dibatasi karena apapun yang terjadi mereka tak pernah melihat betapa indahnya dunia ini, betapa cantik atau tampannya wajah mereka, dan betapa mengagumkan karya ciptaan Tuhan. Segalanya hanya bisa dirasakan dan itulah keindahan bagi si buta.

            Injil hari ini menampilkan seorang buta yang tiba-tiba mendengar bahwa Yesus melewati tempat di mana ia tinggal. Lewat cerita tetangganya Ia tahu bahwa orang ini bisa menyembuhkan segala sakit dan penyakit. Karena itu, tanpa melihat dan hanya mengandalkan kekuatan pendengarannya, Ia pun berteriak; “Yesus, Anak Daud, kasihanlah aku!” Larangan orang tak dihiraukannya, ia pun berteriak lagi; “Yesus, Anak Daud, kasihanilah Aku.” Panggilan yang mengandung kerinduan untuk melihat ini sungguh terasa menggetarkan kalbu, dan Yesus pun mendekatinya sambil bertanya; “Apa yang kau inginkan aku perbuat untukmu?” Jawabnya; “Semoga aku dapat melihat?” Seketika itu juga penglihatannya pulih karen Yesus bersabda; “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sungguh, betapa bahagianya si buta karena keindahan alam ciptaan kini dinikmatinya, ketampanan tubuhnya pun dilihatnya. Semuanya terasa indah karena itulah saat pertama ia dapat melihat segala keindahan yang selama ini hanya bisa didengarkan. Puji Tuhan, semuanya terjadi indah, demikian seruan terima kasihnya.

            Kita hidup di zaman di mana banyak orang mengalami kebutaan fisik di satu pihak dan kadang kita berpikir bahwa itu sebagai sebuah hukuman untuk mereka, karena dosa dan kesalahan mereka, sementara di lain pihak, mereka yang buta hati karena kesombongan dan keserakahan, kita anggap sebagai hal yang biasa dan lumrah, dan malah memuji mereka atas kelicikan yang ditampilkan. Benarlah bahwa kegelapan selalu menakutkan, kebutaan mata (fisik) sangat mengerikan tapi bila kita membutakan mata dan hati kita terhadap penderitaan orang lain, maka itu sebuah dosa besar terhadap pemberian luar biasa dari Tuhan bagi kita yang sehat dan tidak mengalami cacat fisik. Si timpang tidak bisa berjalan tetapi kita bisa; si buta tidak bisa melihat tapi kita bisa; si tuli tidak bisa mendengar tapi kita dapat. Tapi sayangnya, kaki kita tidak digunakan untuk berjalan sambil berbuat baik; mata kita tidak digunakan untuk melihat keindahan dalam diri orang dan ciptaan lain; telinga kita tidak kita pakai untuk mendengarkan apa yang penting dan berguna. Oleh karena itu, tidak ada doa indah yang bisa kita panjatkan hari ini, selain bergabung bersama si buta untuk meminta kepada Yesus, agar kita pun diberikan mata yang jernih untuk melihat, hati yang peka untuk merasakan penderitaan orang lain, dan budi yang arif untuk mampu mendatangkan kebaikan bagi orang lain di sekitar kita.



...Secuil permenungan dalam rentang waktu.....

Teman-teman yang kukasihi...

Hari ini, 15 November, dan tak terasa telah setahun kita bersama menyatap santapan pagi jiwa dari Tuhan;
Hari ini, setahun yang lalu, ketika muncul dalam kesadaranku untuk berbuat sesuatu kepadamu;
Hari ini, setahun yang lalu ketika Tuhan menggerakkan hatiku dan membuka mataku untuk melihat sebuah keindahan dalam sarana internet; dan
Hari ini, setahun yang lalu, Tuhan membuka kesadaranku untuk membagikan apa yang kumiliki lewat renungan santapan pagi kepadamu.

Ini semua bukan karena aku, tapi karena Tuhan sungguh-sungguh mencintai Anda sekalian, sehingga memberi kesempatan bagimu untuk menyatap Sabda-Nya setiap pagi lewat renungan-renungan yang terkirim lewat emailmu. Jumlah para penerima santapan pagi pun bertumbuh dan berkembang dari angka puluhan, dan kini mencapai angka ratusan, dan betapa rindunya hatiku bila suatu saat nanti angka ini mencapai ribuan dan bahkan jutaan. Tapi ini cuma sebuah kerinduan yang selalu kuteriakan kepada Tuhan yang lewat seperti Ia pernah lewat di samping si buta dan mendengar teriakannya dan datang menyembuhkan dia.

Terima kasih pantas kuhaturkan kepadamu dari lubuk hatiku yang paling dalam karena kerelaanmu untuk memberi tempat dan ruang, menyiapkan ladang bagi tertanam dan bertumbuhnya benih sabda Tuhan yang tertabur bagimu setiap pagi. Lagi, ini bukan masalah aku yang menjadi sarana kecil untuk mewartakan sabda Tuhan, melainkan karena urusan kalian dengan Tuhanmu, Yang tak pernah membiarkan kehidupanmu kering bagaikana tanah di padang gurun, tetapi selalu menyiraminya dengan air kehidupan jiwa, yakni sabda-Nya sendiri.

Aku hanya berharap semoga aku pun diberi kesehatan lahir batin untuk menjadi alat kecil di mata Tuhan, menyebarkan cinta-Nya lewat setiap santapan pagi jiwa yang terkirim kepadamu setiap pagi. Benarlah bahwa keindahan hidup terletak pada kerelaan kita untuk saling berbagi. Semoga baik mata tubuhku maupun mata jiwaku tetap terbuka setiap saat untuk dengan setia melakukan misi kecil ini pada setahun yang akan datang, 2 tahun, 3, 4 dan seterusnya, sejauh dan sedapat Ia masih mengizinkanku untuk bekerja di kebun anggur-Nya.

Akhirnya, dari lubuk hatiku yang paling dalam, kusampaikan limpah terima kasih atas kerelaanmu untuk membiarkan emailmu menjadi lahan pewartaan. Aku tahu bahwa tidak semua orang mempunyai waktu untuk membacanya; tidak semua orang membiarkan renungan-renungan itu termuat di dalam emailnya, tetapi rasa percayaku lebih besar dari keraguanku bahwa Tuhan memiliki rencana indah untukmu, sehingga Ia akan datang setiap saat menyapa, menguatkan dan memberikan penghiburan bagimu di kalah sedih, dan santapan pagi jiwa menjadi sebuah alat kecil nan indah dari Tuhan untuk menemani hari-hari hidupmu.


Teriring salam dan doa kecilku untukmu selalu,

Rinnong

Perumpamaan kura-kura

Di tepi sungai ada seorang anak yang menemukan seekor kura-kura, anak itu dengan riangnya membawa jalan-jalan kura-kura yang ditemukannya itu, tetapi sang anak berpikir... mengapa dari tadi kura-kura itu tidak mengeluarkan kepala,kaki,dan ekornya itu. Sang anak mencongkel kepalanya, kakinya dan ekornya, tetapi kura-kura itu tetap berdiam di dalam. Sudah setengah hari dia berusaha untuk mengeluarkan kura-kura tersebut, dan akhirnya dia menyerah. Saat itu datanglah laki-laki tua dan menepuk pundaknya, laki-laki itu berkata " Anak muda, ikutlah bersamaku,bawalah kura-kura itu serta", karena anak itu terlalu lelah, akhirnya dia tak berpikir panjang dan langsung menurut.

Sampai di rumah si Tua itu, dia duduk di bangku dan ditemani kura-kura yang tidak mau keluar itu. Si Tua berkata "Bolehkah aku meminjam sebentar kura-kura mu ?", si Anak menjawab

"lakukanlah apa yang kamu bisa terhadap kura-kura yang keras kepala itu !", dengan kecewa bercampur marah si Anak memberi kura-kura itu. Si Tua mengambil kura-kura itu dengan lembut dan menaruhnya di depan perapian yang sedang menyala, dan MUNCULAH KEAJAIBAN kura-kura itu keluar dari cangkangnya yang keras dan mulai berjalan. Si Anak melihat kejadian itu tak berkedip, dan si Tua berkata " Inilah apa yang terjadi jika kekerasan kita luluhkan dengan kehangatan yang tulus".

Popular Posts Widget